Sabtu, 2 Januari 2021

HORTIKULTURA : Gaet Milenial dengan Tea Blend

HORTIKULTURA : Gaet Milenial dengan Tea Blend

Foto: Dok. Ratna Somantri
Tea Blend disukai generasi milenial karena variasinya tak terbatas

Untuk mendongkrak konsumsi teh dibutuhkan kreativitas dalam menciptakan produk kekinian.


Sejak zaman kolonial Belanda wilayah Jawa Barat (Jabar) terkenal sebagai sentra perkebunan teh terbesar di Indonesia. Mengutip data Ditjen Perkebunan 2020, Kementan, Benny Bachtiar, Kabiro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jabar, mengatakan, luas areal teh di wilayahnya mencapai 84 ribu ha atau 78% dari total areal teh nasional. Total produksinya 137.803 ton teh kering.

Sayangnya, produktivitas Jabar hanya 1.516 kg/ha/tahun teh kering. Angka tersebut sangat rendah dibandingkan kebun teh Bah Butong, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara, yang menghasilkan di atas 4.000 kg/ha/tahun teh kering.

Permasalahan lainnya, lanjut Benny, harga yang diterima petani rendah, kualitas menurun, budidaya kurang optimal, dan lahan kebun mulai bergeser menjadi sektor pariwisata, “Pemerintah tidak tahu sampai kapan bisa mempertahankan sektor teh karena kelihatannya teh sudah tidak menjanjikan.
 
Namun, pemerintah daerah tetap berupaya dan membuka peluang teh Jabar untuk dapat memberikan produk-produk teh yang bisa ekspor,” ujarnya dalam webinar yang digelar PT Riset Perkebunan Nusantara beberapa waktu lalu.


Inovasi Minuman Teh ala Milenial

Muhammad Abdul Ghani, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menuturkan, di negara konsumen teh terbesar dunia seperti India telah terjadi perubahan budaya minum teh di kalangan anak muda.
 
Mereka telah beralih ke minuman selain teh. Demikian pula Iran, Irak, dan Uni Soviet yang merupakan konsumen besar teh dunia juga telah mengurangi konsumsi teh sejak 1980-an hingga 1990-an.

“Grafik pertumbuhan antara konsumsi dengan produksi terdapat satu kecenderungan bahwa produksi teh melebihi konsumsi. Ketika ketidakseimbangan terjadi secara tidak langsung selama 20 tahun, komoditas teh mengalami tekanan luar biasa dan PTPN mengalami rugi Rp124 miliar. Sedangkan total produksi PTPN grup kurang lebih 40 ribu-50 ribu ton/tahun,” ungkap Abdul Ghani di acara tersebut.

Ratna Somantri, Ketua Bidang Promosi Dewan Teh Indonesia menjelaskan, generasi milenial telah beralih minum teh ke minuman lain atau bukan berbahan dasar teh.
 
Hal ini menjadi bagian dari kompetisi bahwa teh harus bersaing dengan produk minuman lain. Untuk meningkatkan konsumsi teh di kalangan anak muda, kita harus berinovasi membuat produk olahan baru berbahan dasar teh.

Selama ini variasi minum teh hanya sekadar dicampur dengan lemon dan leci saja. “Generasi milenial di bawah bimbingan Indonesia Tea Institute dapat menciptakan produk beras kencur teh, sambal teh hijau, durian teh dan campuran lainnya yang sangat menarik. Generasi milenial merupakan generasi kreatif, mereka menciptakan hal baru dengan bahan dasar teh hasil petani Indonesia. Tidak hanya menciptakan tapi juga mengajak milenial lain untuk minum teh kekinian,” ungkap Founder Indonesia Tea Institute.

Inovasi lainnya, imbuh Ratna, tea blend yang sangat ngetren di negara-negara Eropa. Negara-negara tersebut menjadi eksportir tea blend terbesar di dunia. Tea blend baru beberapa tahun terakhir masuk ke Indonesia dan langsung diadopsi generasi milenial.

Di sini tea blend merupakan campuran teh unggulan Indonesia dengan rempah, bunga, dan buah. Dengan memiliki warna, rasa, dan aroma khas tersendiri, racikan teh kekinian itu dapat menimbulkan efek relaksasi.

“Generasi sebelumnya sudah terbiasa minum teh dengan metode biasa. Ketika ditawarkan olahan teh baru dengan berbagai macam tambahan belum tentu suka, tetapi untuk generasi milenial sangat tertarik. Inovasi inilah yang menjadikan mereka minum teh dengan rasa baru dan sangat disukai,” urainya.      



Sabrina Yuniawati

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain