Foto: Dok. Agricon
Gejala serangan virus gemini
Tanpa antisipasi yang tepat, virus gemini bisa bikin petani gagal panen.
Virus gemini terbilang Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) penting pada tanaman cabai. Wawan Setiawan, petani asal Kampung Cisangkuy, Desa Margamekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menceritakan pengalamannya mengendalikan OPT itu.
Wawan berpendapat, virus gemini yang menyebabkan penyakit kuning tersebut cukup menyusahkan petani cabai khususnya wilayah Jawa karena berdampak menurunkan produktivitas.
Virus gemini terbilang Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) penting pada tanaman cabai. Wawan Setiawan, petani asal Kampung Cisangkuy, Desa Margamekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menceritakan pengalamannya mengendalikan OPT itu.
Wawan berpendapat, virus gemini yang menyebabkan penyakit kuning tersebut cukup menyusahkan petani cabai khususnya wilayah Jawa karena berdampak menurunkan produktivitas.
“Produksi cabai kira-kira hanya 10 ons saja yang didapat per pohon, biasanya 1 kg. Kalau dibiarkan begitu saja virus bisa menyebar ke tanaman lain, itu sangat bahaya. Tanaman yang terserang virus harus cepat dibuang dan dibakar,” jelasnya saat dihubungi AGRINA.
Serangan Virus Kuning
Agung Prasetyo, Product Development Manager Agricon Indonesia mengungkapkan, petani memang selalu kewalahan dalam menangani serangan virus gemini pada tanaman cabai. Serangan virus ini bisa menurunkan produksi cukup nyata, bahkan sampai 100% alias gagal panen.
Selain pada cabai, virus tersebut juga menyerang terong, buncis, timun, kentang, dan tomat. Pada tomat dan kentang, tingkat kehilangan hasilnya bisa mencapai 30% dan 70%. “Serangan virus kuning sangat tinggi dan dapat menurunkan hasil panen yang sangat signifikan, ini berbahaya sekali,” tandas Agung saat webinar “Pengendalian Virus Kuning”, beberapa waktu lalu.
Virus itu juga disebut virus kuning lantaran daun tanaman yang terserang menjadi berwarna kuning. Gejala serangannya berupa daun menguning dan agak keriting. Ini mengakibatkan fotosintesis tanaman tidak maksimal.
Penyakit bersifat cepat menular dengan perantara kutu kebul (Bemisia tabaci). Sekali mengisap cairan yang mengandung virus, sepanjang hidupnya si kutu ini dapat menularkan virus dari satu tanaman ke tanaman lain.
Serangan Virus Kuning
Agung Prasetyo, Product Development Manager Agricon Indonesia mengungkapkan, petani memang selalu kewalahan dalam menangani serangan virus gemini pada tanaman cabai. Serangan virus ini bisa menurunkan produksi cukup nyata, bahkan sampai 100% alias gagal panen.
Selain pada cabai, virus tersebut juga menyerang terong, buncis, timun, kentang, dan tomat. Pada tomat dan kentang, tingkat kehilangan hasilnya bisa mencapai 30% dan 70%. “Serangan virus kuning sangat tinggi dan dapat menurunkan hasil panen yang sangat signifikan, ini berbahaya sekali,” tandas Agung saat webinar “Pengendalian Virus Kuning”, beberapa waktu lalu.
Virus itu juga disebut virus kuning lantaran daun tanaman yang terserang menjadi berwarna kuning. Gejala serangannya berupa daun menguning dan agak keriting. Ini mengakibatkan fotosintesis tanaman tidak maksimal.
Penyakit bersifat cepat menular dengan perantara kutu kebul (Bemisia tabaci). Sekali mengisap cairan yang mengandung virus, sepanjang hidupnya si kutu ini dapat menularkan virus dari satu tanaman ke tanaman lain.
“Satu ekor mampu menimbulkan infeksi 40% tanaman sehat. Angka 40% itu cukup besar. Serangga dewasa berpotensi menyebarkan virus jauh lebih besar,” ulas Agung.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Ir. Widodo, M.S., Dosen Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas IPB menambahkan, gulma tertentu seperti babadotan (Ageratum conyzoides) menjadi inang antara bagi kutu kebul.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Ir. Widodo, M.S., Dosen Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas IPB menambahkan, gulma tertentu seperti babadotan (Ageratum conyzoides) menjadi inang antara bagi kutu kebul.
Jadi, gulma perlu dibersihkan untuk meminimalkan sumber virus. Penularan lainnya melalui gesekan antartanaman sakit atau terkena virus kuning dengan tanaman sehat.
Solusi
Wawan mengaku punya kiat tersendiri dalam mencegah dan mengendalikan virus kuning. Upayanya berawal dari pemilihan benih yang tahan terhadap hama dan penyakit.
Solusi
Wawan mengaku punya kiat tersendiri dalam mencegah dan mengendalikan virus kuning. Upayanya berawal dari pemilihan benih yang tahan terhadap hama dan penyakit.
Lahan persemaian dan peralatan budidaya harus bersih. Pengecekan tanaman secara rutin menjadi kunci utama agar tanaman yang terserang virus dapat ditangani secara cepat dan tepat.
Tindakan lainnya, “Menggunakan produk insektisida sistemik yang mengandung kombinasi dua bahan aktif dari golongan neonikotinoid dan asam tetramik. Itu bisa mengendalikan kutu kebul sehingga menekan virus. Dosisnya 0,25 ml/liter air,” ungkap Ketua Kelompok Tani Cabai Bio Media tersebut.
Widodo menyarankan tiga langkah praktis mencegah tanaman cabai dari bahaya virus kuning. Pertama, lahan persemaian yang sehat terhindar dari sumber virus.
Tindakan lainnya, “Menggunakan produk insektisida sistemik yang mengandung kombinasi dua bahan aktif dari golongan neonikotinoid dan asam tetramik. Itu bisa mengendalikan kutu kebul sehingga menekan virus. Dosisnya 0,25 ml/liter air,” ungkap Ketua Kelompok Tani Cabai Bio Media tersebut.
Widodo menyarankan tiga langkah praktis mencegah tanaman cabai dari bahaya virus kuning. Pertama, lahan persemaian yang sehat terhindar dari sumber virus.
Perlakukan benih dengan Plant Growth Promoting Rhizhobacteria (PGPR). PGPR merupakan bakteri yang hidup di perakaran tanaman. Bakteri ini menangkap nitrogen bebas dari udara lalu mengubahnya menjadi amonia yang tersedia bagi tanaman.
Kedua persiapan lahan tanam sehat dan berikan kompos yang cukup. Bersihkan sumber virus atau sisa tanaman dan gulma, hindari penggunaan herbisida. “Ketiga limpahkan kasih sayang pada tanaman yaitu bersihkan gulma sumber virus dan cek tanaman secara rutin,” ungkapnya.
Agung menimpali, pengendalian kutu kebul sebaiknya dengan memadukan beberapa cara. Pertama, sumber utama penularan virus adalah kutu kebul. Jadi, perlu tindakan untuk mengendalikannya.
Kedua persiapan lahan tanam sehat dan berikan kompos yang cukup. Bersihkan sumber virus atau sisa tanaman dan gulma, hindari penggunaan herbisida. “Ketiga limpahkan kasih sayang pada tanaman yaitu bersihkan gulma sumber virus dan cek tanaman secara rutin,” ungkapnya.
Agung menimpali, pengendalian kutu kebul sebaiknya dengan memadukan beberapa cara. Pertama, sumber utama penularan virus adalah kutu kebul. Jadi, perlu tindakan untuk mengendalikannya.
Kedua, budidaya di dalam rumah kaca (greenhouse) sangat bagus dan efisien. Ketiga, penyemprotan dengan menggunakan insektisida sistemik. Keempat, membersihkan areal tanaman dari gulma.
Masashige Igarashi, Assistant Manager Asia Pacific Nippon Soda Co Ltd mengungkap, Nippon mengeluarkan produk unggulan insektisida untuk kutu kebul berbahan aktif acetamiprid 20 sp. Bahan aktif ini memberikan efek residual yang panjang sehingga cukup menanggulangi hama vektor (pembawa) virus gemini.
“Bahan aktif acetamiprid mampu mengendalikan hama kutu kebul yang sangat berbahaya bagi tanaman petani. Produk ini sudah digunakan dan dipercaya petani di lebih dari 100 negara,” klaim Igarashi.
Sabrina Yuniawati
Masashige Igarashi, Assistant Manager Asia Pacific Nippon Soda Co Ltd mengungkap, Nippon mengeluarkan produk unggulan insektisida untuk kutu kebul berbahan aktif acetamiprid 20 sp. Bahan aktif ini memberikan efek residual yang panjang sehingga cukup menanggulangi hama vektor (pembawa) virus gemini.
“Bahan aktif acetamiprid mampu mengendalikan hama kutu kebul yang sangat berbahaya bagi tanaman petani. Produk ini sudah digunakan dan dipercaya petani di lebih dari 100 negara,” klaim Igarashi.
Sabrina Yuniawati