Selasa, 2 Juni 2020

HORTIKULTURA : Keripik Nanas Alternatif Produk Olahan Buah

HORTIKULTURA : Keripik Nanas Alternatif Produk Olahan Buah

Foto: Dok. AGRINA
Buah nanas subang dijajakan sebagai buah tangan di Jalan Raya Subang

Sentra produksi nanas Subang mengembangkan produk hilir.
 
 
Hasil budidaya pertanian tidak hanya dijual dalam bentuk bahan baku tetapi juga bisa diolah menjadi produk bernilai jual tinggi. Memang, pelaku harus kreatif dan inovatif untuk mengembangkan usaha pertanian.
 
Salah satunya Kelompok Tani Mekarsari Maju di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kelompok tani beranggota 60 orang di salah satu sentra produksi nanas nasional ini telah mengembangkan hasil pertanian dalam bentuk produk olahan. 
 
Kelompok tani Mekarsari Maju yang memiliki lahan seluas 70 ha tersebut setiap tahun memanen sekitar 1.500 ton nanas per tahun. Mereka menjual nanas ke pasar sekitar Jawa Barat dan memasok ke pabrik selai. Beberapa waktu lalu mereka berinovasi memproduksi keripik nanas.
 
 
Pina Chips Siap Dipasarkan 
 
Ef Rizal Ali, Ketua Kelompok Tani Mekarsari Maju menjelaskan kepada AGRINA, hasil panen nanas biasanya mereka suplai ke pasar Induk Caringin, Bandung, rata-rata 2 ton per hari dan ke pasar modern, Surabaya, 700 ton/tahun.
 
Selain itu, mereka juga menjual ke PT Tunggal Inti Kahuripan, produsen selai di Bandung, sebanyak 500 ton/tahun dengan harga Rp5.000/kg. Sisanya dijual secara mandiri melalui koperasi di Depok, Jawa Barat. 
 
Pada awal 2020 Kelompok Tani Mekarsari Maju berinisiatif untuk mengembangkan produk olahan keripik nanas. Keripik nanas berlabelkan Pina Chips ini akan segera dipasarkan dengan harga Rp14 ribu/80 g.
 
Menurut Rizal, butuh proses panjang untuk mencapai produk hilir tersebut lantaran biaya pembelian alat cukup mahal. “Semua sudah tersedia seperti mesin, alat, dan rumah produksi pada tahun ini. Baru terlaksana karena biayanya mahal, mesin saja mencapai Rp130 juta,” ungkapnya (25/5).
 
Masih menurut Rizal, pemasaran secara komersial sebenarnya direncanakan pada April 2020. Namun situasi tidak memungkinkan sehingga penjualan tertunda hingga kondisi membaik. Kebijakan pemerintah dalam pembatasan wilayah di beberapa daerah menghambat distribusi. “Saat ini kita distribusi ke Jabodetabek,” jelasnya.  
 
Bapak yang menetap di Subang sejak 2007 tersebut mengungkap, ide membuat olahan keripik merupakan alternatif dan peluang untuk mengembangkan potensi wilayah setempat. “Panen nanas berlimpah dapat dimanfaatkan menjadi keripik. Usaha keripik juga upaya membuka lapangan pekerjaan,” imbuhnya.   
 
Indonesia memiliki berbagai macam komoditas dan keunggulan setiap daerah. Ini perlu didorong untuk membuat inovasi baru sehingga petani tidak hanya berfokus pada bahan baku siap jual tetapi juga produk olahan. “Menambah pendapatan masyarakat setempat kenapa tidak,” cetusnya.  
 
 
Peluang Ekspor
 
Dalam acara Festival Kujang Juara yang digelar PT Pupuk Kujang di Cikampek, Karawang, Jabar, beberapa waktu lalu, Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian, sempat mengungkap peluang ekspor nanas ke Eropa.
 
Saat virus Corona mewabah, suplai buah nanas dari China ke pasar Eropa tersendat. Selama ini China memanfaatkan produk nanas Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa. 
 
Mentan menekankan, ini merupakan peluang dan kesempatan Indonesia masuk pasar Eropa ke depan. Ditambah lagi hasil nanas Subang dengan bobot bisa mencapai 3 kg lebih. “Indonesia bisa, mampu memenuhi kebutuhan dunia dari aspek pertanian,” katanya pada momen tersebut. 
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 312 terbit Juni 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di magzter, gramedia, dan myedisi.
 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain