Foto: Istimewa
pemanfaatan combine harvester terbukti mampu mengurangi losses (kehilangan) hingga di bawah 3%
Selain kehilangan panen yang sangat rendah, masih banyak keuntungan lain yang bisa didapatkan petani dari alsintan pemanen.
Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan), terutama combine harvester dalam memanen padi mulai marak digunakan di Indonesia. Hanya saja, jumlahnya memang masih kalah besar dibanding negara maju seperti Jepang dengan rata-rata 16 Hp/ha.
Andi Nur Alamsyah, Direktur Alsintan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian mengungkapkan, secara tenaga besarnya alsintan yang digunakan di Indonesia mencapai 1,6 HP/ha pada akhir 2018. Jumlah ini masih lebih baik ketimbang 2016 yang hanya 0,22 HP/ha.
“Kita unggul sedikit di atas Vietnam yang 1,5 HP/ha. Padahal awal muncul combine harvester dulu banyak ditolak tapi 5 tahun terakhir mulai masif. Ini karena pentingnya mekanisasi mulai dirasakan petani,” ujarnya kepada AGRINA baru-baru ini.
Hal senada diungkapan Melinda tanjung Wulan, Sales Manager PT Kubota Machinery Indonesia. Ia mengatakan, pemasaran mesin pemanen padi tidak lagi ke daerah-daeah terpencil seperti 6 tahun lalu. Daerah dekat kota-kota besar pun sudah mulai ramai yang memanfaatkan mekanisasi. Hal ini berhubungan dengan keterbatasan tenaga kerja dan efisiensi waktu.
Memilih Variasi
Sementara itu, Zulhemy Rendra Nasution, Sales Division Head PT Satrindo Mitra Utama berujar, selain efisien secara waktu dan tenaga kerja, pemanfaatan combine harvester terbukti mampu mengurangi losses (kehilangan) hingga di bawah 3% saja. Berbeda dengan cara konvensional yang bisa di atas 5%.
Pria yang disapa Rendra ini menjelaskan, varian combine harvester yang tersedia di Indonesia sudah mulai banyak. Petani bisa menimbang mana yang terbaik untuk lahannya.
Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan), terutama combine harvester dalam memanen padi mulai marak digunakan di Indonesia. Hanya saja, jumlahnya memang masih kalah besar dibanding negara maju seperti Jepang dengan rata-rata 16 Hp/ha.
Andi Nur Alamsyah, Direktur Alsintan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian mengungkapkan, secara tenaga besarnya alsintan yang digunakan di Indonesia mencapai 1,6 HP/ha pada akhir 2018. Jumlah ini masih lebih baik ketimbang 2016 yang hanya 0,22 HP/ha.
“Kita unggul sedikit di atas Vietnam yang 1,5 HP/ha. Padahal awal muncul combine harvester dulu banyak ditolak tapi 5 tahun terakhir mulai masif. Ini karena pentingnya mekanisasi mulai dirasakan petani,” ujarnya kepada AGRINA baru-baru ini.
Hal senada diungkapan Melinda tanjung Wulan, Sales Manager PT Kubota Machinery Indonesia. Ia mengatakan, pemasaran mesin pemanen padi tidak lagi ke daerah-daeah terpencil seperti 6 tahun lalu. Daerah dekat kota-kota besar pun sudah mulai ramai yang memanfaatkan mekanisasi. Hal ini berhubungan dengan keterbatasan tenaga kerja dan efisiensi waktu.
Memilih Variasi
Sementara itu, Zulhemy Rendra Nasution, Sales Division Head PT Satrindo Mitra Utama berujar, selain efisien secara waktu dan tenaga kerja, pemanfaatan combine harvester terbukti mampu mengurangi losses (kehilangan) hingga di bawah 3% saja. Berbeda dengan cara konvensional yang bisa di atas 5%.
Pria yang disapa Rendra ini menjelaskan, varian combine harvester yang tersedia di Indonesia sudah mulai banyak. Petani bisa menimbang mana yang terbaik untuk lahannya.
Ia mengambil contoh, combine harvester Greenstar yang dipasarkan memiliki tenaga besar dan jarak antarpermukaan (ground clearance) mesin lebih tinggi sehingga tidak gampang terperosok. “Daya kerja Greenstar satu hari 8 jam, bisa menyelesaikan 4-5 ha. Ground clearance-nya 315 mm,” jelasnya.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 311 terbit Mei 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di magzter, gramedia, dan myedisi.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 311 terbit Mei 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di magzter, gramedia, dan myedisi.