Sabtu, 7 Desember 2019

Memanfaatkan Digitalisasi Pertanian

Foto: Galuh Ilmia Cahyaningtyas
Pertanian 4.0 yang ditandai dengan kemajuan IPTEK

“Pertanian 4.0 dapat mengontrol hampir semua variabel yang mempengaruhi produksi, penawaran, permintaan produk pertanian serta dapat mengelola variabel-variabel tersebut secara terintegrasi dan konvergen sehingga menghasilkan produktivitas pertanian yang lebih tinggi,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA. 
 
Bagaimana pengembangan pertanian kita ke depan?
 
Pembangunan pertanian di Indonesia telah berlangsung lebih dari 60 tahun. Sepanjang sejarah pembangunan pertanian, sadar atau tidak sadar kita menempatkan komunitas petani hanya pada sektor on-farm.
 
Sementara ekonomi off farm sektor hulu dan hilir telah dikuasai komunitas nonpetani.
 
Dengan penguasaan rantai pasok agribisnis seperti itu, pendapatan komunitas petani relatif paling rendah dibandingkan pelaku pada sektor off-farm hulu dan hilir yang telah tumbuh dengan memiliki pendapatan menengah hingga berpendapatan tinggi.
 
Bahkan banyak konglomerat justru lahir dan berkembang dari sektor off-farm hulu dan hilir.
 
Pertanian juga berkembang hingga kini memasuki Pertanian 4.0. Perbedaan era peradaban pertanian dimulai dari Pertanian 1.0 (era pertanian berburu), Pertanian 2.0 (pertanian berpindah) dan Pertanian 3.0 (pertanian intensif) terkait dengan banyaknya variabel produksi pertanian yang dapat dikontrol manusia.
 
Pada Pertanian 1.0 hingga Pertanian 3.0, manusia sebagai petani dengan keterbatasan kapasitas berpikir dan teknologi hanya mampu mengendalikan sebagian kecil dari ratusan variabel. Implikasinya adalah tingkat produktivitas pertanian dan kepuasan konsumsi produk pertanian dicapai masih terbatas.
 
 
Bagaimana dengan Pertanian 4.0?
 
Saat ini sedang marak pengembangan digitalisasi pada sektor pertanian Indonesia atau lebih dikenal dengan Pertanian 4.0. Digitalisasi pertanian pada dasarnya suatu metode proses produksi pertanian dengan pendekatan integrasi sistem.
 
Ratusan faktor mempengaruhi produksi pangan (tanaman, ternak, telur, dan ikan). Ada puluhan variabel agroklimat, puluhan variabel kesuburan tanah, dan ratusan variabel fisiologi, yang masing-masing berkontribusi pada produksi pangan.
 
Pada level usahatani, selain variabel itu juga terdapat puluhan variabel sosial-ekonomi petani yang turut mempengaruhi produksi. Begitu pula dengan sisi permintaan, terdapat puluhan variabel yang mempengaruhi permintaan suatu komoditas atau produk pertanian.
 
Pertanian 4.0 yang ditandai dengan kemajuan IPTEK seperti: Big Data Analysis, Artificial Intelligence (AI), Internet of Thing (IoT) dan Cyber Physical System (CPS) ini bisa mengontrol hampir semua variabel yang mempengaruhi produksi, penawaran, permintaan produk pertanian serta dapat mengelola variabel-variabel tersebut secara terintegrasi dan konvergen sehingga menghasilkan produktivitas pertanian yang lebih tinggi, efisiensi, dan atribut produk yang makin lengkap.
 
Operasionalisasi Pertanian 4.0 diyakini akan membawa perubahan fundamental dalam kehidupan petani dan pertanian ke depan.
 
 
 
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 305 yang terbit November 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +