Foto: Selo Sumarsono
Untuk kawasan yang gede dan datar, sebaiknya pakai drone gede - Robert A. Pangestoe
Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) diakui para petani maju membantu mendongkrak efektivitas dan efisiensi aktivitas usaha tani mereka. Bagaimana dengan pesawat nirawak (drone) untuk penyemprotan pupuk dan pestisida?
“Drone sprayer saya tekankan untuk daerah yang jumlah tenaga kerjanya sudah sangat menurun. Perbandingan efisiensinya jauh. Contoh di Klaten, Jawa Tengah, orang nyemprot hanya 1.000 m2/hari, upahnya Rp75 ribu. Sementara kalau nyemprot dengan drone, satu hektar selesai dalam 11 menit. Biayanya Rp300 ribu,” ungkap Robert A. Pangestoe, Chief Marketing Officer Frogs, produsen drone di Bantul, Yogyakarta.
Agar pemanfaatan drone memperoleh manfaat maksimal, alumnus Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Faperta UGM ini memberikan tips. “Untuk kawasan yang gede dan datar, sebaiknya pakai drone gede. Tapi untuk kawasan yang banyak obstacle, pakai yang kecil. Perhatikan arah dan kecepatan angin. Penyemprotan dilakukan pagi sampai siang,” saran pria yang pernah berkarir di perusahaan telekomunikasi ini.
Terkait fungsi pemupukan, drone diterbangkan dua tahap. Pertama, untuk memetakan kesuburan tanamannya. Kedua barulah menyemprot dengan menarget tanaman yang kurang subur.
Peni Sari Palupi