Foto: Try Surya Anditya
Perusahaan agribisnis terintegasi di dalam negeri, PT Japfa Comfeed Indonesia (JAPFA) kembali berekspansi
Investasi berkelanjutan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. merambah Aceh. Unit hatchery baru dan teaching farm resmi didirikan di Serambi Mekah itu.
Perusahaan agribisnis terintegasi di dalam negeri, PT Japfa Comfeed Indonesia (JAPFA) kembali berekspansi.
Melalui anak usahanya, PT Indojaya Agrinusa, JAPFA membuka unit penetasan telur bibit (hatchery) baru di Gampong Jawie, Kec. Seulimeum, Kab. Aceh Besar dan teaching farm yang bekerjasama dengan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh di Gampong Ie Suum, Kec. Masjid Raya, Aceh Besar.
Presiden Komisaris JAPFA Syamsir Siregar mengungkapkan, selama ini pemenuhan permintaan akan anak ayam (Day Old Chick - DOC) untuk peternak ayam pedaging (broiler) di Aceh sebagian besar masih berasal dari Medan, Sumatera Utara.
Di sisi lain, permintaan DOC pun semakin meningkat. “JAPFA hadir dalam rangka memenuhi kebutuhan yang terus berkembang,” ujar Syamsir di sela-sela peresmian unit hatchery baru PT Indojaya Agrinusa, Selasa (8/10).
Unit Hatchery Seluas 6,2 ha
Lebih jauh Syamsir menjelaskan, dengan dibangunnya hatchery yang memproduksi bibit ayam umur sehari (DOC) di Aceh, peternak tidak perlu lagi khawatir tidak kebagian DOC.
Dari segi kualitas, kondisi DOC akan lebih stabil dan terjamin lantaran tidak terlalu lama di perjalanan.
Ia pun menjelaskan, JAPFA sudah sejak lama ingin berinvestasi di Aceh hanya saja baru terealisasi belakangan ini. Syamsir menilai, perkembangan peternakan ayam di Aceh cukup menjanjikan.
Generasi mudanya pun sudah mulai beternak. Hal ini tentunya tak luput juga dari dorongan pembinaan oleh perguruan tinggi kepada peternak.
Senada dengan Syamsir, Head of Feed Operation Unit Medan dan Padang PT Indojaya Agrinusa, Anwar Tandiono mengatakan, dibangunnya unit hatchery baru ini merupakan wujud komitmen JAPFA dalam membantu peternak lokal.
Dengan tersedianya DOC yang berkualitas, kemandirian pangan khususnya protein asal hewan dapat tersedia.
Anwar menceritakan, pembangunan hatchery di atas lahan 6,2 ha ini berawal dari permintaan para peternak Aceh dan pemerintah setempat.
“Sebelumnya DOC dikirim dari Medan, menempuh jarak 10-12 jam. Sekarang pabrik hatchery sudah tersedia di sini. Performa commercial farm kita bisa lebih baik lagi dan bisa tetap menjadi yang terbaik se-nasional,” harapnya.
JAPFA, imbuh Anwar, telah beroperasi sejak 2007 di tiga wilayah Aceh, yakni Langsa, Pidie Jaya, dan Banda Aceh.
Dari sisi tenaga kerja, mayoritas terserap dari masyarakat lokal. Untuk commercial farm sebanyak 98%, sementara unit hatchery sebanyak 96%.
Hal ini, imbuh Anwar, tentunya sesuai dengan konsep perusahaan, tumbuh berkembang menuju kesejahteraan bersama.
Tiga Kandang Komersil Teaching Farm
Selain peresmian unit hatchery baru, JAPFA juga meresmikan teaching farm dengan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) di hari yang sama.
Pendirian sarana pendidikan ini merupakan lanjutan kerjasama yang telah berjalan sejak 2018. Sebelumnya, mahasiswa Unsyiah mendapatkan penyuluhan teknis, memperoleh beasiswa dan berkesempatan magang di JAPFA.
Dalam pendirian teaching farm, JAPFA melalui PT Indojaya Aginusa menyiapkan pembiayaan dan teknis, sementara Unsyiah menyediakan lahan.
Anwar menjelaskan, teaching farm terdiri dari tiga kandang berbeda, closed house (kandang tertutup), open house (kandang terbuka) panggung, dan open house postal.
Untuk kapasitas, kandang tertutup mampu menampung sebanyak 10 ribu ekor ayam, kandang terbuka panggung 5.000 ekor, dan kandang terbuka 4.500 ekor.
Semua kandang tersebut berukuran 8 m x 70 m. “Kandang-kandang ini sesuai dengan kandang komersial yang digunakan peternak,” tutur Anwar.
Alasan dibuatnya tiga jenis kandang adalah agar mahasiwa bisa menilai sendiri kelebihan serta kekurangannya. Dengan ditunjang berbagai peralatan dan perlengkapan laboratorium pendukung, mahasiswa bisa mempelajari manajemen budidaya, biosekuriti, dan produktivitas masing-masing kandang.
Dengan demikian, teaching farm ini bisa sebagai media pembelajaran untuk berbagai disiplin ilmu yang ada di Unsyiah. Sehingga nantinya lahir entrepreneur muda atau peternak baru.
Sementara itu, Syamsir pun berharap, sarana pembelajaran ini bisa menjadi bekal bagi mahasiswa untuk memasuki industri peternakan. “Ke depannya, mahasiswa dapat berinovasi untuk meningkatkan kualitas peternakan di Indonesia,” ucapnya.
Investasi Berbuah Apresiasi
Investasi JAPFA di Aceh tersebut menuai apresiasi dari berbagai kalangan. Tak terkecuali Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. Menurutnya, langkah yang diambil JAPFA merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan mutu pendidikan dan penelitian di Indonesia, khususnya mahasiswa Unsyiah.
“Pendirian teaching farm ini sejalan dengan cita-cita Unsyiah. Semoga FKH Unsyiah bisa terus berkontribusi dalam upaya pengembangan dunia peternakan di Indonesia,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Mawardi Ali, Bupati Aceh Besar turut memberikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada JAPFA. Dengan berdirinya unit hatchery dan teaching farm di Aceh Besar, bisa sebagai pemancing bagi para investor lain untuk berinvestasi di daerahnya.
Menurut Muwardi, Aceh bukan lagi aman, tapi sudah sangat nyaman. Siapa saja yang ingin berinvestasi di sini, akan diberikan kemudahan.
Dalam meningkatkan ekonomi Aceh khususnya Aceh Besar, bahasnya, tidak bisa lagi hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). investasi seperti yang dilakukan JAPFA adalah suatu keniscayaan untuk menekan angka kemiskinan.
Ia pun berharap, JAPFA kembali dapat berinvestasi di bidang lain. “Baru penetasan saja yang ada di sini. Siapa tahu nanti induk ayamnya juga. Begitu pula dengan pakan, jagung tersedia banyak di sini. Dengan lahan yang sangat luas, bisa juga dimanfaatkan untuk peternakan sapi,” pungkasnya. ***