Foto: Istimewa
Padi Suppadi 89 sangat cocok di lahan pasang surut
Sudah terbukti, padi hibrida Suppadi 89 dapat menghasilkan panen maksimal hingga 11 ton/ha di lahan pasang surut.
Perlu strategi khusus supaya padi bisa berproduksi maksimal di lahan pasang surut.
Salah satunya dengan penggunaan benih hibrida. Kini petani di lahan yang relatif kurang subur tersebut patut bergembira karena bisa panen padi rata-rata 11 - 13 ton/ha. Dan ini bukan mimpi lagi!
“Sudah terbukti di daerah yang agak kurang subur, hasilnya malah bagus,” ungkap Ayub Darmanto, Direktur Utama PT Agrosid Manunggal Sentosa, distributor benih Suppadi, kepada AGRINA di Jakarta (28/8).
Menurut Ayub, padi hibrida Suppadi 89 memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, jumlah anakan banyak, tanaman kokoh dan tahan rebah, warna batang hijau, daun bendera tegak dan tahan rebah, serta bentuk gabah yang panjang.
“Setelah digiling, berasnya jadi kualitas super karena putih bening tanpa ada perut putih. Rasanya juga enak dan pulen,” beber alumnus Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, itu.
Beri Bukti, Bukan Promosi
Meningkatnya permintaan benih padi Suppadi 89 menunjukkan tingginya kepercayaan petani terhadap padi hibrida spesialis lahan pasang surut ini. Menurut Andi, petani asal Sumatera Selatan, produktivitas Suppadi 89 di lahan mengandung pirit (FeS2) bisa mencapai minimal 7 ton/ha.
“Paling tinggi bisa sampai 14 ton/ha. Februari kemarin panen bisa mencapai angka itu,” ujarnya dengan senang. Sementara sang produsen benih hanya menjanjikan potensi hasil 9 – 11 ton/ha.
Selain benih, berikut tata cara budidaya Suppadi yang direkomendasikan. Langkah awalnya, petani harus mempersiapkan persemaian benih dengan baik dan benar. Satu hektar lahan butuh 10 kg benih.
Semailah benih jarang-jarang atau sekitar 50 g/m2. Kemudian pupuk persemaian dengan NPK pada umur 7-10 hari setelah semai (HSS). Dosisnya 500 g/kg benih.
Lalu, semprot insektisida ditambah Masoil (perekat dan perata) masing-masing 1-2 tutup/17 liter pada umur 10 dan 15 HSS untuk mematikan kelompok telur hama.
Pindah tanam sebaiknya dilakukan saat bibit berumur 15-20 HSS tepatnya 18 hari. Satu lubang tanam diisi 1-2 bibit.
Untuk hasil lebih baik, terapkan cara tanam jajar legowo dua, (25x25) cm x 50 cm atau (30x30) cm x 60 cm.
Untuk pupuk dasar (0-5 hari setelah tanam/HST), petani bisa mengaplikasikan 100 kg SP 36 ditambah 50 kg urea.
Kemudian pupuk susulan satu (10-15 HST) sebanyak 50 kg SP 36, 100 kg urea, dan 50 kg kalium majemuk.
Pupuk susulan kedua diberikan pada umur 25-30 HST dengan 50-100 kg kalium majemuk.
Perlu diperhatikan, karena ini varietas hibrida, jangan tanam benih turunan (F2) karena produksi akan turun kurang lebih 30%.
Hasilnya pun buruk, panen tidak serempak, banyak bulir hampa, bahkan banyak beras yang patah.***