Foto: Sabrina Yuniawati
Napit Ngatiman, Ketua Kelompok Tani Kopi Suroloyo
Komoditas kopi sedang naik daun, khususnya di pasar domestik. Itu ditandai dengan maraknya kedai kopi di mana-mana yang ikut menghela bisnis kopi di perkebunannya. Salah satunya diPuncak Suroloyo, Kabupaten Kulonprogo, DIY.
Napit Ngatiman, Ketua Kelompok Tani Kopi Suroloyo membuktikannya. Berawal dari menjual kopi kemasan, kini bisnis Napit dan kelompoknya telah berkembang. Di tengah lokasi kedai terlihat pemandangan indah, Kelompok Tani atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) mendirikan kedai yang menyuguhkan sajian kopi kekinian.“Kopinya tersedia dalam berbagai rasa,” jelasnya.
Petani yang selama ini hanya menjual bahan mentah, lalu tertarik untuk mengolah dan menjual produk siap saji. Apalagi keuntungannya juga lumayan. Dampak positif lainnya adalah peluang kerja membuka kedai bagi anak muda sekitar puncak Suroloyo. “Kedai kopi Suroloyo ramai dikunjungi pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur,” ungkapNapit.
Gapoktan bisa menghasilkan 150 kg biji kering kopi robusta dan arabika per bulan. Harga jual ke kedai-kedai Yogyakarta untuk kopi arabika sebesar Rp100 ribu/kg, sedangkan robusta Rp50 ribu/kg. Sementara kalau dijual ke pasar cuma dipatok Rp20 ribu-Rp21 ribu/kg.
Sabrina Yuniawati