Rabu, 6 Pebruari 2019

Waspadai Serangan Ulat Grayak Spesies Baru

Waspadai Serangan Ulat Grayak Spesies Baru

Foto: Try Surya Anditya
ISSAAS dan Corteva Agriscience™ Indonesia, Agriculture Division of DowDuPont™ mengajak seluruh stakeholder mengantisipasi masuknya ulat grayak Spodoptera frugiperda (fall armyworm-FAW) ke Indonesia

ISSAAS dan Corteva Agriscience™ Indonesia, Agriculture Division of DowDuPont™ mengajak seluruh stakeholder mengantisipasi masuknya ulat grayak Spodoptera frugiperda (fall armyworm-FAW) ke Indonesia.

 

Belum lama ini, ulat grayak jenis S.frugiperda ditemukan menyerang tanaman jagung di kawasan Asia, dan menjadi sorotan FAO lantaran kerugian besar yang ditimbulkannya.Prof. Dr. Ir. Dadang, M.Sc, International Society for Southeast Asian Agriculture Sciences (ISSAAS) Chapter Indonesia, menjelaskan, penting untukantisipasi meskipun keberadaanhama itudi Indonesia masih dipertanyakan.

 

“Ini merupakan early warning dalam pengendalian hama terpadu (PHT). Niatnya menanggulangi sebelum hama penyakit datang. Jangan sampai hama itu merebak ke Indonesia dan kita keburu kebakaran,” ungkap Dosen Departemen Proteksi Tanaman Faperta IPB ini di sela-sela lokakarya Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda) on Corn, AThreat to Food Security in Asia Pacific Region di IPB International Convention Center, Bogor, Rabu (6/2).

 

Kerugian Yang Ditimbulkan

Berdasarkan catatan The Centre for Agriculture and Bioscience International (CABI) pada 2018, kehilangan hasil akibat S.frugiperida pada tanaman jagung di 12 negara di Afrika berkisar 4 juta-18 juta ton/tahun atau senilai U$$ 1juta-4,6 juta. Saat ini, frekuensi intersepsi adanya larva FAW di negara Eropa terhadap produk sayuran segar dan tanaman hidup semakin meningkat.

 

Pakar hama dan penyakit tumbuhan dari IPB, Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si mengutarakan, kerusakan akibat S.frugiperda jauh lebih besar ketimbang hama ulat yang sudah ada di Indonesia. Ia menyebut, hama ini turut menyerang tanaman pangan seperti padi dan gandum. “Jika tidak diantisipasi sejak dini, tinggal selangkah lagi dari negara tetangga ke Indonesia melalui Sulawesi,” ia mewanti-wanti.

 

Idham mengungkap, S.frugiperda bisa tersebar melalui perdagangan sayuran dan buah segar antar negara. Karena itu, Badan Karantina Pertanian harus mengambil langkah antisipasi.

 

Kenali Ciri dan Karakteristiknya

Jajang Mulyana, Senior Production Research Leader Corteva Agriscience™ Indonesia, Agriculture Division of DowDuPont™ mengungkapkan, S.frugiperda dikhawatirkan menjadi ancaman baru dalam produksi benih (seed production).

 

Selain bisa menyebabkan kekurangan pasokan benih, dampak lainnya, imbuh Jajang, akan mempengaruhi industri pakan dan makanan. Sebagai langkah preventif, Corteva Agriscience™Indonesia, Agriculture Division of DowDuPont™ menindaklanjuti dengan memasang perangkap feromon di tujuh lokasi berbeda di Jawa Timur, yaitu Trenggalek, Malang, Probolinggo, Lumajang, Jember, Banyuwangi, dan Blitar.

 

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Dra. Dewi Sartiami, M.Si anggota Perhimpunan Entomologi Indonesia mengatakan, meskipun belum ditemukan di Indonesia, potensi masuknya cukup besar. Alasannya, menurut Dewi, hama yang juga bisa menyerang komoditas hortikultura tersebut berasal dari kawasan tropis dan subtropis.

 

Prof. Ir.  Y. Andi Trisyono, M.Sc., Ph.D. Guru Besar Faperta UGM Yogyakarta, menekankan, perlu adanya edukasi kepada seluruh pemangku kepentingan untuk memberikan gambaran dan wawasan tentang hama ulat grayak baru ini. “Inspeksi menjadi langkah yang tidak kalah penting. Inspeksi rutin dan berkelanjutan dapat meminimalisir risiko masuk dan menyebarluasnya S. frugiperda di Indonesia,” pungkasnya.***

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain