Senin, 4 Juni 2018

Pilah-pilih Kemitraan yang Cocok

“Prinsipnya, apa yang kamu sediakan, kita bermitra.” 
 
 
Fondasi pengembangan industri susu masa depan, ungkap Ir. Jafi Alzagladi, Asisten Deputi Peternakan dan Perikanan, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian - Kemenko Bidang Perekonomian, adalah kemitraan. Selain Permentan No. 26/2017, dasar hukum kemitraan antara peternak sapi perah dengan industri juga tertuang dalam Undang-undang No. 41/2014, Peraturan Pemerintah (PP) No. 9/2016, PP No. 6/2013, dan Perpres No.44/2016. Sementara landasan berpikirnya, kata Jafi, “Melindungi segenap rakyat Indoensia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa.” 
 
 
Model Kemitraan 
 
Tidak hanya Kementerian Pertanian dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang terlibat dalam pertumbuhan industri sapi perah, khususnya kemitraan. Kementerian Perindustrian pun, sambung Jafi, tengah menyusun road map industri persusuan. “Ini akan sinkron dengan Permentan No. 26/2017,” jelasnya sebagai pembahas pada seminar “Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Susu Segar Dalam Negeri: Sharing Peternak Muda”. 
 
Di lain pihak, pria kelahiran Ambon, 5 Juli 1959 itu meminta seluruh pelaku terkait membumikan kemitraan supaya semua pihak yang ada dalam iklim usaha industri sapi perah mendapat keuntungan. Bahkan, masyarakat yang ada di sekitar industri juga bisa mengambil manfaat. Untuk berbagai pihak, Jafi menyajikan lima model kemitraan, yaitu, kemitraan inti-plasma, sewa, bagi hasil, subkontrak, dan perdagangan umum. “Jadi tinggal pilih mana yang cocok sehingga peternak fokus ke produksi dan peningkatan produktivitas,” katanya. 
 
Kepada industri besar seperti PT Mayora Indah, Tbk. misalnya, Jafi menawarkan kemitraan berupa pemanfaatan polar (pollard) sebagai bahan baku pakan ternak karena Mayora memiliki polar cukup banyak yang berasal dari gandum impor. Kemudian, koperasi yang akan mengelola pakan ternak itu sehingga keuntungannya bisa berputar untuk peternak. “Prinsipnya, apa yang kamu sediakan, kita bermitra,” tegasnya.
 
 
Inovasi dan Ikon 
 
Mantan Dirjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut juga menyoroti pentingnya menambah populasi sapi perah, produksi dan produktivitas susu. Kuncinya adalah inovasi, khususnya inovasi pakan ternak dari bahan baku alternatif. 
 
Jafi meminta Puslitbang Peternakan meneliti manfaat bungkil sawit sebagai bahan pakan sapi perah. Saat ini baru ada formulasi bungkil sawit untuk pakan kambing perah dan sapi potong. Selandia Baru, bebernya, berencana mengimpor bungkil sawit dari Indonesia buat dijadikan pakan. 
 
Inovasi pakan kedua berasal dari rumput laut atau alga, seperti jenis Glacillaria. Jerman salah satu negara yang menggunakan pakan ternak dari alga. Selanjutnya, pemanfaatan hutan sosial oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian, seperti penanaman hijauan untuk pakan.
 
Di samping itu, Jafi menekankan pentingnya memasukkan susu ke dunia pariwisata, seperti DIY yang berhasil membangun ikon kota wisata susu. “Ini yang paling penting. Jadi pasar kita masih luas,” tandasnya.
 
 
Windi Listianingsih, Galuh Ilmia Cahyaningtyas
 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain