Kamis, 25 Desember 2014

Keuntungan Otomasi Pabrik Kelapa Sawit

Biaya modifikasi penerapan sistem otomasi Rp4 miliar – Rp11 miliar. Pengusaha bisa memantau proses pengolahan di pabriknya melalui telepon genggam di mana saja dan kapan saja.

Jika menggunakan skala 1-10, proses otomasi pabrik kelapa sawit (PKS) di Malaysia, menurut Fahrudin, pada skala 9. Proses di PKS Indonesia masih sangat jauh dibanding tetangga itu. “Teknologi otomasi menjadi pilihan yang harus diambil dalam menghadapi persaingan global,” kata Sales Project Manager PT Sarana Trimitra Solusindo, Jakarta, perusahaan jasa otomasi, itu.

Saat ini diperkirakan jumlah PKS di Indonesia sekitar 713 dengan kapasitas terpasang 38.268 ton TBS per jam. Dengan luas lahan sawit sekitar 9,2 juta hektar (ha) dan produksi CPO sekitar 29,5 juta ton, idealnya jumlah pabrik sekitar 1.200. Dari jumlah itu masih banyak yang belum menerapkan sistem otomasi dalam pengolahannya.

Dalam proses pengolahan buah sawit menjadi minyak sawit mentah (crude palm oil atau CPO) dan minyak inti sawit (palm kernel oil atau PKO), terdapat lima proses umum. Yaitu sterilisasi (perebusan buah sawit pada tekanan dan suhu tertentu), penebahan (pemisahan buah sawit dari tandannya), pelumatan (pemisahan daging buah dan biji sawit), pengepresan (pemisahan minyak sawit dari daging buah), dan klarifikasi (pemisahan minyak, air, dan kotoron dengan pengendapan dan penguapan). Sedangkan biji sawit diolah menjadi PKO.

Dari data umum, rata-rata potensi ekstraksi CPO sekitar 26-28%, sedangkan PKO sekitar 3-4%. Jika potensi produksi tandan buah segar (TBS) sekitar 30 ton per hektar per tahun, maka potensi produksi CPO 7,8 ton per hektar per tahun dan PKO 0,9 ton. Jadi, total CPO dan PKO 8,7 ton/ha. Proses pengolahan sangat menentukan rendemen yang digaet ini. Dengan harga CPO sekitar US$675 per ton, maka nilai CPO US$5.265 setara Rp65,8 juta.

Ada tiga sistem pengendalian yang biasa diterapkan dalam proses pengolahan ini. Pertama, pengendalian manual. Pada sistem ini, keputusan manusia sangat menentukan dalam keberlanjutan proses produksi. Kedua, pengendalian semiotomatis. Dengan sistem ini, pada tahap-tahap tertentu pengendalian pengolahan masih dilakukan operator karena mesin belum mampu membaca kondisi proses yang sedang berlangsung secara cepat dan akurat.

Ketiga, pengendalian otomatis. Pada sistem ini, operator hanya sebagai pengawas proses produksi. Di sini ada dua jenis otomasi, yaitu parsial dan penuh. Pada otomasi parsial, hanya bagian-bagian tertentu saja yang menerapkan otomasi sehingga interaksi operator dengan mesin lebih sedikit. Sedangkan pada otomasi penuh, semua bagian menerapkan otomasi sehingga tidak ada lagi interaksi operator dengan mesin, kecuali ada masalah proses produksi.

Realtime

Pada pengendalian otomasi penuh, pemantauan dapat dilakukan secara realtime (seketika). Pemantauan didukung oleh Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA). Masing-masing proses pengolahan ditampilkan pada layar (display) di ruang kendali. “Jika terjadi masalah pada sebuah proses, langsung terbaca pada sistem kontrol ini sehingga lebih mudah mencari titik masalah dan memperbaikinya. Begitu juga perawatan peralatan,” jelas Fahrudin.

Dilihat dari segi waktu dan tenaga kerja, menurut Fahrudin, investasi pada otomasi penuh ini jauh lebih menguntungkan. Sebagai ilustrasi, pada proses sterilisasi secara manual. TBS dimasukkan ke dalam tangki perebusan dengan lori. Kemudian operator menutup tangki secara manual. Pengaturan uap (membuka dan menutup ketel) dan tekanan dilakukan manual. Begitu juga membuka dan menutup tangki pembuangan pada bagian bawah tangki perebusan.

Dengan sistem manual, ada kemungkinan katup tangki belum tertutup sempurna. Hal ini sangat berbahaya karena temperatur uap perebusan sekitar 120oC. “Kalau manual, katup uap dibuka-tutup dengan tangan. Ada kemungkinan belum tertutup. Sangat berbahaya karena temperatur uap sekitar 120oC. Waktunya juga kurang efisien,” beber Kristian A. Utomo, Industry Segment Manager Process Automation PT Festo dalam AGRINA edisi 153, Mei 2011 (www.agrina-online.com).

Kinerja pabrik

Dengan otomasi penuh, semua proses dilakukan secara otomatis sehingga lebih efisien dan pengendalian proses pengolahan lebih mudah. Selain itu, pemilik pabrik bisa memantau proses produksi di pabriknya dari mana saja dan kapan saja melalui telepon genggam atau tablet. “Pengusaha bisa menganalisis kinerja pabrik dan memberitahukan kepada koleganya tanpa harus datang ke lokasi pabriknya,” papar Fahrudin kepada AGRINA, November lalu.

Dari kelima proses umum tersebut, proses yang paling berpengaruh terhadap rendemen, mutu, efisiensi, serta produktivitas CPO dan PKO, adalah pelumatan dan pengepresan. Pada kedua proses inilah pertama kali minyak dihasilkan. “Jika pada proses ini sudah tidak bagus, maka hasil untuk proses selanjutnya juga menjadi tak bagus,” jawab Fahrudin melalui surat elektronik. Melalui sistem otomasi, kedua proses pengolahan ini dapat dikontrol dengan seksama.

Menurut Fahrudin, biaya modifikasi kontrol, sensor, dan aktuator secara menyeluruh untuk melakukan otomasi sekitar Rp4 miliar. Tetapi jika ingin hasil yang lebih maksimal dengan beberapa modifikasi mekanik diperlukan tambahan biaya sekitar Rp2 miliar. Jika dengan sterilisasi horizontal, tambahan biaya modifikasi mekanik sekitar Rp7 miliar. Dengan demikian, biaya yang diperlukan untuk modifikasi otomasi Rp4 miliar - Rp11 miliar.

Coba bandingkan dengan investasi membangun PKS yang baru. Menurut data 2014, diperkirakan biaya membangun pabrik berskala besar dengan kapasitas 60 ton TBS per jam, sekitar US$13 juta atau setara Rp163 miliar. Berarti biaya yang diperlukan untuk memodifikasi pabrik lama agar dapat menerapkan sistem otomasi berkisar 2,5% – 6,7%.

Jadi, untuk memenangkan persaingan global, penerapan sistem otomasi pada pabrik kelapa sawit suatu keharusan. “Beberapa pabrik di Indonesia sudah menerapkan sistem otomasi. Ada pengembalian investasi serta peningkatan life time mesin dan peralatan produksi,” ungkap Fahrudin meyakinkan.

Syatrya Utama

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain