Cara Presisi Hitung Benih
Tambahan keuntungan bisa didapat dari meminimalkan kesalahan dalam perhitungan jumlah benih ikan.
Bisa dibayangkan bagaimana repotnya menghitung benih ikan yang sangat sukar dilihat secara kasatmata tetapi berjumlah ribuan ekor. Apalagi metode perhitungan yang diterapkan sebagian besar pembenih masih sangat sederhana dengan mengandalkan mata telanjang.
Bila terus mengandalkan cara lama seperti itu, pastilah sangat menguras waktu dan tenaga. Belum lagi akurasi perhitungan yang kurang tepat, tentu akan berimbas pada kerugian yang tidak sedikit karena terjadi terus menerus. Bahkan, perlakuan pada benih saat perhitungan bisa juga memicu penurunan kualitasnya akibat stres.
Jaja Suteja, Sales Manager PT Queenlab Indonesia, penyedia alat-alat lab di Jakarta, membenarkan, cara perhitungan benih ikan dengan mengandalkan indera mata bisa bermasalah pada keakuratan hasil perhitungan. Seperti pemakaian gayung, lanjut dia, hanya memperkirakan jumlah benih ikan yang terambil di dalamnya. “Yang lebih bagus pakai mikroskop. Dilihat pakai mikroskop ada berapa benih yang dihitung dari satu mililiter sampel. Namun perhitungannya bisa berbeda juga antara satu orang dengan orang lain,” cetusnya saat ditemui AGRINA dalam acara Indonesian Aquaculture beberapa waktu lalu.
Untuk itu perusahaan yang berfokus pada peralatan kesehatan bidang perikanan seperti alat uji virus dan antibiotik ini menyediakan alat hitung benih dengan nama Xpercount. Alat ini didatangkan dari Kanada sejak tahun lalu guna memudahkan teknisi hatchery dalam menghitung benih yang dihasilkan. “Alat itu untuk menghitung mikroorganisme, seperti benih semua ikan, udang juga bisa, plankton serta alga,” ujarnya.
Cara Pemakaian
Cara kerja alat penghitung benih ini, menurut Jaja, seperti memotret obyek. Lalu dengan sinar inframerah yang bekerja sebagai sensor akan menghitung jumlah mikroorganisme. Hasil perhitungan dari alat penghitung versi pertama tersebut ia klaim lebih presisi dibandingkan mata telanjang maupun mikroskop. Meskipun begitu, dinilainya hasil perhitungan alat ini belum 100% akurat karena sangat sulit untuk mendapat hasil sempurna. “Alat ini akurasinya 95%. Dari beberapa percobaan kita memang mendekati angka itu,” tandasnya.
Penggunaan alat tersebut, sambung Jaja, cukup mudah. Sampel benih yang akan dihitung tinggal dimasukkan ke dalam alat yang berbentuk seperti ember. Setelah itu alat dikalibrasi dan memilih jenis sampel apa yang akan dihitung. Terakhir tekan tombol dan angkanya akan langsung muncul di layar.
“Tinggal pencet dan kita pilih sampelnya, misal udang vaname dalam sepuluh liter air. Terus pilih ukurannya, misal PL (Post Larvae) ukuran 3-12 mm. Kemudian pencet tombol count dan dalam lima detik hasilnya sudah keluar. Misalnya terdapat 100 ribu ekor, nanti tinggal dikalikan saja dengan volume air di kolam,” ulas pria berkacamata ini.
Kemampuan hitung alat pintar ini tergantung jenis yang akan dihitung. Contoh, benur udang vaname PL, konsentrasi maksimal dalam satu liter air yang akan terhitung sekitar 40.000-7.500 ekor. “Range-nya berbeda-beda tiap jenis, misalnya yang kecil angka hitungan yang keluar bisa lebih besar. Kalau benur, karena ukurannya lebih besar, jadi lebih sedikit hasilnya. Ambang volume airnya mulai dari 500 ml sampai 10 liter, tapi kebanyakan pakai 5 - 10 liter,” bebernya.
Harga
Untuk membawa pulang satu unit penghitung pintar bertenaga listrik ini, pembenih harus merogoh kocek kurang lebih US$15 ribu (sekitar Rp174 juta). Harga yang terbilang mahal bagi pembudidaya kelas menengah ke bawah. Sangat jauh bila dibandingkan penghitungan konvensional yang bisa dikatakan tanpa biaya.
“Cuma, seandainya kita jual benih, kalau hitungannya ada loss (hilang), bakal rugi juga. Misalnya satu pelanggan berapa ratus ribu ekor loss, dikalikan ada berapa pelanggan, dan dikalikan berapa bulan, ‘kan banyak juga loss-nya. Kalau kita lihat dari segi keuntungannya ya lumayan. Sebagai produsen benih ‘kan loss-nya nggak terhitung, siapa tahu dalam waktu 4-5 tahun harga ini sudah bisa ditutupi dari loss yang sering terjadi,” ia berpromosi.
Dari segi purnajual, alat ini bergaransi suku cadang selama satu tahun penuh. Selain itu, teknisi dari Kanada juga akan didatangkan langsung untuk melatih cara pengunaannya kepada pembeli.
Sampai saat ini, Jaja mengaku, baru menjual beberapa unit saja. Alasannya karena memang produk ini masih terbilang baru di pasar nasional. Baru beberapa instansi pemerintah saja yang beli. Banyak juga hatchery yang sekarang melirik keandalan alat ini.
Arfi Zulta HB