Selasa, 24 Juni 2014

Teknologi Baru Penyangga Tanaman

Teknologi Baru Penyangga Tanaman

Efektivitas dan efisiensi harus diupayakan pada budidaya sayuran dan buah-buahan semusim.  

Perkembangan teknologi turut mendorong sektor pertanian berkembang. Terlihat dari beberapa peralatan modern yang digunakan petani di lahan budidayanya. “Salah satu inovasi sederhana yang mampu menekan biaya produksi petani adalah penggunaan ajir atau turus atau alat penyangga tanaman,” ujar Amrozi, Staf Pemasaran PT Takiron Indonesia, produsen ajir yang ditemui AGRINA pada perhelatan Pekan Nasional Kontak Tani dan Nelayan XIV di Malang, Jatim (8/6).

Dalam budidaya komoditas hortikultura, seperti cabai, tomat, melon, dan semangka dibutuhkan ajir atau turus untuk menopang tanaman agar tetap tegak, memperkokoh batang tanaman. “Juga untuk mencegah tanaman roboh karena berat buah dan tiupan angin,” tambah Rozi, sapaannya. Selain itu, ajir pun bisa mengoptimalkan sinar matahari ke tanaman sehingga fotosintesis berlangsung secara maksimal, membantu penyebaran daun dan tunas serta ranting supaya teratur, mempermudah penyiangan, penyemprotan, dan pemupukan.

Lebih jauh, menurut Rozi, pemasangan ajir bertujuan pula meningkatkan produktivitas tanaman, mengefisienkan lahan tanam, dan memudahkan perawatan. Hasil penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia, imbuhnya, penggunaan ajir pada tanaman cabai dapat meningkatkan produksi buah sampai 48%. Biasanya, pemasangan ajir dilakukan setelah tanaman sudah mulai berbunga atau akan menghasilkan buah. Biasanya ajir yang terlihat di kebun berbahan kayu atau bambu dengan panjang berkisar 150 - 200 cm.

Baja Berlapis Plastik

Semakin menipisnya ketersediaan bambu di pasaran menyebabkan produksi ajir bambu terkendala. “Kondisi inilah yang mendasari Takiron Indonesia untuk membuat inovasi di bidang pertanian berupa ajir plastik,” ungkap Rozi. Ajir plastik memang diproduksi untuk memecahkan masalah di daerah yang mulai mengalami kesulitan mendapatkan bambu sebagai bahan baku ajir.

Ajir baru asal Jepang ini dibuat dari pipa baja yang dilapisi plastik dengan kedua ujungnya ditutup kap. Setiap batang dilengkapi dengan keratan berjarak 5 cm  yang berfungsi untuk menambatkan tali pada tanaman supaya tidak mudah merosot,  dan dapat berfungsi sebagai pengukur tinggi tanaman.

Secara visual, lanjut Rozi, ajir ini sangat menarik karena warna hijaunya yang senada dengan warna daun. Produk yang diluncurkan sejak 2010 ini tersedia beberapa ukuran sehingga penggunaannya tinggal disesuaikan dengan tanaman yang diusahakan.

“Peralatan ini juga dibuat untuk memudahkan petani dalam memelihara dan mengolah tanaman di lahan pertaniannya dengan mempertimbangkan sisi efektivitas dan efisiensi waktu dan biaya,” jelas Rozi.

Keunggulan lainnya, padat dan tak berpori sehingga tidak mengubah kandungan alami tanaman dan tanah. Bahan ini pun ringan sekitar 0,12 kg/ajir,  antirayap, tahan karat, jadi awet dan dapat dipergunakan berkali-kali. Mudah dibongkar, dipasang, dan dirapikan setelah penggunaan.

Tidak berbeda dengan pemasangan ajir dari bambu, ajir plastik ini  pun ditancapkan sekitar 5 - 10 cm dari batang tanaman. Untuk memperkuat pemasangannya, ajir-ajir yang sudah tegak, tambahkan gelagar (atap) supaya ajir bisa bisa saling terhubung dengan ajir lainnya.

Lebih Murah dan Menguntungkan

Hitung-hitung investasi awal untuk pembelian ajir plastik memang lebih mahal. Namun, Rozi memastikan, kendati lebih mahal, daya tahan ajir ini bisa mencapai 10 tahun sehingga investasi itu terbilang jauh lebih murah dibandingkan penggunaan ajir bambu.

Rozi mencontohkan pemanfaatan ajir bambu siap pasang pada kebun cabai yang harganya antara Rp400 - Rp500/batang. Petani butuh sekitar 18 ribu batang senilai Rp7,2 juta/ha untuk sekali pakai selama masa tanam. Masa tanam berikutnya, ajir mesti diganti yang baru karena sudah rusak dan cenderung tidak bisa digunakan lagi.

Sementara bila menggunakan ajir plastik, biaya yang dikeluarkan petani terasa besar. Ia harus merogoh kocek sekitar Rp99 juta untuk 18 ribu batang ajir yang harganya Rp5.500/batang. Jika ajir tahan selama 10 tahun atau 30 kali pemakaian, maka petani hanya menghabiskan biaya Rp3,3 juta/tahun.

“Petani tidak harus investasi langsung semuanya, tapi bisa bertahap. Misalnya membeli untuk 1,5 ha dulu atau 3.000 tanaman dulu. Panen berikutnya tambah lagi dan seterusnya, ini akan lebih terjangkau,” saran Rozi.

Satu lagi nilai tambah ajir plastik dibandingkan bambu adalah tidak berpori-pori sehingga bisa meminimalkan pertumbuhan cendawan atau bakteri yang menempel di batang ajir. “Cendawan dan bakteri ini tentu akan mengganggu tumbuh kembang tanaman yang bisa merugikan petani,” katanya.

Supaya tetap awet, ajir plastik ini tidak boleh kena benda tajam. Sebaiknya menggunakan gunting untuk membersihkan dan memotong tali yang dililitkan pada ajir setelah tidak digunakan lagi agar plastik tidak terkelupas. Saat ini, sudah banyak petani hortikultura di Lembang, Kab. Bandung, Jawa Barat dan petani Jawa Tengah yang sudah memanfaatkan ajir plastik ini.

Irwansyah, petani dari Nusa Tenggara Timur sangat tertarik menerapkan teknologi sederhana ini untuk meningkatkan produksi para petani di daerahnya. Ia takjub dengan penggunaan ajir plastik karena masih banyak petani di NTT yang memanfaatkan ajir bambu dan kayu. Sekarang ini, katanya, harga bambu dan kayu makin mahal dan sulit didapatkan. “Ajir plastik sebagai jawaban bagi pertanian yang berbasis teknologi meski sederhana,” komentar Irwansyah.

Sementara itu, A. Rahman, Kepala Seksi Kelembagaan Tenaga dan Sarana Penyuluh, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, menimpali, teknologi ini sangat memungkinkan untuk diterapkan di wilayah kerjanya. “Ajir yang terbuat dari baja yang dilapisi plastik dengan ketahanan pakai hingga 10 tahun pasti sangat menguntungkan petani dan sangat efisien dalam segi biaya jika dibandingkan dengan tiang bambu atau kayu yang biasa digunakan petani selama ini,” jelasnya .

Produk penyangga tanaman ini terdiri dari empat macam, yaitu Shintake dan Shinnebushi. Penyangga ini digunakan untuk pertanaman hortikultura, antara lain cabai, melon, timun, dan tomat. Selain kedua produk tersebut, tersedia juga tipe Arch Pipe yang berbentuk lengkung dan berkaki panjang dengan fungsi sama. Ada lagi jenis Tunnel Pipe yang bentuknya melengkung hampir setengah lingkaran. Jenis ini umum dipasang dengan menambahkan lembaran plastik atau shading net sebagai penutup tanaman dari sinar matahari, air hujan, dan melindungi tanaman dari serangan hama.

Tri Mardi Rasa

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain