Hanya butuh waktu dua jam dengan empat tenaga kerja untuk tanam seluas satu hektar.
Kurangnya tenaga kerja tanam padi berakibat tertundanya waktu tanam. Menjawab kelangkaan tenaga kerja di bidang pertanian salah stunya dengan menggunakan alat mesin pertanian (alsintan) penanam bibit padi (transplanter).
Menurut Faisal Yulyanto, Sales & Service Dept PT Kubota Machinery Indonesia (PT KMI), pemanfaatan mesin secara optimal bisa menambah keuntungan petani. “Meski harus ada biaya investasi. Petani pun terbantu dalam kemudahan pengerjaan, waktu, dan biaya,” jelasnya.
Namun, kata Faisal, butuh waktu untuk pengalihan dari cara tanam manual ke mekanisasi. Sebab di Indonesia masih belum banyak lahan yang sepenuhnya menggunakan alsintan. “Hanya daerah tertentu saja atau daerah yang kekurangan tenaga kerja penanam,” ungkapnya.
Penggunaan mesin penanam bibit padi sangat penting terkait dengan kelangkaan tenaga kerja saat musim tanam dan biaya tanam. Mesin ini bisa memangkas biaya tanam dan waktu pengerjaannya lebih singkat.
Hemat Tenaga Kerja
Saat ini, masih banyak petani melakukan pindah tanam dari persemaian ke lahan yang dikerjakan secara manual. Butuh sedikitnya tenaga kerja 25 orang/ha untuk melakukannya. “Biaya yang dikeluarkan petani pun bertambah,” imbuh Faisal .
Sementara, dengan menggunakan mesin tanam Kubota, tenaga kerjanya lebih sedikit. Cukup empat orang termasuk operator yang menjalankan mesin. Alumnus Fakultas Pertanian UGM ini merinci, dua orang bertugas sebagai operator yang bekerja bergantian dan dua lainnya membantu mengangkat bibit siap tanam ke mesin tanam. “Lebih praktis, efisien dari segi tenaga kerja dan secara ekonomis lebih murah sebab tidak membutuhkan banyak pekerja,” jelasnya.
Apalagi penanaman bibit dilakukan dalam baki (tray) khusus ukuran 30 cm X 60 cm, sehingga bibit siap tanam tidak perlu dicabut. “Persemaian ini lebih mudah, lebih irit lahan dan bisa dilakukan di mana saja, bahkan di halaman rumah,” kata lelaki yang sebelumnya berkiprah di perusahaan benih tersebut. Media tanamnya berupa tanah dan sekam yang sudah dicampur pupuk. Perlakuan benih tetap bisa dilakukan sesuaikan kebiasaan.
Hemat Benih 50%
Dalam satu hektar paling tidak dibutuhkan sekitar 150 – 200 baki bibit yang ditebar dari sekitar 15 kg benih. Persemaian dalam baki memudahkan penanaman bibit padi dengan mesin. Selain itu, kata Faisal, kebutuhan benihnya pun lebih irit hingga 50%. Jika biasanya petani menebar 60 kg/ha, maka dengan menggunakan baki bisa setengahnya.
“Kubota punya referensi sendiri, yaitu 20 kg/ha, tapi kita kombinasikan dengan pengalaman petani. Karena itu kita anjurkan dulu setengah dari biasanya,” sambung Faisal.
Untuk penanaman di sawah jumlah bibit per lubang bisa diatur sesuai kebutuhan petani. “Maksimal bisa sampai 7 bibit/lubang, tapi di lapangan biasanya petani mengaturnya 3 - 4 bibit/lubang. Ini terkait lokasi penanaman tersebut apakah banyak hama keong mas atau tidak,” papar Faisal.
Jarak tanam dengan mesin lebih akurat, lebih merata, dan lebih rapi. Apalagi desain mesin juga bisa mendukung sistem tanam jajar legowo. Dan petani yang tertarik menggunakan mesin tanam tak harus beli sendiri, bisa juga menyewa dari pemilik alat.
Tri Mardi R, Peni SP, Hermai Nini