Pemanas ini sepintas tampak seperti pemanas ayam pada umumnya, tetapi dengan sedikit sentuhan modifikasi dia pun bisa jadi pengering cucian.
Hujan tak henti-hentinya mendera. Pasti kondisi ini menimbulkan kecemasan bagi Anda pemilik ayam usia brooding, periode pemeliharaan dari ayam umur sehari hingga umur 14 hari. Tak ingin ayam Anda kedinginan selama musim penghujan? Salah satu yang bisa Anda lakukan adalah memberikan penghangat.
Standarnya, satu unit pemanas bisa menberikan kehangatan bagi 600 ekor ayam umur sehari. Saat ini jenis pemanas yang tersedia di pasaran sangat bervariasi ada yang menggunakan bahan bakar kayu, serutan kayu, batubara, gas, dan listrik.
Masing-masing pemanas memiliki kelebihan dan kekurangan. Alat pemanas yang akan dibahas kali ini berasal dari CV Maloko. “Alat pemanas ini sebenarnya ada karena terpaksa. Dulu saya pakai lampu yang 200 watt, itu harus pasang banyak. Lampu sering putus, watt gede, dan lampu mahal,” beber Eric Yuei Yanto HK, peternak dan pemilik CV Maloko di Cisauk, Tangerang, ketika ditemui AGRINA di peternakannya.
Bahan Bakar Apa Saja
Melihat banyaknya limbah berupa serutan kayu yang terbuang, alumnus dari seni grafis Billy Blue, Sydney, Australia, ini pun memutar otak. “Saya cari konsepnya, pertama pakai kaleng susu berhasil, kedua dengan tong berhasil, tapi asapnya tetap masih banyak. Saya kepikirannya bagian mobil, ’kan ada bagian isapnya cyclone-nya ya, pembakarannya jadi bagus. Nah, saya coba itu. Kalau untuk mobil aja bagus, apalagi ini. Ternyata bagus, asap hilang, konstan panasnya,” ujar anak pengusaha kayu ini.
Waktu yang diperlukan untuk menjadikan api stabil, kata Eric, “Sepuluh detik, dengan catatan kondisi biasa.” Kondisi biasa di sini maksudnya serutan kayu dalam keadaan kering dan saat menyalakan api menggunakan kain 10 cm dililit pada besi, dicelup bensin dibakar dan langsung dimasukin ke dalam poros pemanas. Namun kalau kayu basah, untuk mencapai stabil bisa sampai dua sampai tiga menit.
Awalnya api akan besar, kemudian turun dan langsung jadi bara semua. “Intinya, harus selalu bakar di tengah. Jadi kita mau pakai apa aja nggak masalah yang penting nyalanya gede di tengahnya,” papar Eric sembari memperlihatkan pemanasnya.
Untuk pembakaran selama enam jam, dibutuhkan serut kayu kira-kira 5 kg. Serut tersebut dimasukkan ke dalam tangki dengan kondisi dipadatkan. “Diisi 5/6 tangki tetapi padat ya,” pesannya. Tetapi bila Anda kesulitan menemukan serutan kayu, maka dapat diganti dengan bahan apa pun, seperti kayu bekas bangunan, sekam atau ranting pohon.
Masing-masing bahan tentu memiliki ketahanan yang berbeda-beda. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan Eric, untuk serbuk kayu sengon sebanyak 5 kg mampu mempertahankan suhu konstan selama enam jam. Sedangkan bila kayu keras dengan bobot yang sama, bisa tahan tujuh jam. Beda halnya bila menggunakan kalau kayu biasa, api yang dihasilkan akan lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan limbah gergaji.
Setelah lima menit pembakaran, pengurangan kayu sangat sedikit, bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada. “Kalau kayak gini ‘kan hemat banget. Ini setelah dibakar lima menit nggak ada beda dibandingkan dengan awal,” ujar pria kelahiran Jakarta, 1 Juli 1975 ini.
Kemampuan pemanas temuannya cukup baik. Untuk kandang berukuran 40 m x 4 m diperlukan empat buah pemanas. Dengan kata lain satu alat dapat menghangatkan ruangan seluas 10 m x 4 m. Saat ini ada dua pemanas yang diproduksi Eric, yaitu pemanas DOC serbuk kayu dengan harga Rp800 ribu dan pemanas DOC serbuk kayu dengan kipas Rp1,6 juta.
Manfaat Lain
Tak hanya peternak, ternyata pengusaha jasa cuci (laundry) pun ada yang tertarik pada alat pemanas ini. “Yang buat laundry, cerobong atas untuk keluar asap, cerobong samping buat keluar panas. Jadi, kalau dia nggak mau ambil asapnya, ambil yang samping. Tapi kalau asapnya mau dibuat asap cair, ya bisa diambil,” ujar Eric panjang lebar.
Panas yang dikeluarkan alat ini disalurkan ke corong yang dimasukkan ke sebuah ruang tertutup. Di situlah baju-baju tersebut disemprot dengan uap panas. Berdasarkan informasi pengusaha laundry yang disampaikan kepada Eric, penghematan karena adanya alat ini luar biasa. Pasalnya, untuk satu mesin laundry, kapasitas 10 kg dengan pemakaian satu jam itu memerlukan energi 1.000 watt.
Kalau pakai pemanas ini, memang memerlukan waktu pengeringan lebih lama, enam jam, tetapi daya yang dibutuhkan untuk menyalakan kipas hanya 40 watt. “Sekali kering bareng, cuma memang lebih makan tempat,” pungkas peternak ayam prebiotik ini. Tertarik ingin mencoba untuk peternakan atau usaha laundry Anda?
Ratna Budi Wulandari, Arlina Ratnasari, Arfi Zulta HB