Minggu, 25 Agustus 2013

Selamatkan Hasil Panen dengan Pengering

Cuaca yang tidak menentu belakangan ini mempengaruhi hasil panen jagung. Penyelamatan harus segera dilakukan dengan mesin pengering.

Untuk memenuhi standar industri pakan ternak, jagung pipilan harus sesegera mungkin dikeringkan agar terhindar dari cendawan yang nantinya membentuk racun (aflatoksin). Pemilihan alat pengering jagung (corn dryer) yang tepat membantu petani atau pelaku usaha menyelamatkan jagung tersebut. Menurut WN Soebardjo, Marketing Manager Grain Processing Division PT Rutan, produsen alat dan mesin pertanian di Surabaya, Jatim, ada tiga pilihan pengering, yaitu Bed Dryer dengan Mixer, Fluidized Batch Dryer, dan Continuous Batch Dryer.

Bed Dryer dengan Mixer

Untuk usaha skala kecil seperti petani dan kelompok tani, PT Rutan memproduksi Bed Dryer tipe ABD 3200 M dilengkapi mixer. Mixer ini mempercepat penguraian biji jagung di dalam bak pengering. Gerakan mixer yang seperti ulir juga meratakan hembusan hawa panas dari arah bawah sehingga pengeringan lebih efektif dan merata. Kapasitas pengeringan sekali tampung sebanyak 3,5-4 ton.

Untuk mencapai jagung standar pakan ternak yang kadar airnya 15%-16% atau di bawah 20% dibutuhkan waktu 6-8 jam. “(Kinerja) dryer sangat berhubungan erat dengan kelembapan di mana alat itu dipasang, jadi variatif waktu pengeringannya,” jelas Bardjo, sapaan akrabnya. Namun di Serpong, Banten, jagung dengan kadar air 22% dikeringkan sampai 15% hanya perlu waktu 2,5 jam.

Harganya relatif terjangkau di kisaran Rp150 jutaan dengan dapur sekam tidak langsung (indirect). Bahan bakarnya sekam. Hasil hawa panasnya lalu disalurkan ke ruang pengeringan di bagian bawah Bed Dryer. “Bisa juga dengan burner yang berbahan bakar minyak atau gas. Di Jawa Barat banyak yang memakai gas, tapi daerah Jatim dan wilayah timur karena limbah sekamnya melimpah jadi memilih dapur sekam indirect,” imbuh Bardjo.

 

Fluidized Batch Dryer

Pilihan pengering untuk pengusaha pengeringan jagung atau penggilingan gabah adalah Fluidized Batch Dryer dan Continuous Batch Dryer. “Fluidized Batch Dryer lebih ideal untuk menghadapi cuaca yang sangat tidak bersahabat (curah hujan tinggi) karena kemampuan pengeringannya 4%-6%/jam,” papar Bardjo.

Bentuk fisik alat ini besar sehingga volume kebutuhan jagungnya sekitar 200-500 ton/hari. Kemampuan pengeringannya sekali proses dengan kadar air awal 21%-24% menjadi 15%-16% bisa 8-10 ton/jam.

Cara kerjanya, jagung pipilan basah masuk ke dulang pengeringan. Selama di dalam dulang itu jagung mengalami fluidasi membentuk gelombang aliran massa. Air di permukaan jagung dan sebagian di dalam jagung cepat teruapkan karena besarnya tekanan blower dari arah bawah dan akibat hawa panas yang disalurkan di situ.

Berbeda dengan dryer lorong sempit. “Begitu kandungan air dalam partikel jagung itu tidak sesegera mungkin kita uapkan, selama berputar pada dryer lorong sempit atau jenis dryer lain yang tidak sempurna sistem aliran udaranya, justru akan menimbulkan aflatoksin,” tukas Bardjo. Laju pengeringan dryer lorong sempit, apapun mereknya, tidak bisa lebih dari 1%/jam.

Pengering besar ini cocok digunakan di daerah bercurah hujan tinggi atau daerah yang petaninya memanen jagung dalam keadaan berkadar air tinggi lebih dari 30%. Selanjutnya jagung masuk ke sarana pengering Continous Batch Dryer dengan laju pengeringan 2%-4%/jam. Kedua alat ini dapat dipasang sebagai satu kesatuan atau dipisah, tergantung si pengguna.

Indah Retno Palupi (Surabaya)

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain