Cukup satu kendaraan angkut untuk bibit, penanaman, hingga pemupukan. Efisien dan efektif digunakan di lahan sawit.
Aktivitas di perkebunan kelapa sawit kerap terkendala kondisi jalan di dalam kebun yang rusak, atau sulit dijangkau kendaraan berat. Traktor ataupun truk yang biasa digunakan sebagai alat angkut justru mengakibatkan jalan bertambah rusak.
Sebagai gambaran, jalan di perkebunan kelapa sawit terbagi menjadi tiga jenis, yaitu jalan utama (main road), jalan produksi (collection road), dan jalan pengendali (control road). Sekitar 10%-20% dari jalan-jalan itu dalam kondisi jelek, rusak, sempit, tanjakan dan turunan, serta basah dan licin dalam kondisi hujan. Karena itu dibutuhkan kendaraan angkut yang ringan dan relatif lincah untuk mengakses jalan tersebut.
Mengisi kebutuhan kendaraan angkut yang lebih fleksibel untuk melalui berbagai kondisi jalan, Yamaha ATV Grizzly 700 FI (fuel injection) hadir. Dengan bobot sekitar 300 kg (termasuk bahan bakar), dan trailer seberat 150 kg, ATV ini dapat mengangkut beban hingga 500 kg. Bobotnya yang relatif ringan dibandingkan truk atau traktor sehingga tidak akan amblas di jalan rusak sekalipun, tanpa memperparah kondisi jalan. Dimensinya yang kecil juga memungkinkannya masuk ke jalan sempit dengan lincah.
Efisien di Pembibitan
Indra Gumay Putra, Manajer Divisi All Terrain Vehicle (ATV), Generator & Instancy, PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), menuturkan, ATV Yamaha memang hadir untuk memenuhi kebutuhan di kebun sawit. “Kami memilih ATV moel Grizzly 700 FI berkapasitas 700 cc yang tangguh, ekonomis, dan efisien untuk segala kondisi dan cuaca di kebun sawit,” ungkapnya kepada AGRINA.
Manfaatnya di kebun sawit pun sangat terasa. Misalnya bagi perkebunan sawit yang masih baru, ATV digunakan untuk mengangkut bibit dan pupuk ke areal kebun dengan kondisi collection road seadanya. Sementara malam harinya, ATV digunakan untuk mengangkut tanah pengisi polibag ke pembibitan. Infrastruktur perkebunan baru umumnya belum memadai. Biasanya jalan yang ada baru satu lapis menggunakan lempung (clay) saja sehingga penggunaan ATV sangat membantu.
Kendaraan lincah ini dapat dimanfaatkan untuk mendistribusikan bibit sawit berumur 1-1,5 tahun. Dalam sekali angkut, ATV dapat membawa 40 bibit dari jalan utama ke jalan produksi sepanjang 1-1,5 km. Dalam sehari, dibutuhkan sekitar 1.000 bibit untuk ditanam. Dengan menggunakan ATV hanya dibutuhkan sekitar 6-7 jam dengan biaya angkut Rp144/bibit. Sementara jika diangkut secara manual, untuk mengangkut 1.000 bibit dibutuhkan 3-4 hari dengan biaya Rp500/bibit. Bayangkan penghematannya.
Pemupukan Tepat Dosis
Sebagai kendaraan angkut, penggunaan ATV juga dapat mengoptimalkan penggunaan pupuk pada masing-masing tanaman sawit. Untuk pemupukan, ATV dapat mengangkut 8 karung goni atau setara dengan 400 kg NPK Mahkota granular. Distribusi pupuk dilakukan dengan lebih efektif dari pohon ke pohon.
“Distribusinya ini dari pohon ke pohon. ATV ini lewat di antara pohon. Jadi ada beberapa kebun yang pupuknya itu langsung dimasukkan ke dalam plastik, diikat, dan diletakkan per pohon. Beberapa waktu kemudian, datang para pemupuk, dia tinggal datang, sebar pupuknya lalu tali rafianya diikat di pelepah daun sebagai tanda kalau tanaman itu sudah dipupuk,” papar Indra.
Metode ini dinilai lebih efektif karena dosis pupuk yang diaplikasikan per pohon lebih tepat. Dalam metode biasa, karung pupuk hanya diletakkan di pinggir jalan dan para pemupuk mengangkut secara manual, dosis pupuk per tanaman tidak merata.
“Yang di pinggir jalan pasti penuh, sementara yang paling ujung tinggal sedikit. Karena apa? Itu ‘kan berat. Jadi di pinggir-pinggir dihabisin biar agak ringan. Akibatnya tanaman yang di ujung itu kurang nutrisi. Yang di pinggir malah kelebihan nutrisi,” tambah Indra.
Pembibitan dan pemupukan baru dua dari beberapa fungsi lain dari Yamaha ATV Grizzly 700 FI. Dalam proses panen hingga pemadam kebakaran pun, si roda tiga lincah ini dapat diandalkan.
Renda Diennazola, Liana Gunawati