Pupuk sudah diberikan sesuai anjuran, tapi pertumbuhan tanaman segitu-segitu saja. Coba cek, siapa tahu tanaman kita sakit.
Upaya peningkatan produksi terus gencar dilakukan. Pemupukan berimbang, pengairan teratur, penyemprotan, dan masih banyak lagi tindakan budidaya yang diterapkan petani dengan satu tujuan, hasil panen meningkat. Tidak salah memang, banyak yang berhasil dengan langkah itu. Namun, tidak sedikit pula yang merasa teknik budidaya intensif tersebut tidak efektif karena produksi tak kunjung meningkat.
“Seperti kita saja, kalau sedang sakit makanan seperti apapun yang masuk ke dalam tubuh tidak akan terserap dengan optimal. Sama halnya tanaman. Untuk mengejar produksi, petani kasih pupuk terus, tanpa tahu sebenarnya pupuk yang diberikan itu diserap tanaman atau nggak,” tutur Darmawan Sandi Susilo, Brand Manager PT Bina Guna Kimia, produsen dan distributor pupuk serta pestisida di Jakarta.
Pemberi Energi
Optimalisasi penyerapan nutrisi seharusnya ikut menjadi fokus dalam upaya peningkatan produksi. Bukan hanya menambah dosis pupuk, tetapi juga menjamin bahwa nutrisi yang diberikan akan sepenuhnya diserap tanaman. Bukan tidak mungkin, dosis pemupukan yang selama ini diaplikasikan jauh lebih besar ketimbang seharusnya.
Wawan, demikian sapaannya, menjelaskan, “Dalam tanaman ‘kan hormon-hormonnya sudah lengkap. Cuma, saat kita lihat tanaman itu stres, nggak mau tumbuh atau dia nggak mau menyerap pupuk, itu pasti ada salah satu hormon dalam tubuhnya yang sedang tidak dalam kondisi ideal,” katanya saat ditemui AGRINA di kantornya.
Boom Flower, pupuk organik dan pembenah tanah yang didistribusikan oleh PT Bina Guna Kimia, yang diformulasikan dari Nitrobenzene 20% dapat melakukan tugas tersebut. Senyawa Nitrobenzene mengaktifkan fungsi sel-sel penyusun tanaman sehingga dapat bekerja secara optimal, serta mengaktifkan kembali hormon-hormon dalam tubuh tanaman.
“Dengan aktifnya hormon-hormon dalam tubuh tanaman tersebut, maka proses fisiologis tanaman menjadi lebih aktif. Penyerapan pupuk pun akan lebih optimal. Dia seperti memberi energi ke dalam tanaman,” cetus Sarjana Pertanian dari Universitas Brawijaya, Malang ini. Aplikasi Boom Flower, lanjut dia, bahkan bisa mengurangi dosis pupuk hingga 25% tetapi hasilnya sama dengan yang dosisnya 100%.
Namun, Wawan menegaskan, Boom Flower bukan zat pengatur tumbuh (ZPT) atau pupuk pelengkap cair (PPC). Berbeda dengan ZPT yang terfokus pada satu hormon, Boom Flower menyeimbangkan fungsi dan jumlah hormon tanaman. “Kalau aplikasi giberelin saja misalnya, nanti sitokinin dan auksinnya bagaimana? Yang akan berlebihan hanya giberelinnya saja, tidak akan optimal juga,” imbuhnya.
Peningkatan Produksi
Selain sebagai energizer tanaman, produk yang mulai dipasarkan pada Maret 2010 ini juga terbukti dapat memperbaiki pertumbuhan akar, merangsang pertumbuhan bunga, mencegah kerontokan bunga, meningkatkan faktor organoleptik (rasa, aroma, warna, bentuk, ukuran), hingga merangsang pemasakan buah.
Fungsi itulah yang sudah dibuktikan oleh banyak petani. Sutekno misalnya, petani melon di Desa Sendang Arum, Kec. Landasan Ulin, Kab. Banjarbaru, Kalimantan Selatan, ini menuturkan, tanaman dan buah melonnya lebih seragam. Ukuran buah lebih besar dari biasanya. Rasa buah pun lebih manis, dan jala di kulit buah lebih rapat.
Lain lagi dengan Adi Triyadi, petani padi dan sayuran di Desa Tambak Sarinah, Kec. Kurau, Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan. “Hasil panen kacang panjang dan buncis meningkat lebih dari 20% dengan masa panen yang lebih panjang. Lalu kalau ada bunga, semuanya jadi buah, tidak ada yang rontok,” ucapnya riang saat dihubungi AGRINA melalui telepon.
Aplikasi Boom Flower pada sayuran cukup sebanyak 1-1,5 ml/liter air yang disemprotkan secara merata ke semua bagian tanaman. Contohnya pada buncis, Adi mengikuti anjuran aplikasi Boom Flower, yaitu pada 10, 20, 30, dan 45 hari setelah tanam.
Renda Diennazola, Untung Jaya