Belajar sekaligus praktik usaha dan menjalin kemitraan? Di sini tempatnya.
Begitu mendengar nama ikan sidat, yang langsung terlintas di benak kita adalah ikan eksotis bernilai jual menjulang. Di Indonesia harga glass eel, benih ukuran 0,09 gr yang transparan sebening kaca, saja Rp700 ribu – Rp900 ribu/kg dan harga sidat ukuran konsumsi, 250 gr/ekor sebesar Rp100 ribu/kg. Jika sampai di Jepang, negeri konsumen utama penikmat menu masakan sidat, harga benih melambung fantastis hingga Rp50 juta/kg.
Sementara, kebutuhan sidat untuk konsumsi Jepang setidaknya 300 ribu ton/tahun. Diikuti permintaan pasar China dan Korea yang masing-masing membutuhkan 14 ribu ton sidat/tahun. Belum lagi tumbuhnya restoran Jepang yang marak di pasar domestik juga memerlukan suplai sidat berkesinambungan. Tidak heran jika banyak orang tergoda dan berlomba-lomba menyelami bisnis belut bertelinga ini.
Jalin Mitra Bisnis
Antusiasme masyarakat yang sangat tinggi dalam berbisnis sidat kerap terbentur dengan pengetahuan dan informasi dunia sidat yang masih gelap. Banyak juga anggapan yang beredar bahwa membudidayakan sidat butuh modal sangat besar, lahan luas, dan proses budidaya yang rumit. Namun seiring perkembangan inovasi dan teknologi, anggapan tersebut kurang tepat. Pasalnya, usaha budidaya sidat bisa dilakukan secara bermitra dan dalam skala rumahan.
Melihat antusiasme masyarakat untuk berbisnis sidat, Sidat Aquaculture Community (SAC) bekerja sama dengan AGRINA menggelar kegiatan “Pelatihan budidaya, Sharing Pengalaman, dan Membangun Jaringan Usaha Sidat”. Pelatihan budidaya sidat ini berlangsung di Cijeruk, Bogor, Jabar pada 22-23 Desember lalu dan diikuti 8 peserta dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, Karawang, Yogyakarta, hingga Medan.
Menurut Yopie Yuliarso, penggagas SAC bersama Ahmad Djatmiko dan Iskandar Muda, pelatihan sidat ini sekaligus untuk menjalin mitra usaha sidat. SAC telah meneken kontrak ekspor sidat ukuran konsumsi ke Jepang sebesar 2 ton/bulan. Apalagi, Jepang sebagai importir utama sidat, meminta sidat hasil budidaya, bukan tangkapan alam.
Langsung Aksi
Pelatihan sidat dimulai pukul 09.30 - 21.00 WIB pada hari pertama. Acara dilanjutkan pada hari kedua mulai pukul 09.30 - 12.00 WIB. Pada hari pertama, pelatihan dikemas dalam diskusi interaktif antarpembicara dan peserta. Peserta mendapat penjelasan tentang potensi pasar sidat; cara budidaya dari benih hingga pembesaran; pengenalan penyakit, pencegahan dan pengobatan; peralatan-peralatan yang digunakan dalam budidaya; manajemen pakan dan kualitas air; hingga cara panen, pengemasan, dan pengurusan surat izin pengiriman barang.
Umumnya pembudidaya sidat menggunakan pakan ikan kakap atau pakan sidat impor. Namun, SAC sudah menyiapkan pakan sidat sesuai standar nasional Indonesia (SNI). “Pakan harus sesuai SNI. Saya sudah sering komunikasi dengan pabrik pakan. Buat budidaya bisalah,” terang Yopie.
Sore hari yang dibarengi hujan lebat, acara dilanjutkan dengan kunjungan ke tempat budidaya sidat. Peserta melihat langsung kolam budidaya sidat yang terbuat dari akuarium, terpal, hingga kolam semen permanen. Sidat dari ukuran glass eel hingga finger ling menempati wadah sesuai ukurannya. Selanjutnya, teknisi budidaya mengajarkan cara pemberian pakan pellet yang diminati sidat, yaitu membentuk pellet menyerupai cacing.
Hari kedua, peserta meninjau kolam budidaya pembesaran sidat. Peserta pun berkesempatan melakukan tanya jawab dengan teknisi budidaya tentang berbagai masalah budidaya pembesaran sidat.
Agar pelatihan berwujud dalam tindakan nyata, peserta diberi satu kilogram benih fase elver, sekitar 40 ekor untuk dibudidayakan. Dengan itu, sambung Yopie, peserta bisa langsung beraksi membudidayakan sidat karena sudah memiliki benihnya. Sementara itu, peserta pun tanggap dengan menyiapkan sarana budidaya ketika sampai di rumah masing-masing. Benih sidat akan dikirimkan ketika sarana budidaya siap digunakan.
Menurut Yopie, dalam waktu dekat ini pelatihan budidaya sidat berikutnya akan diadakan di Jakarta dan Ungaran, Semarang lantaran antusiasme calon peserta pelatihan yang cukup tinggi. Jadi, tunggu info selanjutnya ya!
Windi Listianingsih