Tidak hanya kue donat yang berbentuk bulat. Mengikuti psikologi ikan, KJA bulat hasilkan panen optimal.
Budidaya ikan di perairan umum seperti danau, waduk, hingga tepi laut, tentu membutuhkan kolam (keramba) budidaya yang kuat dan tahan lama sehingga bisa digunakan berulang kali. Selain itu, bentuk keramba pun menentukan efisiensi penggunaannya.
Dari segi bahannya, ada keramba yang terbuat dari kayu dan plastik. Keramba yang terbuat dari kayu umumnya berbentuk kotak. Sedangkan keramba berbahan dasar plastik ada yang berbentuk kotak dan melingkar (bulat).
Tahan Lama
Melihat kemudahannya diproduksi, kebanyakan pembudidaya ikan, baik di perairan darat maupun perairan laut, menggunakan keramba jaring apung (KJA) yang terbuat dari kayu. Pasalnya, menurut Imam Kadarisman, Direktur Star Gold, salah satu produsen KJA yang berbasis di Bandung, Jabar, KJA dari kayu bisa dibuat sendiri dan dengan biaya sekitar Rp10 juta/unit. Hanya saja, KJA dari kayu tidak awet dan mudah rusak. Setiap tahun pembudidaya harus mengganti total KJA yang lapuk tergerus air.
Imam menambahkan, sekarang ini mulai marak penggunaan KJA dari bahan plastik high-density polyethylene (HDPE), khususnya KJA berbentuk bulat. Pasalnya, KJA dari plastik HDPE berumur panjang, hingga 30 tahun. Ia mencontohkan, KJA bulat HDPE keluaran Star Gold tidak mengalami perubahan meski telah dipasang selama 4-5 tahun. Rahasianya, konstruksi antar-KJA dibuat seperti senyawa sehingga tidak saling beradu ketika digoyang ombak.
Selain itu ketika ombak menerjang KJA bulat, deburan air akan mengeliling KJA sesuai bentuknya sehingga tidak merusak konstruksi. “Jadi posisinya keramba ini tidak melawan arus tetapi mengikuti arus,” tambah Yahya, pemilik Star Gold. Sementara pada KJA berbentuk kotak, ombak akan berbenturan dengan kayu dan tidak mengelilingi KJA. Walhasil, KJA akan rapuh dan mudah patah lantaran terdorong ombak setiap saat.
Aktif Bergerak
Penggunaan KJA bulat ternyata juga efektif dalam budidaya ikan. Menurut Imam, KJA bulat memberikan ruang gerak tanpa sudut yang memungkinkan ikan selalu bergerak sehingga tubuhnya proporsional. “Dipaksa dia untuk bergerak. Karena dia tidak menemukan trap zone, sudut,” timpal Imam. Sementara, ikan yang dibudidaya dalam KJA kotak cenderung malas bergerak dan akan berkumpul di sudut-sudut keramba karena menganggap bisa memperoleh makanan di situ.
Yahya menuturkan, KJA bulat Gold Star sudah digunakan oleh pembudidaya ikan di waduk Cirata, Jawa Barat, dan pembudidaya kerapu di Batam, Kepulauan Riau. Hasil penggunaan KJA bulat Gold Star di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, budidaya ikan kerapu bisa menghasilkan kelangsungan hidup (SR, survival rate) sebesar 71,3%. Pada KJA bergaris tengah 3 m itu ditebar 19.900 benih ikan kerapu macam. ”Masih tersisa 13.180-an ikan. Jadi persentase 71,3%,” jelasnya.
Dengan harga sekitar Rp30 juta/unit dan masa penggunaan sekitar 30 tahun, pembudidaya hanya memerlukan biaya investasi kira-kira Rp1,5 juta/ tahun. Cukup murah bukan?
Windi Listianingsih