Senin, 26 Nopember 2012

Menjaga Mandat demi Karet Rakyat

Balai penelitian terkesan tidak “dekat” dengan masyarakat? Itu tak berlaku di Balai Penelitian Sembawa.

Apa yang terlintas di benak kita saat mendengar balai penelitian? Sebuah tempat yang tertutup bagi masyarakat? Itulah pendapat yang dilontarkan akibat ketidaktahuan akan fungsi dan tujuan utama berdirinya balai penelitian. Karenanya, mari berkenalan dengan balai penelitian yang diberi mandat utama mengembangkan perkebunan karet rakyat di Sembawa, Banyuasin, Sumatera Selatan.

Sebelum berdiri sendiri, Balai Penelitian (Balit) Sembawa merupakan kebun percobaan Balai Penelitian Perkebunan Bogor. Lalu, pada 1 April 1982, kebun percobaan ini diresmikan Wakil Presiden RI saat itu, H. Adam Malik, menjadi Balai Penelitian Sembawa, dan pada 1 Februari 1994 menjadi salah satu balai penelitian di bawah pengelolaan Pusat Penelitian (Puslit) Karet.

 “Balit ini didirikan di tengah-tengah areal karet rakyat. Jadi awalnya mandatnya itu lebih ke karet rakyat,” tutur Ir. Muji Lasminingsih, M.S., Peneliti Pemuliaan Karet, Balit Sembawa. Balai yang berlokasi sekitar 19 km dari pusat Kota Palembang ini mengemban misi menghasilkan inovasi teknologi yang mampu memajukan industri perkaretan di Indonesia. Tujuannya, tentu mewujudkan Indonesia sebagai penghasil karet alam terbesar dunia.

Sarana Penelitian

Berlokasi di areal perkebunan karet rakyat, penelitian yang dilaksanakan sebagian besar bertujuan meningkatkan produksi, produktivitas, hingga kualitas lateks karet rakyat. Kegiatan penelitiannya meliputi pemuliaan tanaman, proteksi tanaman, agronomi, teknologi pascapanen, hingga manajemen usaha tani.

Bersama dengan dua balai penelitian lain di bawah Puslit Karet, kegiatan penelitian dibagi dalam lima kelompok program penelitian utama. Yaitu, peningkatan produktivitas tanaman, peningkatan efisiensi teknologi budidaya dan manajemen agribisnis karet, peningkatan fungsi perkebunan karet dalam konservasi dan rehabilitasi lingkungan, rekayasa alat dan mesin untuk pengolahan karet, serta pengembangan wilayah, kelembagaan, dan kebijakan yang mendukung usaha agribisnis karet.

Luas kebun percobaan di sini mencapai 3.500 ha yang tersebar di tiga lokasi, yaitu Sembawa (Kab. Banyuasin) 3.350 ha, Batumarta 125 ha, dan Kungkilan 182 ha (Kab. Ogan Komering Ulu). “Kenapa luas? Misalnya, dalam penelitian pemuliaan, tak mungkin begitu data terkumpul selama 10 tahun lalu tanaman dibongkar. Jadi, memang di kebun itu pun ada tanaman yang tidak berproduksi, produksi sedang, dan produksi tinggi. Yang ditanam tak hanya yang berproduksi tinggi,” kata Muji.

Mendukung penelitian, laboratorium fisiologi, proteksi tanaman, tanah dan pemupukan, serta teknologi pascapanen didirikan di sini, dilengkapi dengan peralatan modern. Tak hanya itu, stasiun klimatologi, kebun persilangan karet, pilot pabrik pengolahan karet remah, tempat pelatihan teknologi pascapanen, hingga perpustakaan juga dapat ditemui di sini.

Jasa, Pelatihan, dan Produk

Melakukan penelitian dan melahirkan berbagai teknologi baru bagi pengembangan karet, yang menjadi misi utama Balit Sembawa, didukung berbagai layanan lain. Masyarakat bisa meminta bantuan dalam rekomendasi pemupukan, evaluasi kelayakan lahan, bantuan teknis dalam budidaya karet, jasa analisis kandungan unsur hara tanah, tanaman, hingga pupuk, serta berbagai bentuk pelatihan dan magang.

Muji mencontohkan, untuk survei kesesuaian lahan misalnya, Balit Sembawa banyak melayani perkebunan baru di berbagai wilayah. Sementara pelatihan dan magang diberikan kepada berbagai kalangan, mulai dari petani, mandor kebun, asisten kebun, manajer kebun, pejabat, hingga berbagai lembaga keuangan seperti perbankan.

Balit Sembawa menyediakan tiga pilihan layanan pelatihan, seperti pelatihan reguler yang memang dilaksanakan secara rutin, pelatihan nonreguler yang materi dan waktu penyelenggaraannya disesuaikan dengan permintaan pengguna jasa, serta inhouse pelatihan yang materi, waktu, dan tempat pelaksanaannya disesuaikan dengan permintaan pengguna jasa.

Salah satu program pelatihan yang jadi andalan adalah sekolah penyadapan atau tapping school. Sebagai kegiatan utama dalam perkebunan karet, pelatihan penyadapan dianggap penting untuk mengoptimalkan penyadapan dan menghindari kerusakan bidang penyadapan. Balit Sembawa menjadi salah satu tempat pelaksanaan tapping school di samping Balit Sungei Putih, Deli Serdang, Sumatera Utara, dan Balit Getas, Salatiga, Jawa Tengah.

 “Sebenarnya sejak 2011, tapping school ini sudah ada, walaupun belum bernama. Hanya, memang tidak spesifik penyadapan. Ada materi lain seperti pengolahan hasil dan pemasaran,” ujar Muji.

Maman Suparman, Asisten Jasa Balit Sembawa menambahkan, “Sejak 2011, ada 14 kegiatan, dengan jumlah peserta kurang-lebih 200. Sampai akhir Oktober ada 315 peserta,” jelasnya.

Tak puas hanya memberikan pelatihan, Balit Sembawa pun menyediakan layanan informasi harga karet harian yang bisa diakses melalui pesan singkat (SMS). Dengan mengetik “KARET HARGA” dan mengirimkan ke 9779 masyarakat akan memperoleh harga karet dengan kadar karet kering 100% di pintu pabrik, untuk wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat.

Tidak Hanya Karet

Balit Sembawa memang berada di bawah Puslit Karet, dan menyediakan berbagai bibit karet dari klon unggulan. Toh, sejatinya tak melulu mengurusi soal karet. Maraknya peredaran bibit sawit palsu turut menggelitik Balit Sembawa, yang masih “bersaudara” dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Medan, untuk turut menyediakan bibit dan kecambah kelapa sawit. Itu sebabnya, sejak 2005, Balit Sembawa bekerja sama dengan PPKS, mendirikan Unit Prosesing Kecambah Sawit (UPKS).

“Pengembangan sawit di wilayah Sumatera bagian selatan ‘kan cukup tinggi ya. Jadi, paling tidak, kami menyediakan untuk rakyat, karena mereka kalau mau pergi ke Medan ‘kan jauh,” papar Muji. Sistemnya, Balit Sembawa menerima benih dari PPKS untuk dikecambahkan di UPKS. Saat penyaluran, semua dokumen, harga, termasuk kotak pengiriman berasal dari PPKS.

Sekitar 2 juta kecambah sawit tiap tahun mampu disalurkan Balit Sembawa. Namun jangan dikira benih cuma akan dijual dalam jumlah besar. Kembali ke mandat awal untuk memajukan perkebunan rakyat, pembelian bibit dalam jumlah sedikit pun akan dilayani. “Berapa pun, petani hanya butuh 100, 200, tetap kami layani. Justru lebih banyak yang (membeli) partai kecil di sini,” tegas Muji.

Renda Diennazola, Syatrya Utama

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain