Tetap Segar dengan SULIS
Pasteurisasi dengan kejut listrik tak hanya menurunkan jumlah mikroba, tetapi juga dapat mempertahankan kualitas susu.
Susu segar amat disukai berbagai bakteri, seperti Staphylococcus, Clostridium, E. coli, Salmonella. Untuk mengurangi ancaman bakteri tersebut, susu segar dapat dipasteurisasi.
Pasteurisasi adalah pemanasan susu dengan suhu 63°C selama 30 menit atau 71,5°C selama 15 menit. Sedangkan sterilisasi ada dua cara. Pertama, melalui Ultra High Temperature (UHT), yaitu susu dipanaskan sampai suhu 137° - 140°C selama 2 - 5 detik. Kedua, mengemas susu dalam wadah hermetis (kedap udara) kemudian memanaskannya pada suhu 110° - 121°C selama 20 - 45 detik.
Namun ada kalanya proses pasteurisasi tersebut tidak berjalan sempurna sehingga kualitas susu berubah. “Biasanya ada perubahan warna susu sehingga susu menjadi tidak segar (kecokelatan), terdapat rasa masak, bahkan sampai terjadi penggumpalan karena panas,” jelas Veri Andriawan, Program Director CV Inovasi Anak Negeri, produsen alat pasteurisasi susu listrik (SULIS) di Malang, Jatim. Akibatnya, susu jadi tak layak jual.
SULIS
Untunglah kini ada alat pasterurisasi susu listrik alias SULIS. Kala ditemui dalam acara INOTEK 19 Oktober di Jakarta, Veri membocorkan rahasianya, ”Kita menggunakan teknologi Pulsed Electric Field (kejut listrik tegangan tinggi).”
Dengan teknologi itu, hanya perlu waktu lima menit untuk mempasteurisasi 5-10 liter susu. ”Alat ini bisa digunakan 16 jam nonstop,” kata jebolan Fakultas Teknik Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Jeda hanya satu menit untuk mengeluarkan susu yang sudah dipasteurisasi.
Setelah pemakaian terakhir dalam satu hari, tempat penyimpanan susunya harus direndam air panas selama dua menit. Air rendaman dibuang, lalu tempat penyimpanan susu itu disterilisasi dengan alkohol. ”Kalau tidak dibersihkan, susu akan membusuk dan membentuk kerak. Kerak itu susah dibersihkan sehingga bakterinya nempel di situ,” terang Veri.
Pasteurisasi menggunakan SULIS ini mampu membunuh bakteri sampai 98,14% dengan protein susu yang tidak rusak sebesar 90%. Sementara cara pasteurisasi yang umum juga menghasilkan persentase bakteri yang mati hampir sama tinggi, yaitu 90%, tetapi jumlah protein rusak sekitar 50%. ”SULIS bisa membunuh bakteri jahat pada susu, yaitu bakteri patogen dan bakteri pembusuk sehingga susu tahan lama dan aman dikonsumsi,” klaim pria asli Trenggalek, Jatim, itu.
Di ruangan terbuka, susu biasanya bertahan selama 5-7 jam saja. Sementara susu hasil pasteurisasi dengan alat yang telah mendapatkan penghargaan dari Youth National Science and Technology Award ini dapat bertahan selama 3-6 hari di ruang terbuka atau tiga bulan dalam kemasan aseptik.
Selain tanpa panas, SULIS juga hemat energi karena hanya dibutuhkan input listrik rumah sebesar 120-900 watt, tergantung kapasitas penampung susu. ”Biaya listriknya itu tidak lebih dari Rp5.000 dalam satu hari. Jadi sangat hemat energi,” urai pria kelahiran 27 Januari 1990 tersebut.
Berbagai kelebihan tersebut membuat SULIS dengan mudah mencuri hati para pengguna. Kini SULIS sudah beredar di berbagai tempat, seperti Bogor, Bandung, Malang, Bali, dan Medan. Pemanfaatannya pun tak terbatas untuk susu, tapi juga santan, jus, dan susu kedelai. ”Yang penting berbahan dasar cair,” pungkas Veri.
Selain yang berkapasitas 5-10 liter susu, kini telah tersedia SULIS berkapasitas 25, 50, 100, dan 500 liter. Harga SULIS terjangkau bagi usaha kecil dan menengah. Yang berkapasitas 500 liter dibandrol Rp100 juta/unit. Sedangkan yang kapasitas 5-10 liter, konsumen hanya perlu merogoh kocek Rp7,5 juta.
Ratna Budi Wulandari