Lima tahun mendatang, kapasitas industri pupuk urea dunia naik 24%. Sebanyak 60 pabrik baru menggelontorkan produksinya. Bertahankan industri dalam negeri?
Untuk mengetahui peta dan prospek bisnis pupuk dunia, International Fertilizer Industry Association (IFA) menggelar seminar di Hotel Four Season, Jakarta awal September lalu. Acara yang dihelat PT Pupuk Indonesia (Persero) ini menghadirkan Luc M. Maene, Dirjen IFA, Michel Prud’homme, Direktur Produksi dan Perdagangan Internasional IFA, Bambang Tjahjono, Dirut PT Pupuk Kujang (anak perusahaan Pupuk Indonesia), Fusuo Zhang dari Universitas Pertanian China, dan Masato Oda dari JIRCAS.
Makin Efisien dan Kompetitif
Pembicaraan yang cukup penting bagi Indonesia adalah paparan Michel Prud’homme bertemakan “Global Nitrogen Outlook”. Menurut Direktur Produksi dan Perdagangan Internasional IFA ini, lima tahun lagi di dunia bakal beroperasi 60 pabrik urea baru. Sebanyak 18 unit di antaranya berada di China. Kapasitas pabrik urea sejagat pun akan melonjak, dari 182 juta ton menjadi 226 juta ton pada 2016.
“Yang menarik adalah banyak di antara pabrik itu yang berorientasi ekspor,” ujar Prud’homme. Contohnya Pakistan. Tadinya tetangga India itu terbilang importir besar urea tapi sekarang sudah mempunyai bahan baku dalam jumlah yang memadai. “Tak hanya menjadi swasembada, tapi Pakistan juga bakal jadi eksportir kalau mereka punya cukup gas,” imbuhnya.
Kondisi mirip terjadi di Vietnam yang kini tengah membangun pabrik pupuk. Tahun ini mereka mampu memenuhi kebutuhan pupuk urea sendiri. Dan bila tidak ada kendala teknis, Vietnam akan jadi eksportir.
Tak kalah menarik adalah penemuan shale gas di Amerika Serikat (AS) sejak 2007. “Penemuan shale gas yang murah itu, hanya US$3/MMBTU bisa mengubah peta industri nitrogen dunia (gas alam Indonesia US$4/MMBTU). Kelak AS bisa memproduksi (pupuk nitrogen) paling murah. Mereka dulu membangun terminal impor (LNG), kini mulai mengubahnya menjadi terminal ekspor,” rinci Prud’homme.
Prospek Indonesia
Bagaimana dengan Indonesia? Di bawah PT Pupuk Indonesia (Persero), kapasitas produksi urea kita, menurut perhitungan Prud’homme, akan meningkat 2,65 juta ton pada 2016. Arifin Tasrif, Dirut PT Pupuk Indonesia di sela-sela acara mengonfirmasi hal itu. “Kita sedang membangun empat pabrik dengan kapasitas baru. Tiga mengganti yang lama, yang satu baru,” jelasnya. Pabrik tersebut berlokasi di Palembang (Sumsel), Bontang (Kaltim), dan Gresik (Jatim). Peningkatan produksi ditargetkan sebanyak 1,5 juta ton.
Lebih jauh Arifin memaparkan, revitalisasi pabrik lama dan pembangunan pabrik baru itu merespons perkembangan industri dunia yang makin efisien dan kompetitif. “Kita harus mengantisipasi. Kalau industri kita terpuruk, nggak efisien, maka produk asing itu akan masuk. Sekali produk asing itu masuk, dan kemudian menjalar, akhirnya kita nggak ada kedaulatan. Akhirnya, pangan kita akan ditentukan oleh suplai dari orang,” ujarnya serius.
Pabrik baru di Kaltim dan Jatim itu berkapasitas lebih besar dan lebih hemat energi. Tingkat operasional pabrik Indonesia yang sudah 90%, di atas rata-rata dunia yang 83%-85%, juga akan digenjot hingga 95%.
Pembangunan pabrik di Jawa juga diharapkan memangkas pengeluaran sebanyak US$60 juta/tahun yang selama ini untuk mentransportasikan pupuk dari Sumatera dan Kalimantan ke Pulau Jawa. Selain itu, kita merintis gasifikasi batubara untuk menurunkan biaya produksi sehingga produk pupuk kita makin berdayasaing.
Peni Sari Palupi