Dengan menggunakan bakteri endofit, tanaman padi lebih sehat dan produktivitasnya bisa meningkat.
Roman Abdurrahman menggunakan bactoPLUS, dalam penyemaian padi varietas lokal seperti Merah Wangi, Omyok, Hawara Batu, Rogol, Peuteuy, dan Pare Hideung. Estate Manajer Gasol Pertanian Organik di Desa Gasol, Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, ini memanfaatkan agroprobiotik seri padi produksi PT Prima Agro Tech tersebut, untuk mendapatkan hasil penyemaian yang baik. “Dari benih ini, kelihatannya baik,” tuturnya.
BactoPLUS, yang berbentuk tablet efervesen ini, mengandung bakteri endofit penambat nitrogen (Klebsiella sp., Bacillus subtilis, Bacillus endophiticus, Acinetobacter sp., Azospirillum brasilense, dan Azotobacter chroococcum) dan pelarut fosfat (antara lain Pseudomonas sp.). Bakteri endofit yang hidup di dalam jaringan akar, batang, dan daun padi ini berperan sebagai probiotik sehingga dapat meningkatkan kesehatan tanaman itu.
Imunisasi
“Bagi kita yang bergerak di pertanian organik ini, (probiotik) ini bisa sebagai imunisasi. Saya melihatnya ke situ,” kata H. Usman Suparman, Ketua Gabungan Pertanian Organik (GPO) Nyi Sri di Kelurahan Bojongherang, Cianjur, Jawa Barat, yang juga menggunakan probiotik tersebut. Kesulitan di pertanian organik itu, kata Usman, adalah mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Bila sehat sejak dini, diharapkan tanaman padi organik lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Probiotik, menurut Dr. Ir. Wiwik Eko Widayati, MS, adalah istilah untuk mikroorganisme hidup yang dapat memberikan efek kesehatan bagi inangnya (dalam hal ini padi). Menurut doktor mikrobiologi lulus UGM itu, keunggulan probiotik bakteri endofit adalah jumlahnya tidak melebihi normal (103 – 104 cfu/gr) dan spesifik untuk berinteraksi dengan tanaman tersebut. Bakteri yang baik ini mengisi ruang-ruang di antara sel sehingga bakteri yang jahat tidak bisa masuk dan tanaman menjadi lebih sehat.
Pada pertanian padi organik, menurut Usman, penyakit yang sekarang paling merepotkan petani adalah tungro dan kresek atau BLB (Bacterial Leaf Blight). Bedanya, pada pertanian organik, jika serumpun terserang tungro, paling empat rumpun yang ikut terserang. Tapi, pada pertanian non-organik, kata advokasi KTNA (Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan) Cianjur itu, jika terkena satu rumpun, semuanya bisa terserang. “Untuk BLB, produk ini (bactoPLUS) sudah bisa mengatasinya,” tandas Gunawan Sutio, Direktur Pemasaran PT Prima Agro Tech, ketika berbincang dengan Usman di Cianjur.
Penyemaian
Aplikasi bactoPLUS tidak sulit. Satu tablet bisa digunakan untuk satu kilogram benih. Bila satu hektar ditebar 20 kg benih, maka diperlukan 20 tablet bactoPLUS atau senilai Rp100 ribu.
Mula-mula tablet ini direndam dalam air secukupnya. Rendam benih padi ke dalam larutan tersebut selama dua hari. Kemudian, menurut Roman, ditiriskan selama dua hari. Setelah itu benih tadi disemai di sawah. Untuk padi varietas Merah Wangi, masa semainya sekitar 40 hari. Sekitar 4,5 bulan setelah dipindahtanamkan, baru bisa dipanen. “Umurnya 6 bulanan,” terang Roman.
Berbeda dengan Arif Ahmad Rifai. Petani padi di Kp. Sukadana, Desa Sukajaya, Kec. Bojongpicung, Cianjur, Jawa Barat, ini menggunakan varietas Aek Sibundong dengan penanaman System of Rice Intensification (SRI). Penyemaian dilakukan di baki selama 10 hari. Kemudian penanaman satu lubang satu bibit dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. “Dengan menggunakan produk ini (bactoPLUS), pada umur lima hari setelah pindah tanam, sudah ada anakan. Padahal, biasanya anakan baru ada pada 12-16 hari setelah pindah tanam,” jelas Arif kepada AGRINA, ketika ditemui di Kp. Sukadana, Rabu (16/5).
Sebagai pembanding, Arif yang memiliki lahan seluas 70 tumbak (sekitar 1.000 m2) ini meminta ayahnya, Asep Zainal Abidin, untuk tidak menggunakan bactoPlus. Ternyata hasilnya memang beda. Padi yang ditanam Arif jauh lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan yang ditanam ayahnya. “Kelihatan dari pertumbuhannya. Padi yang ditanam dengan perlakuan bactoPlus, pertumbuhannya cepat. Pada umur 10 hari setelah pindah tanam, tingginya ada yang sudah mencapai 18 cm,” urai Arif dengan bangganya.
Menurut Henny Ikawatiningrum, Staf Pemasaran PT Prima Agro Tech, selain perlakuan terhadap benih, ada juga perlakuan pada saat anakan sudah banyak terbentuk. Biasanya untuk padi genjah pada 30 hari setelah tanam (HST), sedangkan pada padi yang panen umur 6 bulan, anakan banyak setelah 45 HST. Aplikasinya, dua tablet dilarutkan dalam air 15-20 liter (seukuran volume tangki semprot). Kebutuhan per hektar sekitar 16 tangki semprot atau setara Rp160 ribu. Penyemprotan dilakukan pada daun agar bakteri endofit dapat masuk melalui stomata. Diharapkan anakan lebih sehat.
Pada dasarnya, petani tidak mau ribet. Dalam hal pertanian organik, lahan tetap diberi pupuk kandang, jerami, sekam, urin kelinci dan sebagainya. Setelah diratakan 15-20 hari, baru dilakukan penanaman. Untuk mengatasi hama dan penyakit, ada yang menggunakan berenuk atau maja, daun tembakau, dan sebagainya. “Kami memberdayakan bahan-bahan yang ada di sekitar kami,” tutur Usman. Diharapkan, kata Arif, dengan perlakuan bactoPLUS, produktivitas padi bisa meningkat 20%-40%. Selama ini, produktivitas padi organik varietas lokal sekitar 7,6 ton gabah kering panen per hektar.
Perlu teknologi
Memang, pertanian organik itu, tidak harus mengharamkan teknologi baru seperti bactoPLUS ini, yang tergolong pupuk hayati. “Kalau tanpa pupuk hayati, pupuk kimia buatan tidak ada artinya,” kata Roman. Sebab, tanaman akan kesulitan menyerap pupuk kimia, yang merupakan sumber hara. Roman sendiri, sampai sekarang tidak menggunakan pupuk kimia buatan.
“(Pertanian organik) pola lama mungkin menutup mata dengan teknologi. Padahal, tidak semua teknologi itu jelek, asalkan kita bisa memanfaatkannya dengan baik,” kata alumni IPB, yang sebelumnya bekerja di perusahaan perkebunan ini.
Tentu saja, sesuai misi PT Prima Agro Tech, perusahaan ini ingin menunjukkan kepada petani bahwa pertanian organik itu mudah dan murah. “Kami tetap mendukung pertanian organik. Orang bilang pertanian organik susah. Tanpa teknologi susah. Kami menciptakan teknologi yang mudah dan murah untuk pertanian organik,” tutup Gunawan.
Syatrya Utama, Liana Gunawati