Contoh-contoh low carbon model town (kota berkarbon rendah) akan ditampilkan pada PF2N. Manggis dan pisang sebagai buah unggulan akan lebih menonjol.
Siapa tertarik dengan jambore varietas unggul hortikultura (buah, sayuran, tanaman obat, dan florikultura) di Pulau Dewata? Datanglah ke Pekan Flori-Flora Nasional (PF2N) di Sanur, Denpasar, Bali, 19-22 November 2011. Di lahan satu hektar dari delapan hektar tempat gelar PF2N sudah ditanami sekitar 150 varietas. “Pada saat pembukaan PF2N, dilakukan panen cabai,” kata Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr., Ketua Umum PF2N.
Inilah yang membedakannya dari PF2N di Batam 2010. Pada PF2N tahun lalu itu sudah ada jambore varietas unggul, tapi lokasinya terpisah dengan pameran. “Sekarang ini menyatu. Di situ (Denpasar) mendapatkan tempat ekspo yang cukup integrated,” lanjut Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura, Ditjen Hortikultura, Kementan, itu ketika wawancara khusus dengan AGRINA (15/9).
Bermisi Green Living
Sebagai bagian dari ASEAN Fair, meski pameran nasional, tapi nuansa internasional PF2N ini bakal sangat terasa. Apalagi acara yang berbarengan dengan Denpasar Festival Horticulture dan Sanur Village Festival ini sudah mendapatkan komitmen dari peserta World Orchid Conference (yang dilaksanakan di Marina Bay Sands Expo and Convention Centre, Singapura, 13-20 November 2011) untuk berkunjung ke acara PF2N.
“World Orchid Conference selesai, pesertanya akan ke PF2N. Sudah 11 negara register,” imbuh Ani. Jadi, meski pekan nasional, selain dari berbagai daerah, hadir juga peserta luar negeri. “Eksistensi hortikultura Indonesia bisa dikenali secara internasional,” cetusnya.
Acara yang mengusung tema Green Living with Tropical Horticultural Growing Business ini ingin menunjukkan bahwa selain bisnis, hortikultura itu juga sebagai penjaga lingkungan. Misi green living akan ditampilkan pada pameran tersebut. Misalnya rumah horti menampilkan keaslian tanaman, dan rumah organik. Wadah makanan juga tidak menggunakan styrofoam, tapi beralaskan daun dan anyaman rotan. “Kita menciptakan ramah lingkungan. Jadi misi tetap green,” urai yang fasih berbahasa Jepang itu.
Green city, yang mengarah kepada low carbon model town, merupakan salah satu kebijakan Ditjen Hortikultura, Kementan. Melalui pendekatan pemberdayaan pekarangan ini akan kita temukan wall garden, roof garden, dan tanaman hias pada fasilitas-fasilitas umum. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran green city ini untuk 10 kota, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, Semarang, Makassar, Medan, dan Palembang. “Sample-sample program ini akan di-launch pada acara PF2N,” jelas ibu yang pernah sekolah di Jepang itu.
Mendorong Konsumsi
Dalam pengembangan industri hortikultura (buah, sayuran, tanaman obat, dan florikultura), pemerintah akan menganut konsep scaling-up (peningkatan skala secara terpadu), bukan scattered (terpencar), dengan komoditas yang sesuai preferensi pasar. Misalnya melati akan dikembangkan di Tegal, Pemalang, Pekalongan, dan Brebes (jateng). Krisan, misalnya, dikembangkan di Sukabumi, Cianjur, Bandung Barat (Jabar), Semarang (Jateng), Sleman (DIY), dan Tomohon (Sulut).
Pada acara yang akan dilaksanakan di Pantai Matahari Terbit, Sanur, ini juga ditampilkan unggulan hortikultura dari 33 provinsi di Indonesia. Batola (Barito Kuala), Kalimantan Selatan, misalnya memamerkan jeruk, Tabanan (Bali) krisan, Minahasa (Sulut) kentang, dan Sukabumi (Jabar) temulawak.
Manggis, termasuk buah unggulan tropis yang akan ditonjolkan. Begitu pula ragam pisang. Nilai gizi sebuah pisang itu setara dua apel. “Kenapa tidak kita berikan pengertian pada ibu-ibu, anak-anak pendidikan dasar, bahwa gizi itu bisa kita dapat dari buah-buahan domestik,” tandas Ani.
Memang kita perlu mendorong konsumsi buah-buahan (apalagi yang bersumber dari buah-buahan domestik) sebagai sumber vitamin. “Kita bisa menggeser buah-buahan impor,” tegas Ani. Saat ini, konsumsi buah-buahan di Indonesia sekitar 35 kg per kapita per tahun. Untuk mendorong konsumsi sayuran, pada PF2N akan dilakukan lomba gemar makan sayur. Sekarang konsumsi sayuran 40 kg per kapita per tahun.
Di samping mengundang para investor, pembeli, dan membangun kerjasama, pameran ini dimaksudkan untuk menunjukkan eksisten hortikultura di Indonesia. Menurut Ani, kita membangun citra hortikultura Indonesia. Pada pameran ini juga ada paviliun kontak bisnis. “Setelah pameran tidak serta merta selesai. Ada kontak bisnis dan pelayanan perizinan terpadu. Jika nanti pengunjung domestik atau asing mau beli anggrek, perizinannya bisa diselesaikan di situ,” kata Ani.
Bagi yang ingin mengembangkan bisnis hortikultura, ada baiknya datang ke PF2N. Saat ini, nilai produk domestik bruto (PDB) hortikultura cenderung meningkat, dari sekitar Rp88 triliun pada 2009 menjadi Rp94 triliun pada 2010 atau tumbuh 6,6 persen. Perkembangan itu menunjukkan nilai ekonomi hortikultura kian menggiurkan. PF2N bisa menjadi salah satu sarana buat mempromosikan potensi hortikultura Indonesia.
Syatrya Utama dan Renda Diennazola