Senin, 15 Agustus 2011

Pemupukan Akurat dengan PHSL

Dengan layanan pemupukan spesifik lokasi melalui aplikasi web, android, atau ponsel, bisa meningkatkan pendapatan petani padi US$100 per hektar per musim tanam.

Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas padi sawah dan padi tadah hujan. Selain menggunakan benih bermutu, jarak tanam optimum, pengendalian hama dan penyakit terpadu, serta pengelolaan air yang baik. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah pemupukan.

Pemupukan diperlukan karena asupan unsur hara dari tanah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Agar memperoleh hasil yang optimal dengan biaya rasional bagi petani, International Rice Research Institute (IRRI), Filipina, bekerjasama dengan Balai Besar ( BB) Penelitian Tanaman Padi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, BB Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, serta BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian menghasilkan program Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL), bagi petani padi sawah irigasi dan padi tadah hujan di Indonesia.

Menurut Dr. Roland J. Buresh, Principal Scientist Crop and Environtmental Sciences Division IRRI, negara yang sudah menggunakan program ini, yang di luar negeri dikenal dengan site-specific nutrient management (SSNM), antara lain China, Filipina, Vietnam, India, Bangladesh, dan Afrika (Ghana, Nigeria, Mali, dan Senegal). “Program ini free. Nggak ada royalti. Negara lain sudah menggunakannya, untuk membantu petani padi,” timpal Dr. Zulkifli Zaini, Liaison Scientist for Indonesia dan Plant Nutrient Specialist IRRI.

Pada prinsipnya, PHSL ini merupakan perangkat pembuat keputusan berbasis komputer bagi rekomendasi pemupukan padi sawah irigasi dan tadah hujan. Dengan menjawab 15-20 pertanyaan, petani sudah bisa mendapatkan rekomendasi pemupukan yang akurat. Berdasarkan pertanyaan tersebut, petani sudah bisa mendapatkan jawaban pemupukan, baik melalui ponsel atau HP (via SMS), aplikasi web, atau aplikasi android melalui telepon pintar (smartphone).

Pertanyaan yang harus dijawab petani antara lain, luas lahan, ketinggian lahan dari permukaan laut, frekuensi penanaman dalam setahun, musim tanam, sumber air untuk irigasi dari musim yang dipilih, metode budidaya (tanam pindah atau tabur benih langsung), varietas, analisis tanah, dan letak sawah. Misalnya, Tarya, petani di Sukamandi, dengan luas lahan 350 bata (0,5 ha), menanam varietas Ciherang, tanam musim kemarau, dan sebagainya, dengan PHSL hasilnya 3.700-3.900 kg gabah kering panen (GKP). Padahal, biasanya, ia hanya memperoleh hasil 3.000 kg GKP per musim tanam.

Tiga cara mengakses

Ada tiga cara untuk mengakses PHSL ini. Pertama, aplikasi web melalui situs http://webapps.irri.org/nm/id dengan koneksi internet melalui PC atau laptop. Kedua, aplikasi android dengan smartphone. Cara ini cocok untuk penyuluh yang mewawancarai petani padi tanpa akses internet. Ketiga, aplikasi ponsel (melalui SMS atau pesan singkat). Untuk informasi melalui ponsel ini bisa mengunjungi http://webapps.irri.org/nm/idmobile.

Dengan mengontak nomor (rencananya 7475 atau PHSL) dan mengikuti petunjuk yang terdengar di ponsel, petani bisa meminta rekomendasi pemupukan yang tepat. Untuk sementara ini, petani bisa mengakses dengan Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Bali, dan Bahasa Bugis. Usai menjawab pertanyaan, masuk SMS: untuk mendapatkan 3.700-3.900 kg GKP pada luas 350 bata di musim kemarau dengan teknik budidaya yang baik, berikan 11/2 karung phonska pada umur 0-14 hari setelah tanam (HST), 1 karung urea pada umur 24-28 HST, dan 1 karung urea pada umur 35-39 HST.

Pada presentasi di BB Padi, Sukamandi, Subang, Jawa Barat, pada acara Open House, Rabu (27/7), Buresh memperagakan penggunaan PHSL dengan menggunakan Samsung Galaxy Tab dan HP Nokia. “Dengan menggunakan PHSL ini, berdasarkan uji lapangan di Filipina, peningkatan hasil bagi petani mencapai sekitar US$100 per hektar per musim tanam,” jelas Buresh kepada wartawan, yang didampingi Zulkifli Zaini di kantor BB Padi.

Dengan petani gurem kita yang mempunyai lahan rata-rata 0,3 ha, tambahan penghasilan sekitar US$30 tidak begitu besar. Namun, menurut Zulkifli, jika ada sejuta petani yang menerapkan PHSL, betapa besar nilai tambah yang diperoleh. “Jika kita lihat satu orang, US$30 tidak banyak. Tapi kalau sejuta petani, cukup banyak uangnya itu,” cetus Zulkifli.

Sekarang, Kementerian Pertanian sudah menyurati Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk mendapatkan nomor 7475 dan bebas pulsa. Program yang sudah diperkenalkan IRRI ke Menteri Pertanian Suswono, Januari lalu ini, akan diluncurkan Oktober ini. Karena Indonesia luas, kata Zulkifli, semua layanan telepon nirkabel dapat dilibatkan. Kalau di Filipina cuma dua: Smart Communications Inc. dan Globe Telecom.

Meningkatkan pendapatan

Dengan PHSL ini, menurut Zulkifli, petani lebih rasional dan tepat waktu dalam menggunakan pupuk untuk padi. Dengan demikian, akan menekan biaya pemupukan. “Tujuan PHSL ini merasionalkan penggunaan pupuk dan sekaligus meningkatkan produktivitas per satuan luas, yang akhirnya meningkatkan pendapatan petani,” paparnya.

Untuk menguji, seberapa besar peningkatan pendapatan petani dengan menerapkan PHSL ini, lanjut Zulkifli, akan dilakukan di sembilan provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Kalimantan Selatan. “Kami sekarang harus uji lapangan, apa betul dapat tambahan penghasilan US$100 per hektar per musim tanam,” tandasnya.

PHSL adalah salah satu cara meningkatkan produktivitas padi sehingga bisa menjadi salah satu solusi mengatasi ketahanan pangan (food security). “Kita harus meningkatkan produksi. Nggak ada kata lain. Meningkatkan produksi berarti meningkatkan produkvitas per satuan luas. Itulah yang dilakukan IRRI dengan teknologi PHSL ini,” tutur Buresh.

Syatrya Utama

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain