Dengan mesin cacah rumput, penyediaan hijauan pakan sapi menjadi lebih efisien dan skala pemeliharaan peternak bisa lebih tinggi.
Kesulitan para peternak sapi mencari rumput kala kemarau menjadi perhatian Haryanto, seorang penjual bakso keliling di Desa Wonosari, Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. “Kenapa tidak ada mesin yang bisa menggiling rumput sehingga hasilnya bisa disimpan untuk makanan ternak pada musim kemarau,” ujar Haryanto memulai percakapan dengan AGRINA di rumahnya.
Yanto, demikian sapaannya, berhitung, bila punya empat ekor sapi saja, peternak minimal harus mendapatkan rumput empat karung per hari. Sementara waktu yang dibutuhkan untuk menyabit rumput sebanyak itu dua hingga tiga jam.
Akhirnya tamatan SMA tahun 1993 itu teringat tayangan TVRI tentang mesin penggiling batang tebu dan batang jagung untuk dijadikan makanan ternak. Kemudian ia mempelajari cara kerja dan bentuk gigi serta pisau berbagai mesin pemotong. Kesimpulannya, untuk membuat mesin penggiling rumput harus ada dua pisau: pisau pertama memotong rumput, yang kedua mencacah hingga halus.
Pada 2001 ia mulai memproduksi mesin giling rumput. Pada awalnya, ia menumpang mengerjakan pembuatan mesin giling rumput ciptaannya di sebuah bengkel las di Desa Sri Sawah, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah, sekitar 40 km dari kediamannya. Setelah mesin diujicoba ternyata tidak saja bisa memotong dan menghaluskan rumput, tapi juga mencacah batang singkong, batang jagung, daun kelapa, dan daun kelapa sawit.
Dua Tipe
Sampai saat ini, Yanto berhasil menjual 13 unit mesin yang dinamainya “Gilrum” itu. Dua tahun terakhir ini ia memproduksi mesin di rumahnya lantaran dari penjualan mesin-mesinnya ia mampu membeli mesin las, mesin bubut sederhana, dan alat-alat perbengkelan lainnya.
Gilrum terdiri dari dua tipe. Tipe besar berkapasitas satu ton rumput halus per jam dengan mesin penggerak Kubota 8,5 PK. Mesin ini dibanderol Rp19 juta per unit. Tipe kedua berkapasitas 7 kuintal per jam dengan mesin penggerak Kubota 6,5 PK dijual dengan harga Rp15 juta per unit.
Bagi pemesan yang menginginkan harga lebih terjangkau, Yanto memasang mesin penggerak buatan China. Yang besar dipatok Rp15 juta dan yang kecil Rp12 juta. Mesin ini sekarang telah dimanfaatkan peternak di daerah Lampung Tengah, Kota Metro, dan Lampung Timur.
Mesin ini bisa bertahan hingga 15 tahun. Yang paling cepat rusak adalah bagian pelat bawah yang bersentuhan dengan rumput sekitar dua tahun dan pisau lebih dari tiga tahun.
Jual Rumput Halus
Bagi peternak sekitarnya yang tidak mampu membeli mesin, Yanto menyediakan dua unit Gilrum untuk menggiling rumput. Satu karung rumput halus dijualnya Rp13.000. Ia pun menyediakan jasa giling rumput dengan tarif Rp100 per kg.
Hijauan pakan yang sudah dihaluskan tersebut bisa tahan hingga satu tahun tanpa tambahan zat apapun. Menurut Yanto, rumput itu masih bisa dikonsumsi sapi meskipun sudah mengalami fermentasi secara alami. Hal itu dibenarkan Subowo. Kades Wonosari yang sudah mencoba rumput halus hasil olahan gilrum buatan Yanto ini mengakui hingga dua bulan rumput tersebut masih dikonsumsi sapinya.
Pria kelahiran 20 November 1973 tersebut yakin bila peternak menggunakan mesin penggiling rumput, mereka akan lebih bergairah memperbesar jumlah ternaknya. “Apalagi pascalarangan ekspor sapi bakalan diberlakukan Australia terhadap Indonesia, kita perlu memacu usaha peternakan agar mampu berswasembada daging,” ia sedikit berpetuah.
Yanto berharap, pemerintah memberikan bantuan mesin gilrum kepada peternak. Ia merujuk hasil yang diraih sejumlah kelompok tani pembeli gilrum di Lampung Timur. Sebelumnya, satu anggota kelompok hanya mampu memelihara paling banyak empat ekor karena kesulitan mencari rumput. Kini rata-rata setiap anggota memelihara 8—10 ekor dengan pertumbuhan bobot sapi naik dua kali lipat dibandingkan diberi rumput secara tradisional.
Syafnijal D. Sinaro (Kontributor Lampung)