Hasil penelitian yang bermanfaat acapkali hanya menghuni laci dan mentok sebatas karya ilmiah. Padahal itu perlu dikomersialkan agar kegunaannya dinikmati masyarakat.
Ide itulah yang muncul di benak Lusi Fausia. Keinginannya sederhana, hanya ingin hasil-hasil penelitian dari berbagai fakultas IPB tidak hanya sebatas teori. Selama ini buah penelitian hanya disosialisasikan lewat berbagai seminar dan kadang-kadang melalui media massa. “Hasil riset ‘kan perlu dijembatani agar lebih berkembang lagi,” katanya. Dibentuklah Serambi Botani, sarana penjualan produk-produk hasil penelitian, terutama dari IPB untuk diperkenalkan ke masyarakat.
“Melalui Serambi Botani disiapkan jendelanya, mencoba untuk diperbesar. Utamanya untuk mengintroduksi ke komersial, bahwa IPB punya sesuatu yang riil, nggak cuma teori saja. Itu kita terjemahkan dalam produk-produk yang dihasilkan itu,” papar General Manager IPB International Convention Center (IICC) itu.
Tidak tanggung-tanggung. Agar lebih dikenal masyarakat, Serambi Botani menempati lokasi di Botani Square Bogor, pusat perbelanjaan yang selalu ramai baik oleh warga Bogor sendiri maupun dari wilayah luar Bogor. Posisinya yang terletak tepat di depan pintu masuk utama juga menarik perhatian, ditambah dengan desain toko yang menarik dan cukup unik. “Konsep fisik tokonya, memang yang natural. Seperti pakai peti-peti, tiang dari batang pohon kelapa, penggunaan box recycle, kita memang cenderung menggunakan hal-hal yang berbau natural,” terang Lusia.
Serba Alami
Konsep natural tak hanya diwujudkan dalam tampilan tokonya tetapi juga bahan baku produk yang dipajang di sana pun alami. “Serambi Botani jelas mengangkat hal-hal yang terkait dengan kesehatan, tidak pakai kimia. Konsep lifestyle seperti itu yang kita angkat,” jelas alumnus Fakultas Perikanan IPB angkatan 1980 ini.
Produk yang dijual di Serambi Botani memang harus memenuhi persyaratan tersebut. Berasal dari bahan alami tanpa tambahan bahan kimia. Sebagian besar ini hasil penelitian mahasiswa dan dosen IPB. “Di IPB itu ‘kan ada Satuan Usaha Akademik (SUA) yang basic-nya adalah penelitian dosen. Namun, tidak tertutup kemungkinan pihak di luar SUA IPB untuk memperkenalkan produknya, seperti dari alumni IPB, masyarakat petani organik, maupun masyarakat umum. Semua kita kasih kesempatan masuk ke Serambi Botani selama sesuai dengan konsep (alami),” tambahnya.
Tak kurang dari 25 jenis produk tertata di rak-rak kayu. Di antaranya, makanan, perawatan tubuh dan wajah, minuman herbal, obat-obatan herbal, hingga yoghurt dan produk susu. Produk yang terlihat mendominasi adalah kelompok personal care alias perawatan tubuh, seperti lulur, masker, sabun, pelembut kulit, minyak & garam aromaterapi, dan minyak pijat.
Kelompok makanan misalnya, minuman instan dari tanaman berkhasiat, aneka keripik, teh, madu, kue brownies dari singkong, susu, telur omega-3, kacang-kacangan, mi instan organik, hingga beras organik. Tak ketinggalan berbagai kapsul herbal.
Sistem Waralaba
Perkembangan Serambi Botani di Bogor yang cukup baik membuka peluang gerai produk alami tersebut merambah tempat lain. Saat ini, Serambi Botani telah memiliki dua cabang, yaitu La Codefin Kemang dan Gandaria City, keduanya di Jakarta Selatan. “Semua cabang itu bukan investasi IPB, jadi semacam franchise (waralaba). Tapi, semua produknya harus melalui IPB, melalui Serambi Botani sini (Bogor),” jelas wanita berkacamata ini.
Selanjutnya, dengan adanya Serambi Botani ini, Lusi mengharapkan SUA IPB akan menjadi semakin berkembang dan digarap lebih serius lagi. “Saya ingin sekali Serambi Botani ini menjadi suatu outlet yang bertanggung jawab pada produknya sehingga informasi produk bisa diketahui siapa yang membuat, di mana, ada ceritanya. Sehingga kita bisa mengedukasi konsumen mengenai kebenaran produk dan mengangkat martabat pelakunya,” ucapnya lagi.
Menilik harga produk yang relatif lebih tinggi, Lusi menjelaskan, “Harga memang untuk beberapa produk agak menengah, tidak rendah. Kita memang membidik masyarakat menengah. Tapi produknya sudah terpilih, yang penting terjamin dari segi kesehatan dan nggak ada chemical-nya,” kilahnya.
Renda Diennazola