Tempat pakan inovatif ini meningkatkan efisiensi pakan untuk anak ayam.
Banyaknya jumlah pakan yang terbuang mengakibatkan angka konversi pakan menjadi bengkak. Dan secara tidak langsung hal ini akan menurunkan keuntungan peternak. Untuk mengatasi masalah tersebut, PT Agrinusa Jaya Santosa (AJS), produsen dan distributor sarana produksi peternakan di Jakarta, menawarkan inovasi tempat pakan untuk day old-chick (DOC) atau anak ayam yang diberi nama Baby Chick Feeder.
Keunggulan
Ide pembuatan baby chick feeder tersebut berasal dari produk tempat pakan yang sudah ada sejak lama di luar negeri. Begitu mendapatkan dukungan dari pihak Japfa, AJS merealisasikannya. Menurut Teddy Chandra, “Banyak pakan yang terbuang karena DOC (anak ayam) masuk ke dalam tempat pakan. Buang kotoran di situ. Sekam juga masuk, akhirnya pakan beserta sekam bercampur.”
Lebih jauh Marketing Manager AJS itu menjelaskan, bila dibandingkan tempat pakan konvensional (chick feeder tray) atau baki, baby chick feeder ini menawarkan tiga kelebihan. Pertama, diameter tempat pakan tidak terlalu luas sehingga dapat mencegah anak ayam masuk ke dalamnya. Kedua, menekan angka kontaminasi pakan akibat tercampur sekam dan kotoran ayam. Dan ketiga, lebih efisien dalam pemberian pakan.
“Kapasitas pakan di baki paling maksimum satu kilo. Tidak beberapa lama dia (peternak) harus masuk lagi untuk mengecek. Sedangkan kalau yang ini, dengan kapasitas 3 kg akan menghemat waktu beberapa kali masuk kandang,” terang Teddy.
Cara Penggunaan
Pemberian pakan dengan menggunakan baby chick feeder lebih mudah. Namun Teddy mengingatkan pentingnya memutar tempat pakan itu. “Kita tetap masuk (kandang) tapi tidak perlu menuangkan pakan. Yang kita harus lakukan adalah memutar karena DOC makan, lama-kelamaan level pakan akan turun, akhirnya tidak merata pakannya sehingga berpengaruh terhadap feed intake sehingga kita harus goyang tempat pakan agar rata”.
Kapasitas maksimal tempat pakan baru ini pada kisaran 50—80 ekor per unit tergantung peruntukannya. Bila untuk DOC bibit (breeder) dapat menampung 50 ekor. Sedangkan pada kandang broiler, bisa mengakomodasi 60—80 ekor per unit.
Pada dasarnya tempat pakan ini diperuntukkan bagi anak ayam berumur 1-14 hari, tetapi di lapangan tergantung manajemen yang diterapkan peternak. Bahkan, “Kita punya pengalaman di luar negeri, mereka menggunakan sampai umur 18 hari,” imbuh Teddy.
Baby chick feeder ini dapat bertahan lama, asalkan manajemen pemanfaatannya benar. Karena dibuat dari plastik, sebaiknya jangan dipanaskan di bawah sinar matahari. Setelah dicuci, cukup diangin-anginkan saja dan dimasukkan ke gudang.
Tempat pakan ini tersedia dua macam, yaitu oranye dan variasi merah-kuning. Yang berwarna oranye untuk perusahaan yang tergabung di dalam Grup Japfa, sedangkan warna variasi merah-kuning untuk pasar bebas. Warna merah-kuning ini sengaja dibuat berdasarkan aplikasi warna yang sudah umum bagi masyarakat. Warna kuning terinspirasi dari tempat pakan ayam, sedangkan warna merah terinspirasi dari tempat minum ayam. Warna-warna cerah yang ditawarkan sengaja dibuat untuk meningkatkan nafsu makan ayam.
Permintaan Pasar
Pasar tampaknya cukup antusias terhadap produk baru ini. Terbukti AJS masih kesulitan memenuhi permintaan. “Lha wong sekarang produk tidak pernah ada di gudang kok,” cetus Teddy. Sejak pertama kali prodak ini keluar Januari lalu, sudah sekitar 100 ribu unit yang dipasarkan. Wilayah pemasaran tersebar di seluruh Indonesia, terutama Jatim, Lampung, Kalsel, Sulsel, dan Bali. Permintaan untuk wilayah Jambi dan Padang belum bisa terpenuhi.
Bahkan, menurut pria yang juga fasih berbahasa Mandarin itu, pasar baby chick feeder sudah merambah mancanegara. Salah satunya ke Vietnam. Baru-baru ini AJS mengekspor satu peti kemas berisi 4.500 unit ke negara itu, sementara untuk negara lain masih harus menunggu. Dengan banyaknya permintaan yang masuk, terpaksalah pembeli harus inden bila menginginkannya.
Ratna Budi Wulandari