Sebagus apapun kebun sawit tetap ada sekitar 10%–20% jalannya dalam kondisi jelek sehingga sulit dilalui alat transportasi kecuali ATV.
Sejak lama Yamaha Motor Jepang telah memproduksi All Terrain Vehicle (ATV) alias kendaraan beragam medan. Mulai dari bertenaga 80 cc sampai dengan 1.000 cc untuk aneka kebutuhan. ATV bermesin kecil biasanya digunakan untuk kebutuhan anak-anak, sedangkan yang besar digunakan oleh orang dewasa untuk olahraga, berburu, peternakan, dan perkebunan. “Sekitar 80% dipasarkan ke Amerika, lalu Eropa, dan sedikit sekali di Jepang,” ungkap Indra Gumay Putra, ATV Division PT Yamaha Motor Kencana Indonesia.
Kerugian Rp240 Juta per Bulan
Baru pada 2006, PT Yamaha Motor Kencana Indonesia berkeinginan untuk memasukkannya ke Indonesia. “Awalnya kita melihat ada satu kebutuhan besar di perkebunan kelapa sawit khususnya dan perkebunan umumnya seperti karet, kakao, dan lainnya, serta kebutuhan komersial lain. Di perkebunan sawit ada satu jenis angkutan yang kosong, yaitu yang mampu mengangkut sekitar 500 kg. Sedang angkutan di atas itu bisa ditanggulangi oleh mobil, truk, dan traktor mini, medium, dan besar. Terutama untuk kebutuhan di jalan jelek, jalan rusak, jalan basah, tanjakan, turunan, dan jalanan sempit,” jelas Indra panjang lebar.
Kondisi tersebut mengakibatkan khususnya saat panen ada sekitar 10–60 ton per hari per kebun tidak terangkut atau restan satu sampai dua hari, bahkan hingga busuk. Hal ini khususnya terjadi saat musim hujan yang berlangsung sekitar 6 bulan di negara kita. Apalagi sekarang ini dengan adanya perubahan iklim membuat musim hujan dapat terjadi sepanjang tahun, sehingga tandan buah segar (TBS) di collection road yang jelek tidak terangkut. Selama ini hal tersebut diatasi menggunakan tenaga manusia atau ternak.
Secara ekonomis kerugian yang muncul akibat tidak terangkutnya TBS cukup besar. Jika tiap hari tidak terangkut 10 ton TBS dengan harga Rp1.000 per kg, maka kerugiannya Rp10 juta per hari, atau Rp240 juta sebulan. Dan semakin besar jika jumlah TBS yang tidak terangkut lebih besar.
Sangat Menguntungkan
PT Yamaha Motor Kencana Indonesia melihat kerugian tersebut bisa diatasi dengan ATV Yamaha. “Kami memilih ATV model Grizzly 700 FI berkapasitas 700 cc yang tangguh, ekonomis, dan efisien untuk segala kondisi dan cuaca kebun sawit,” terang Indra. Alasannya, bodi kompak dan ringan hanya 270 kg atau 300 kg dengan bahan bakar sehingga tidak amblas pada jalan basah. Dengan bobot trailer 150 kg dapat mengangkut 350–500 kg TBS. Dimensinya kecil sehingga bisa masuk ke jalan sempit dan lincah.
“Jika akibat kehilangan TBS saja sudah menimbulkan kerugian minimal Rp240 juta per bulan, sementara harga ATV hanya Rp130 juta per unit, apakah tidak sangat menguntungkan?,” ungkap Indra sembari bertanya. Biaya operasional ATV pun relatif murah. Jika ATV hanya mengangkut 4–14 ton TBS per hari, biaya angkut per kg hanya Rp13 – Rp35. Biaya tersebut sudah termasuk bahan bakar, gaji operator, dan perawatan. Karena konsumsi bahan bakar ATV hanya 1,5 – 2,5 l per jam atau 5 – 10 l per hari tergantung kondisi jalan yang dilalui.
Mula-mula Indra hanya menghitung keuntungan menggunakan ATV untuk menyelamatkan TBS pada perkebunan yang sudah panen. Tapi di lapangan penggunaan ATV berkembang juga untuk mengangkut bibit, pupuk, dan tanah pada perkebunan sawit yang baru dibuka. Selain itu, ATV juga dapat digunakan untuk mengangkut bahan bakar dan suku cadang (spare part) alat berat ke afdeling, serta peralatan penanggulangan kebakaran.
Pengalaman beberapa perkebunan sawit baru dan yang telah panen dalam penggunaan ATV sangat beragam. Pagi hari ATV untuk mengantar pupuk, siang hari mengangkut buah, dan sore hari mengantar bibit. Biasanya pada perkebunan baru, infrastruktur jalannya belum bagus, baru satu lapis menggunakan lempung (clay) saja. ATV digunakan mengangkut bibit dan pupuk ke areal kebun dengan kondisi collection road seadanya, lalu malam hari ATV digunakan mengangkut tanah untuk mengisi polibag ke pembibitan.
Secara keseluruhan banyak sekali keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan ATV. Yang pasti, biaya pembuatan dan perawatan jalan sangat rendah, mempercepat proses pemupukan dan penanaman bibit, serta tidak ada kehilangan hasil TBS. Apalagi ATV dapat menyelamatkan TBS yang tidak terangkut sekitar 10– 60 ton per hari.
“Tugas kami sekarang hanya sosialisasi untuk mengenalkan ATV kepada para pekebun sawit. Jika mereka mau mencoba sekalipun awalnya hanya membeli satu unit pasti akan repeat order,” tandas Indra yakin.
Untung Jaya, Liana Gunawati