Benih hibrida dan pencegahan penyakit bulai dapat menjawab upaya kita meningkatkan produksi jagung dalam negeri.
Menurut Angka Ramalan (Aram) I BPS, produksi jagung tahun ini sekitar 18,22 juta ton pipilan kering. Terjadi kenaikan produksi 522,86 ribu ton atau 2,97% dibandingkan tahun lalu. Namun hingga Mei 2010, kita sudah mengimpor sebanyak 600 ribu ton jagung. Selain itu, terjadi pula kenaikan harga
Telat Tanam dan Serangan Bulai
Memang pada beberapa bulan lalu harga jagung di pasaran sedikit melonjak. Hal itu disebabkan karena adanya keterlambatan musim tanam sehingga pasokannya berkurang. Jika sebelumnya musim tanam berlangsung pada Oktober – November tetapi belakangan ini ada beberapa daerah yang melakukan penanaman pada Desember–Januari. “Sehingga tidak dipungkiri menyebabkan berkurangnya pasokan jagung yang ada di pasaran,” kata Doddy Wiratmoko, Direktur Pemasaran benih jagung dan padi PT Tanindo Subur Prima, Surabaya.
Selain telatnya musim tanam, faktor serangan penyakit pada jagung saat ini juga berkontribusi terhadap penurunan pasokan. Salah satu penyakit yang sedang marak adalah bulai. Dan penyakit ini semakin merajalela karena pengaruh cuaca yang tidak menentu saat ini. Menurut Doddy, cara penanggulangan penyakit ini memang belum ada. Kita hanya dapat melakukan pencegahan dengan cara perlakuan benih.
Hal senada diungkapkan Ir. Pinekantoro, Manager Benih PT Saprotan Benih Utama, Semarang, memang benar yang menyebabkan turunnya suplai jagung adalah telatnya petani dalam menanam jagung dan maraknya penyakit bulai. Bahkan di beberapa daerah, seperti Lampung, Kediri, dan Blitar hampir 30% areal terserang penyakit tersebut.
Untuk mengatasi penyakit tersebut, Pinekantoro menyarankan, pertama petani harus memotong siklus penyakit dengan mengganti komoditas yang ditanam. Kedua, jika tetap menanam jagung sebaiknya petani mengganti varietas yang lebih tahan terhadap penyakit bulai. Dan lebih bagus lagi jika petani mencampur benih yang akan ditanam dengan fungisida sehingga bisa tahan pada saat benih mulai tumbuh.
Hibrida Tingkatkan Produksi
Doddy menyarankan kepada para petani untuk menggunakan benih jagung hibrida untuk meningkatkan produksi jagung. Sebab, benih jagung hibrida itu produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan komposit. Doddy juga berusaha memperluas area pengembangan benih hibrida. Saat ini Tanindo sedang mengembangkan varietas-varietas baru agar produksinya lebih tinggi dibandingkan varietas sebelumnya.
Sedangkan menurut Pinekantoro, setiap varietas hibrida memiliki keunggulan dan kekurangan. Keunggulannya antara lain pertumbuhan yang seragam, tahan terhadap serangan penyakit, dan menawarkan produktivitas hasil tinggi. “Jadi menggunakan benih hibrida dapat meningkatkan produktivitas jagung. Namun selain benih berkualitas, teknologi budidaya jagung harus baik,” ucap Pinekantoro. Misalnya, lanjut dia, rekomendasi pemupukan pada tanaman palawija belum tersebar kepada petani. Berbeda halnya dengan tanaman padi yang rekomendasi pemupukannya sudah tersebar kepada petani. Jadi semestinya petani melakukan pemupukan berimbang seperti yang direkomendasi oleh pakar atau pemerintah.
“Saat ini penggunaan benih jagung hibrida baru sekitar 30% dari total luas lahan jagung ada sekitar 3,5 juta hektar,” papar Pinekantoro. Oleh karena itu ia sangat berharap lebih banyak lagi petani yang menggunakan benih hibrida untuk meningkatkan produktivitas jagung sehingga target produksi 2010 dapat dicapai.
Yuwono Ibnu Nugroho