Senin, 4 Januari 2010

Mengobati Lahan dengan Mikroba

Jasad renik mampu menyediakan makanan mewah bagi tanaman. Dalam jumlah yang ekstrem, dapat juga berfungsi sebagai bio-pestisida.

Sekitar 75% lahan pertanian di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali, menurut para ahli, mengalami kerusakan karena ketersediaan hara organiknya terkuras. Hal ini tak terlepas dari penggunaan pupuk kimia yang berlebihan selama puluhan tahun tanpa kombinasi dengan pupuk organik. Memang, dalam kondisi seperti ini, para petani harus terus menerus menambah penggunaan pupuk kimia agar produktivitas tanamannya tidak turun drastis.

Padahal, ada cara lain untuk meningkatkan unsur hara tanah. Misalnya, nitrogen (N), yang mutlak diperlukan semua tanaman, lebih dari 79% berada di udara alam bebas. Nah, untuk menambat nitrogen ini bisa menggunakan mikroba simbiosis (seperti Rhizobium sp. dan Actinomycetes sp.) maupun mikroba non-simbiosis (misal Azotobacter sp. dan Azospirrilum sp.). Ibaratnya, mikroba ini penyedia makanan mewah (N) bagi tanaman.

Bagaimana dengan unsur fosfat (P) dan kalium (K), yang bersama nitrogen (N), tergolong unsur hara makro yang juga mutlak dibutuhkan semua tanaman? Unsur P dan K ini belum larut sehingga tanaman tidak bisa memanfaatkannya. Jangan panik dulu. Ada lho, mikroba yang mampu melarutkan P dan K, seperti Pseudomonas sp. dan Bacillus sp.

Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 5 Edisi No. 119 yang terbit pada Rabu, 6 Januari Desember 2010.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain