Lembaga Penelitian Amerika, Food and Drug Administration (FDA) menyimpulkan bahwa pangan biotek seaman pangan konvensional. Hal tersebut berdasarkan perbandingan hasil berbagai macam uji yang dilakukan terhadap pangan biotek selama 12 tahun komersialisasi.
Dr. James Maryanski, konsultan biteknologi, dalam Seminar “Regulasi Hasil Biotek : status terkini dan aplikasinya” (4/12) di Jakarta mengatakan, uji kesepadanan tersebut menggunakan pendekatan Codex berbasis ilmu pengetahuan (Codex Science-Based). “Pendekatan Codex telah diterima secara global sebagai metode pengujian pangan biotek yang dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah, “ ungkap mantan koordinator Bioteknologi FDA ini
Prinsip pendekatan Codex dengan mengidentifikasi perbedaan yang muncul antara tanaman pangan biotek dan konvensional. Sehingga akan diketahui tingkat sedepadanan substansial antara keduanya.
Pangan Biotek keberadaanya di tanah air sampai sekarang masih menjadi perdebatan. Masalah kesehatan dan keamanan lingkungan menjadi isu bagi golongan kontra. Sedangkan bagi yang mendukung, hasil teknologi rekayasa genetika ini diyakini akan memberikan peran penting dalam ketahanan pangan global.
Dedi Fardiaz, pakar bioteknologi IPB menegaskan bahwa Indonesia menaruh perhatian terhadap bioteknologi modern. Salah satu bentuknya dengan keluarnya Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetika dari BPOM tahun 2008.
Sementara Bambang Purwantara, Direktur IndoBIC, berpandangan adopsi biotek butuh kemauan politik yang kuat, khususnya dari penentu kebijakan. ”Jika pemerintah belum juga menuntaskan pembentukan komisi sebagaimana diamanatkan PP NO 21 Tahun 2005, maka adopsi biotek akan tetap jalan di tempat,” ujarnya
Selamet Riyanto