Produksi akuakultur dalam 15 tahun belakangan berkembang begitu pesat. Percepatan tersebut mempengaruhi kebutuhan tepung ikan sebagai bahan utama dalam formulasi pakan. Sedangkan produksi tepung ikan malah stagnan sejak 1990 an. Kondisi ini makin mendongkrak harga tepung ikan dan kian mempersulit posisi Indonesia. Pasalnya pasokan tepung ikan masih di suplay dari impor
Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) melalui Loka riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok, Jabar mengembangkan Maggot sebagai pengganti tepung ikan. Maggot merupakan larva dari serangga Hermetia illucerna. Penemuan tersebut disokong penuh oleh IRD (isntitut de Recherche pour le Developpment) dari Perancis.
“Kami berharap maggot bisa menjadi alternatif tepung ikan yang makin mahal. Kami sudah mengembangkan di Jambi dengan warga sekitar dan sebuah perusahaan sawit. Mudah–mudahan banyak pihak tertarik untuk inventasi, sehingga kita bisa menekan impor tepung ikan “ ungkap Dr. Ir. Gellwynn Daniel Hamzah Jusuf, M.S, kelapa BRKT di Depok (5/11)
Kerja sama tersebut juga berhasil melakukan riset pengembangbiakan ikan Botia. Sebagai ikan hias khas Indonesia, Botia bagitu laris di pasar Eropa. Sayangnya, selama ini kebutuhannya masih dipenuhi dari penangkapan alam. Banyak negara mencoba meneliti mengenai reproduksi botia, namun gagal.
Selamet Riyanto