Target swasembada daging sapi yang dicanangkan pemerintah pada 2010 sejak 2004 mundur hingga 2014. Indonesia bisa mencapai swasembada daging sapi pada 2014 dengan target tingkat produksi pertahun mencapai 200 ribu ekor selama lima tahun yaitu dari 2009 hingga 2014.
“Sebelumnya, kami mencanangkan bisa swasembada daging pada 2010, sejak 2004. Namun, banyak tantangan dan hambatan, sehingga sampai akhir tahun ini, kita belum bisa mencapainya,” kata Direktrur Jendral Peternakan, Departemen Pertanian, Tjeppy D Soedjana, pada Seminar Nasional Percepatan Peningkatan Populasi Ternak Sapi di Indonesia yang digelar Institut Pertanian Bogor (IPB) di IPB International Convention Center, Botani Square, Bogor, Kamis (15/10).
Ia menanbahkan, saat ini kemampuan suplai daging sapi dalam negeri baru dua pertiga dari total kebutuhan konsumsi yang mencapai 1,7 juta ekor pertahun. Oleh karena itu, untuk memenuhi sisa yang sepertiga tersebut harus dipenuhi dari impor sapi bakalan. “Berkisar 500.000 ekor dan impor daging sapi berkisar 70.000 ton per tahun,” tandasnya.
Sedangkan dalam kemapuan penyedian susu konsumsi dalam negeri baru mencapai sepeempat dari kebutuhan, oleh karenanya sebagian besar juga harus diimpor dalam bentuk bahan baku susu.
Sementara itu, investasi yang dibutuhkan untuk lima tahun ke depan, diperkirakan sebesar Rp. 64,8 triliun. Dari dana tersebut, pemerintah dapat menyediakan sebesar Rp6,5 triliun atau 10 persen, baik berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Tjepy menambahkan, penyaluran dana APBN berupa dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan untuk 2010 yang telah dialokasikan sebanyak Rp940 miliar. Alokasi tersebut, katanya, sebagian besar digunakan untuk mendukung P2SDS berupa kegiatan Lembaga Mandiri yang mengakar di masyarakat (LM3) dan Sarjana Membangun Desa (SMD).
Saat ini, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk pencapaian swasembada daging melalui peningkatan populasi dan produktivitas secara terus menerus, antara lain dengan penyediaan bibit sapi, mendorong pelaksanaan pola integrasi antara sapi dengan tanaman pangan, hortikutura dan perkebunan, serta penyediaan kredit bersubsidi untuk pembibitan sapi yaitu Kredit Usaha Pembibibitan Sapi (KUPS).
Selain skema kredit, juga tersedia Kredit Ketahanan Pangan dan Energi(KKP-E), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan pemanfaatan dana CSR dari berbagai perusahaan.
Tri Mardi Rasa