Selasa, 23 Juni 2009

Triliunan Omzet Bisnis Benih Pangan

Kebutuhan benih padi, jagung, dan kedelai sekitar 300 ribu ton per tahun. Bila rata-rata harganya Rp5.000 per kg, maka total omzet Rp1,5 triliun.

Menurut Dr. Soetarto Alimoeso, Dirjen Tanaman Pangan Deptan, untuk periode Oktober 2008—Maret 2009 saja dibutuhkan benih padi sekitar 195 ribu ton. Dari jumlah tersebut sekitar 55% berupa benih bersertifikat dan sisanya benih non-sertifikat produksi petani sendiri. Selain benih unggul inbrida, digunakan juga benih padi hibrida sekitar 7.500 ton untuk areal seluas 500 ribu ha.

Lindungi Sejak Awal

Pada 2009 Deptan menargetkan produksi 63,5 juta ton gabah kering giling (GKG). Produksi tersebut berasal dari luas panen sekitar 12,5 juta ha dengan produktivitas sekitar 5,1 ton per ha. Jika tiap ha dibutuhkan 25 kg benih, maka total kebutuhan benih padi sekitar 312,5 ribu ton. Harga benih sangat bervariasi, benih inbrida berkisar Rp5.500—Rp5.700 per kg, sedangkan benih padi hibrida sekitar Rp50.000 per kg.

“Total omzet perdagangan benih sekitar Rp3 triliun, bahkan lebih tiap tahunnya. Jadi peluang bisnis benih ini sangat luar biasa,” ungkap Ir. Maxdeyul Sola, MBA, MM, Sekjen Dewan Beras Nasional. Selain padi, menurut Sola, kebutuhan benih jagung dan kedelai juga besar. Benih jagung sekitar 52.500 ton dan kedelai 22.500 ton per tahun. Sayangnya, menurut pria yang juga Sekjen Dewan Jagung Nasional ini, penggunaan benih unggul pada tanaman pangan masih rendah. Mungkin baru sekitar 30%, bahkan kedelai kurang dari 5%.

Sekalipun petani telah menggunakan benih unggul yang bermutu tinggi dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produksi, seringkali mereka belum memperoleh hasil sesuai potensi genetik benih. “Hal itu disebabkan petani tidak melakukan perlindungan sejak benih itu ditanam,” ungkap Arya Yudas, Product Manager PT Syngenta Indonesia. Padahal gangguan hama dan penyakit tanaman sudah terjadi sejak benih disemai atau ditanam.

Perlakuan benih (seed treatment) sangat diperlukan untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Pestisida untuk perlakuan benih di antaranya Cruiser, Regent, dan Acrobat. Insektisida Cruiser terutama untuk mengendalikan  hama bundel/lalat bibit Atherigona sp., kutu daun Rhopalosiphum maidis, dan wereng Peregrinus maidis pada tanaman jagung. Pada padi, Cruiser untuk mengendalikan wereng hijau Nephotettix sp. dan thrips (Thrips sp.). Produk ini juga dianjurkan dalam pengendalian lalat bibit Ophiomyia phaseoli dan kutu daun Aphis glycines pada kedelai.

Insektisida Regent untuk mengendalikan hama orong-orong dan semut pada jagung dan padi. Dan fungisida Acrobat dianjurkan bagi pengendalian penyakit bulai (Peronosclerospora maydis) yang menjadi momok bagi petani jagung. Dan pada umumnya insektisida perlakuan benih tersebut mengandung zat pengatur tumbuh (ZPT). “ZPT akan berperan secara optimal jika diberikan lebih awal, saat pertumbuhan vegetatif tanaman. Jadi tepat sekali diberikan saat perlakuan benih,” jelas Nuz Ichwan, Marketing Manager PT BASF Indonesia.

Beberapa keuntungan menggunakan pestisida perlakuan benih, menurut Arya Yudas, mudah diaplikasikan karena tidak memerlukan peralatan khusus, dan hemat tenaga kerja. Produk yang dibutuhkan sangat sedikit, 2—4 ml per kg benih, jadi menghemat biaya. Melindungi tanaman dari awal pertumbuhannya sehingga tanaman lebih sehat. Dan relatif aman bagi pengguna, konsumen, dan lingkungan.

Untung Jaya

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain