Petani tinggal memilih benih, pestisida, atau pupuk yang sesuai untuk meningkatkan hasil panen.
Intensifikasi padi tidak bisa terlepas dari peran benih bermutu, pemupukan, dan pestisida pengendali hama penyakit. Di luar varietas unggul baru temuan pemerintah, seperti Ciherang, beberapa perusahaan swasta juga menghasilkan benih padi unggul hibrida.
Beberapa produsen padi hibrida, yaitu PT Bayer BioScience Indonesia yang memproduksi varietas Arize Hibrindo R-1, PT Bangun Pusaka (Longping Pusaka), PT Tanindo Subur Prima (Intani2), PT Syngenta Indonesia (Hipa 3), PT Dupont Indonesia (Pioneer 1), dan PT Sumber Alam Sutra (Bernas).
Seluruh varietas unggul itu sudah dilepas pemerintah. Tapi yang banyak beredar di pasaran adalah Arize Hibrindo, Longping Pusaka, Intani2, Bernas, dan Pioneer 1 (PP1).
Potensi Tinggi
Menurut Sidi Asmono, Manajer PT Bayer BioScience Indonesia, Arize Hibrindo R-1 memiliki potensi produksi 10—12 ton/ha gabah kering panen (GKP). Tanamannya toleran terhadap hama dan penyakit. Nasinya enak, pulen, dan wangi. Dari pengalaman Sugianto, petani di Kecamatan Srono, Banyuwangi, Jatim, tahun lalu diperoleh 10,3 ton/ha GKP. Pun Riswan, petani di Kwandang, Gorontalo Utara, memperoleh hasil rata-rata 8,4 ton/ha GKP.
Sementara Mardahana, General Manager Seed PT DuPont Indonesia mengatakan, varietas Pioneer 1 membentuk malai panjang dan penuh, tanaman seragam, serta bulir yang banyak. Potensi hasilnya 11,8—11,9 ton/ha GKP, atau lebih banyak 20—25% dibandingkan IR 64. "Tahun lalu, kami telah memproduksi dan memasarkan sekitar 80—100 ton benih,” aku Mardahana.
"Tahun lalu, kami telah memproduksi dan memasarkan sekitar 80—100 ton benih,” aku Mardahana.
Demikian juga padi hibrida Longping Pusaka. menurut Al-Fatah, Konsultan PT Bangun Pusaka, telah dicoba di banyak kabupaten di 10 provinsi, dengan hasil 8,6–12,8 ton/ha GKP. “Keuntungan yang diperoleh petani bisa dua kali lipat dibanding dengan mengunakan benih lain,” promosi Al-fatah.
Tak Sekadar Pestisida
Disamping benih, penggunaan pestisida yang bijaksana banyak mendukung keberhasilan usaha tani padi. Para produsen pestisida saat ini, selain membuat formulasi yang tepat untuk mengendalikan hama penyakit, juga menambahkan bahan penyubur tanaman.
Sebut saja Regent 80 WG keluaran PT BASF Indonesia. Selain mengandung bahan aktif untuk mengendalikan hama pelipat daun padi, insektisida ini mengandung zat pengatur tumbuh (ZPT). Dengan demikian, hama bisa dikendalikan, tanaman pun menjadi subur.
Demikian pula yang ditawarkan Bayer, dengan produk andalannya Confidor 70 WG dan Folicur 250 EC. Confidor ditujukan untuk mengendalikan hama wereng. Sedangkan Folicur khusus mengendalikan penyakit kresek.
Menurut Final Prajnanta, Marketing Manager PT Bayer CropSience, Folicur juga mengandung ZPT. “Manfaat lain dari Folicur adalah meningkatkan hasil panen padi. Selisihnya bisa 1 ton/ha, dibanding yang tidak disemprot Folicur,” tandasnya.
Di luar pestisida, penggunaan pupuk juga harus menjadi perhatian. Sebab, menurut Prof. Dr. Ir. Tualar Simarmata, MS., pakar Bioteknologi Tanah dari Unpad, Bandung, berbagai kajian menunjukkan, kadar C-organik pada sawah di sentra produksi padi umumnya rendah, di bawah 2%. Sehingga perlu terobosan untuk mengembalikan kesuburannya.
Untuk menyuburkan sawah, banyak produk ditawarkan. Salah satunya, nutrisi SOZOFM-1. Menurut pengalaman Yoyo Suparyo, petani di Pamanukan, Subang, Jabar, dengan menerapkan panca usaha tani plus aplikasi SOZO, produktivitas padi Ciherang meningkat dari 7—8 ton menjadi rata-rata 12,6 ton/ha GKP. “Formula SOZO sangat lengkap untuk menyuburkan tanaman, sekaligus memperbaiki struktur tanah,” paparnya.
Teknologi benih, pestisida, dan pupuk telah banyak ditawarkan. Tinggal petani memilih, produk mana yang efektif, efisien, dan menguntungkan.
Dadang, Yan Suhendar