Pasukan PDI Perjuangan bergiat mencerahkan petani. Sekarang sedang melakukan ujicoba padi unggul di berbagai daerah.
Program MSP, bukanlah singkatan Megawati Soekarno Putri ataupun Mindo Sianipar (Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI dari Fraksi PDI Perjuangan), tapi Mari Sejahterakan Petani. Inilah program yang sekarang sedang dilancarkan di 18 provinsi di
Menurut Mindo Sianipar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas padi, yang pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan petani padi. Antara lain, kualitas benih, pupuk dan cara pemupukan, serta air. Salah satu benih padi unggul adalah Sertani-1, temuan Surono Danu, 55, pemulia dari Serikat Tani Indonesia (STI).
Menurut Surono, varietas ini dari persilangan pejantan Dayang Rindu dan betina Sirendah Sekam Kuning atau Sekam Putih. Dari penanaman sekitar 1.700 hektar di Lampung, potensi produksinya bisa mencapai 16 ton/hektar gabah kering panen (GKP). Bandingkan dengan padi hibrida yang sekitar 12 ton/hektar.
Umur panen Sertani-1 lebih singkat, yaitu 90 hari setelah tanam (HST). Selain itu, Sertani-1 ini cocok ditanam di lahan yang sulit air seperti ladang, gogo-ranca, atau ranca-gogo. Sedangkan untuk varietas tahan banjir, Surono sedang mengembangkan varietas EMESPE. “Sampai air satu meter pun oke,’’ kata Surono ketika ditemui di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) di Cariu,
Sedangkan dari segi pupuk, menurut Mindo Sianipar, umumnya petani lebih banyak menggunakan urea dan fosfat, tapi kurang memanfaatkan KCl. Padahal, KCl berfungsi untuk pengisian bulir padi. Karena itu, kebijakan diarahkan pada penggunaan pupuk majemuk (NPK). “Arahnya ke depan, subsidi urea dikurangi, yang NPK kita naikkan. Tahun ini subsidi NPK itu 1 juta ton,’’ kata alumnus ITB itu, 18 Januari lalu.
Selain itu, ada lagi soal pemupukan. Di samping menggunakan pupuk kimia, untuk mengembalikan kondisi tanah perlu juga memberikan kompos pada tahap pertama, setelah itu bisa menggunakan jerami. Dalam hal pupuk kimia, sebaiknya pemupukan dilakukan 1—2 hari sebelum penyiangan sehingga pada saat penyiangan, pupuk akan terserap ke dalam tanah. “Kenyataannya, sebagian besar petani kita memupuk setelah penyiangan,’’ kata kelahiran Asahan, Sumut, 24 Oktober 1953, itu.
Yang menarik, menurut Mindo, kebanyakan petani mengalirkan air yang berlebihan ke sawah mereka. Padahal, padi hanya memerlukan air secukupnya. “Yang harus diingat, padi itu bukan tanaman air, tapi padi itu butuh air,’’ tegas ayahnya.
Sebenarnya, lanjut Mindo, adalah tugas penyuluh atau dinas-dinas pertanian untuk mencerahkan petani. Tapi, karena masih dianggap kurang, “Terpaksa pasukan PDI Perjuangan yang melakukan ini, sambil menjelaskan benih unggul, pupuk, dan organik,’’ kata ayah satu anak itu kepada AGRINA, saat ditemui di P4S Cariu,
Syatrya Utama dan Yan Suhendar