Jumat, 7 Desember 2007

Teknologi Baru Penggemukan Sapi

Semangat program percepatan swasembada daging sapi untuk mengurangi ketergantungan impor perlu mendapat acungan jempol. Asalkan, seluruh asumsi yang menjadi dasar penyusunan tujuh langkah operasional program tersebut berdasar data realistis. Sebab, pencapaian swasembada itu tidak mudah dan butuh waktu panjang.

 

Kondisi bisnis sapi potong saat ini masih menghadapi segudang permasalahan. Namun, di sisi lain peluang usaha sapi potong masih terbuka lebar lantaran setiap tahun kita masih kekurangan 135 ribu ton daging sapi yang dipenuhi dari impor daging dan sapi bakalan.  

 

Hambatan yang perlu segera dicari jalan keluarnya, antara lain permodalan, perbibitan, dan kelangkaan sumber bahan baku pakan.

 

Soal modal, seyogyanya Deptan mensosialisasikan program itu lintas departemen sehingga Depkeu, melalui perbankan, mau menyalurkan kredit berbunga rendah secara nyata. Sebab, bunga bank 6% yang disodorkan Deptan saat ini baru sebatas wacana. Di lapangan, belum ada peternak yang bisa mengaksesnya.

 

Demikian halnya perbibitan. Peternak bisa menikmati keuntungan setelah indukan dipelihara minimal 2,5 tahun. Bila selama periode pemeliharaan itu tidak ada insentif, dipastikan tidak ada yang tertarik menerjuni bisnis perbibitan.

 

Pun bahan baku pakan, khususnya konsentrat, lebih banyak diekspor sehingga langka dan mahal. Padahal bahan itu sangat diperlukan untuk meningkatkan bobot badan sapi. Yang bisa dilakukan peternak saat ini untuk menggenjot bobot badan sapi adalah penerapan teknologi tepat guna. Selain menekan pemberian pakan, teknologi itu juga mampu meningkatkan produktivitas. Teknologi apa gerangan?

 

Silakan Anda menyimak laporan fokus kali ini di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 3 Edisi No. 67 yang terbit pada Rabu,  12 Desember 2007.

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain