Bisnis kecap di tanah air cukup menggiurkan. Nilai penjualannya diperkirakan sekitar Rp 3 triliun per tahun. Jumlah itu diperoleh dari penjualan kecap manis maupun asin.
Kita mengenal beberapa merek kecap di tingkat nasional seperti Kecap ABC, Bango, Indofood, dan Kecap Nasional. Belum lagi kecap lokal seperti Kecap Korma di Jakarta, Zebra (Bogor), Kunci (Karawang), Benteng (Tangerang), Maja Menjangan (Majalengka), Kenarie (Surabaya), dan Kecap Jamburi di Blitar.
Persaingan usaha di tingkat nasional tampak seru. Walau demikian, sayap bisnis mereka semakin mengembang. Uniknya, kecap-kecap nasional itu seolah tidak mengusik keberadaan kecap lokal. Karena kekhasan aroma dan rasa, kecap lokal tetap mampu bersaing dengan kecap-kecap yang menasional. Wajar bila usaha kecap di daerah tetap tumbuh lantaran memiliki konsumen setia.
Kemajuan industri kecap, semestinya turut mendorong perkembangan produksi kedelai di tingkat petani. Sebab, penyedap masakan yang satu ini, umumnya terbuat dari kedelai kuning atau hitam.
Memang, porsi kedelai dalam pembuatan kecap hanya sedikit. Walau begitu, pengadaan kedelai cukup merepotkan bagi produsen kecap. Terutama produsen kecap yang menggunakan kedelai hitam. Lantaran itu, kedelai hitam masih banyak dipenuhi dari impor.
Sesungguhnya, sekarang sudah ditemukan varietas kedelai hitam yang mempunyai potensi hasil menggiurkan. Keberadaan itu bisa dimanfaatkan bila Anda ingin menjadi pemasok kedelai. Atau, Anda lebih tertarik menjadi produsen kecap? Dua-duanya menjanjikan keuntungan besar.
Anda bisa membaca secara menyeluruh di Tabloid Agrina versi cetak yang terbit pada 14 November 2007