Senin, 12 Nopember 2007

108 Industri Gula Sumbar Berhenti Produksi

Padang - Sebanyak 108 unit industri gula tradisional di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), terpaksa menghentikan aktivitasnya, dan tidak lagi melakukan aktivitas produksi. Hal itu dikarenakan, sejumlah alat produksinya rusak berat akibat gempa 6 Maret lalu dan gempa tanggal 12 dan 13 September kemarin. Sekarang ini, industri gula secara tradisional itu masih menunggu bantuan alat dari pemerintah.

            "Industri gula milik masyarakat secara tradisional itu kini tidak bisa beroperasi secara optimal dan sebagian besar produksinya terhenti total, akibat kerusakan alat pemeras tebu yang rusak karena gempa," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumbar, Busharmaidi di Padang.

            Diakui, pihaknya telah melaporkan data kerusakan tersebut kepada pemerintah pusat dan dijanjikan ada bantuan alat bagi pemilik usaha kecil dan menengah itu. "Kita telah mengecek ke pusat terkait bantuan itu dan diperoleh informasi kini sedang masa tender," katanya.

            Kabupaten Agam merupakan salah satu daerah terparah yang mengalami kerusakan akibat gempa yang melanda 12 kecamatan, yakni Matur, Palupuh, Baso, Ampek Angkek, Tilatang Kamang, Kamang, Magek, Palembayan dan empat terparah yaitu IV Koto, Banuhampu, Sungai Puar, dan Canduang.

            Di Kecamatan Canduang, yang merupakan salah satu sentra gula merah di Sumbar, terjadi kerusakan bangunan terparah termasuk alat produksi gula merah dari bahan baku tebu itu. Alat yang rusak terbuat dari besi untuk memeras tebu (kilang) dan menggunakan tenaga kerbau untuk menggerakkannya. Produksi gula merah asal Canduang mencapai 10 ton per bulan dan memenuhi pasar lokal hingga luar provinsi di antaranya Jambi dan Riau.

            Bahan baku gula merah berasal dari tebu kebun rakyat setempat dijual Rp 5.000 per kg. Usaha kebun tebu dan pengolahannya menjadi gula merah diusahakan secara turun temurun. Areal kebun tebu di Sumbar, menurut data Dinas Perkebunan setempat, tercatat seluas 9.861 hektare (ha).

            Dari jumlah sebanyak itu, seluas 4.947 ha di antaranya terdapat di Bukit Batabuah dan Lawang, Kabupaten Agam yang diusahakan sekitar 6.300 petani dengan produksi 17.670 ton gula tebu per tahun.

 

Sumber : www.suarapembaruan.com

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain