Senin, 5 Nopember 2007

KLB Antraks di Kota Baru, Ende

Kupang - Pemerintah Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), menetapkan serangan penyakit antraks di wilayah Kota Baru dan sekitarnya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), menyusul matinya tujuh ekor kerbau milik warga dan ratusan warga di tiga desa di wilayah itu yang terjangkit penyakit tersebut.

            "Secara teknis penanganan kasus antraks dilakukan secara khusus dengan penetapan status KLB," kata Bupati Ende, Paulinus Domi ketika dihubungi SP melalui telepon jarak jauh di Ende, Kamis (1/11) pagi.

            Dikatakan, semua dinas instansi terkait dikerahkan untuk secara bersama menangani kasus antraks yang juga telah menyerang manusia tersebut, sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Selain itu, ditetapkan pula penutupan wilayah Kota Baru dari akses ternak, baik keluar daerah maupun yang datang dari luar.

            Sebanyak 384 warga yang jatuh sakit dengan gejala antraks kulit setelah mengkonsumsi daging kerbau yang mati tersebut. Selain itu, 186 warga Reroroja, Kabupaten Sikka juga mengalami nasib yang sama, sehingga total penderita gejala antraks mencapai 570 orang. Para penderita mengalami luka-luka pada kulitnya setelah mengonsumsi daging kerbau tersebut

            Selain itu, penyakit diare yang mewabah di sejumlah daerah di NTT dalam dua bulan terakhir, telah merengut korban lima warga meninggal dunia. Hingga Kamis (1/11) pagi, terdapat sembilan balita penderita diare sedang ditangani paramedis di RSU Prof Dr WZ Johannes Kupang karena mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) berat, sehingga dipasangi infus cairan.

 

Wabah Diare

            Keterangan yang diperoleh dari seorang perawat piket di ruang perawatan kelas III menyebutkan, korban terakhir, Vera Pellokila yang baru berusia satu tahun, warga Tuatuka, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, meninggal dunia, Rabu (31/10). Sesuai data rekam medik menyebutkan, korban baru dibawa orang tuanya, Simon Pellokila, ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) sekitar pukul 03.00 Wita.

            Ketika tiba di IRD, kondisi korban sudah dalam keadaan kritis akibat diare dan gizi buruk yang dialaminya. Setelah tiga jam ditangani secara medis, kondisi korban terus memburuk dan akhirnya meninggal dunia. Setelah sempat disemayamkan di Instalasi Pemulasaran Jenazah (IPJ), akhirnya jenazah korban diserahkan ke keluarga untuk dimakamkan.

            Korban lain, Anok Nitbani (1,1 tahun), warga Kot'olin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), dilaporkan meninggal dunia, Minggu (28/10) di RSUD SoE. Sementara tiga korban lain berasal dari Fatumnasi, Kecamatan Boking. Hingga kini petugas medis di RSUD SoE masih menangani delapan balita penderita diare yang berasal dari sejumlah desa.

            Kepala Dinas Kesehatan TTS, Markus Ng Righuta mengatakan, petugas di lapangan mencatat 364 jiwa yang telah mendapatkan penanganan secara medis akibat diare, di antaranya sebanyak 66 penderita yang masih dirawat jalan, sembilan dirujuk ke RSUD SoE (satu meninggal) dan sisanya telah dinyatakan sembuh. Kasus diare ini mewabah di Kecamatan Mollo Barat, Mollo Selatan, Kota SoE, Amanuban Barat dan Kot'olin.

 

Sumber : www.suarapembaruan.com

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain