Jakarta - Total luas kebun kelapa sawit di Indonesia yang dipastikan dimiliki oleh perusahaan Malaysia tercatat 422.000 hektare atau 6,94% dari total areal seluas 6,07 juta ha.
Lahan yang dikuasai 22 perusahaan Malaysia itu jauh di bawah dugaan sejumlah pihak yang memperkirakan areal kebun milik pengusaha asal negeri jiran itu mencapai 30% dari total lahan perkebunan di dalam negeri.
Dirjen Perkebunan Deptan Ahmad Mangga Barani menyatakan data valid tersebut diperoleh dari Association of Plantation Investor of Malaysia in Indonesia (Apimi) belum lama ini. "Kebun Malaysia itu kecil, kurang dari 10%," katanya kemarin.
Dia mengakui luas areal itu dikuasai oleh perusahaan Malaysia yang terdaftar di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Sementara itu, ekspansi perusahaan asal negara itu yang semakin gencar dengan indikasi pembelian di bawah tangan, tidak tercatat oleh pemerintah.
Hal itu menyebabkan sejumlah pihak menduga kebun yang dikuasai atau dimodali pengusaha asal Malaysia mencapai 30% dari seluruh areal perkebunan nasional atau nyaris sekitar dua juta ha.
Ketua Harian Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Derom Bangun menyatakan Malaysia gencar meminang kebun-kebun skala kecil seluas 300 ha dan 6.000 ha. Penguasaan investor asing itu semakin meluas dan dilakukan di bawah tangan tanpa pelaporan kepada instansi terkait.
"Tren akhir-akhir ini seperti itu. Jadi sulit menetapkan berapa luas sawit investor asing saat ini di Indonesia," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI) Soedjai Kartasasmita memperkiraka kepemilikan Malaysia atas kebun di dalam negeri telah mencapai 30%.
Malaysia, ujarnya, makin ekspansif mengakuisisi perkebunan di Indonesia menyusul harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang kini bertengger di kisarar US$850 per ton.
Areal perkebunan di negara itu makin terbatas. "Indonesia masih menjadi tujuan investasi perkebunan kelapa sawit Malaysia karena lahannya masih luas di sini."
Soedjai menambahkan hal ini akan lebih menyulitkan pemerintah untuk mengendalikan pengalihan lahan yang dilakukan pekebun kecil dengan pengusaha asing.
"Jadi kalau ada rencana pemerintah membatasi hal itu, ini akan sulit dilakukan karena sekarang industri kelapa sawit sedang mencapai puncaknya," tegas dia.
Seperti diketahui, Kumpulan Guthrie Bhd-yang merger dengan Sime Darby Bhd, dan Golden Hope Plantation kemudian membentuk Synergy Drive Bhd-yang mengakuisisi perkebunan sawit eks Salim Group senilai US$350 juta, menambah pasokan luas kebun mereka sebesar 250.000 ha yang tersebar di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
Kelompok Guthrie kini menjadi penguasa lahan kelapa sawit terbesar kedua setelah Astra Agro Lestari.
Sumber : www.bisnis.com