Selasa, 4 September 2007

Hilang Duri Dompet Berseri

Mau mengeruk untung lebih dari usaha tani bandeng? Hilangkan durinya, lalu diolah dan dijual, laba pun berlipat.

Sekalipun lezat, bergizi tinggi, dan lembut, tetap saja mengganggu jika duri dalam daging bandeng tidak dipisahkan. Betapa tidak, setumpuk durinya menyusup di hampir sekujur tubuh sehingga membuat orang enggan makan bandeng. Duri halus itu menjadi “ancaman” bagi kerongkongan maupun sela-sela gigi orang yang mengunyahnya.

Namun, kini Anda tak perlu khawatir. Dengan sedikit sentuhan keterampilan, si duri pengganggu itu bisa dihilangkan. Selanjutnya, terserah selera Anda, daging bandeng itu diolah dan dihidangkan untuk siap disantap. Mmm...mantap!

 

Cabut Dulu Durinya

Salah satu penanganan pascapanen bandeng, yaitu pencabutan duri. Keterampilan sederhana ini cukup murah, dan dapat dilakukan semua orang. Duri dibuang dengan menggunakan pinset. Ke-164 duri itu berkumpul di punggung, dekat kepala, tengah badan, dan ekor.

Sebenarnya bandeng segar tanpa duri (tandu) sudah cukup lama dikenal. Namun, baru dua tahun terakhir ini mulai gencar disosialisasikan. “Sekarang, bandeng tandu mulai berkembang. Kita gencar melakukan promosi, pelatihan, dan sosialisasi kepada masyarakat,” ungkap Heri Edy, Pembantu Direktur I, Akademi Perikanan Sidoarjo, Jatim.

Pencabutan duri itu tidak pelik, tapi memang membutuhkan ketelitian. Bandeng yang hendak dijadikan tandu, sebaiknya yang masih segar (tidak kaku fisik). Untuk mencabuti duri seekor bandeng diperlukan waktu 5—10 menit.

Produk turunan dari bandeng tandu cukup banyak, di antaranya sate, asap, pindang, rica-rica, otak-otak, sosis, dan naget. Mereka yang sudah melakukan diversifikasi produk bandeng itu dapat ditemui di Serang (Banten), Muara Baru (Jakarta), Bekasi dan Indramayu (Jabar), Semarang (Jateng), dan Sidoarjo (Jatim).

 

Menggiurkan

Adalah Cahyadi Nurul Huda (24), alumnus APS, sudah merintis usaha bandeng tandu sejak 3 tahun silam. Dengan modal awal sekitar Rp5 juta dan tiga karyawan, termasuk dirinya, kini omzet bandeng tandu Cahyadi sudah mencapai Rp1 juta/hari.

Selain itu, Cahyadi juga mengusahakan bandeng olahan berupa crispy (bandeng goreng dibalur tepung). Dengan jumlah karyawan 30 orang, omzet dari bandeng crispy itu menembus Rp4 juta sehari. Dalam sehari ia mengolah 50—100 kg. Setelah dikemas 300—500 gram/bungkus, bandeng crispy itu ia jual Rp11.000—Rp15.000.

Lain lagi Hartini Darmono yang tinggal di Semarang. Wanita dari kelompok tani nelayan ini mulai usaha pada 1980. Semula ia mengusahakan jual beli ikan segar. Namun pada 1984, ia banting stir beralih ke bisnis ikan olahan, seperti otak-otak, bandeng presto, rica-rica, pepes, terasi, dan siomay. Ia membidik pasar menengah ke atas sampai ekspor ke Brunei dan Malaysia.

Kini, Hartini sudah mampu memasarkan 100—300 kg berbagai produk. Ia mengaku, dari setiap 10 kg bandeng bisa menangguk untung Rp50.000. Berarti setiap hari ibu ini memperoleh keuntungan sekitar Rp5 juta—Rp15 juta.

Pun H. Suparta di Pasekan, Indramayu, Jabar. Selain jadi petambak, ia pun mengusahakan bandeng tandu sejak 2001. Dalam sebulan ia memproduksi satu ton bandeng tandu. Produksi itu ia pasarkan ke Jakarta dan beberapa daerah lain. Bandeng yang ia beli Rp8.000—Rp15.000/kg, setelah dijadikan bandeng tandu, dijual Rp24.000/kg.

Lain lagi cerita Sukmaryani yang menghidupi keluarga dari sate bandeng. Mengetahui kebutuhan bandeng di Banten yang mencapai 5,8 ton/hari, ia pun tergiur untuk ikut berdagang. Sukmaryani memilih menjajakan bandeng olahan yang unik, yaitu sate bandeng.

Awalnya, Sukmaryani hanya mengirim pesanan rutin sebanyak 30 ekor bandeng sate/hari. Namun kini ia mampu memasarkan di 14 kios oleh-oleh yang tersebar di Banten, pasar swalayan, dan beberapa hotel. Setiap minggu ia mengolah 600 kg bandeng. Ia mengaku, omzet dari usaha pembuatan sate bandeng ini sekitar Rp15 juta sehari.

 

Dadang, Enny, Selamet, Ike, Rommy, Indah

 

 

                                     Trik Cabut Duri

Buang sisik dengan dikerok, cuci sampai bersih

 

 

                                                         

Ikan dibelah mulai dari pangkal ekor sampai kepala.

 

 

 Buang isi perut, insang, dan lemak pada dinding perut lalu cuci sampai bersih.

 

 

Buang tulang punggung dengan mematahkan tulang bagian ekor kemudian ditarik ke arah kepala.

 

 

 

Gunakan pinset untuk mencabut duri, mulai dari bagian dinding perut (16 pasang), punggung (42 pasang), sirip depan (12 pasang), sirip belakang (12 pasang).Lakukan pencabutan dengan hati-hati, jangan sampai ada daging ikut tercabut. Usahakan ikan selalu berada dalam kondisi dingin.

Cuci sampai bersih dan tiriskan.

 

 

 

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain