Rabu, 29 Agustus 2007

Seluruh Hasil Panen Terserap Pabrikan

Medan – Selama musim panen ini, seluruh hasil panen jagung di Sumatera Utara terserap di pabrikan pakan ternak. Penyerapan itu lantaran petani tidak mempunyai sarana pasca-panen yang memadai. Akibatnya, penjualan harga jagung cenderung turun di saat panen raya tiba.

            “Petani memang tidak mempunyai pilihan lain. Mereka tidak bisa menyimpan jagungnya terlalu lama. Jika terlalu lama, jagung akan membusuk dan tidak laku. Petani akan menanggung kerugian lebih besar lagi,” kata Ketua Masyarakat Agribisnis Jagung Sumut Adhie Widhiarto, Senin (27/8) di Medan.

            Menurut Adhie, persoalan ini sudah lama belum terpecahkan. Sehingga daya tawar petani lemah saat penen raya tiba. Pabrikan, kata Adhie tidak lagi kesulitan memenuhi kebutuhan bahan baku pakan ternak sebanyak 1.500 sampai 2.000 ton per hari.

Harga Baik

            Ketua Gabungan Perusahaan Makanan ternak (GPMT) Sumut Zulfandi Zaidir mengatakan harga jagung pipilan Rp. 1.800 per kilogram (kg) sudah cukup baik. Bagi pabrikan, katanya, harga ini sudah menguntungkan bagi  pabrikan dan petani. sebelumnya, harga jagung pipilan kering mencapai rata-rata Rp. 2.400 per kg. “Dengan harga jagung seperti ini, maka banyak pihak yang diuntungkan,” katanya.

            Sebagai bahan baku, harga jagung pipilan tidak bisa lebih dari Rp. 2.000 per kg. Jika lebih dari itu, katanya, biaya produksi pakan ternak akan semakin tinggi. “Dengan begitu harga jual pakan ternak tidak menarik lagi di pasaran,” katanya.

            Zulfandi mengatakan untuk saat ini tidak ada pabrikan yang tidak kebagian jagung petani. menurut dia, seluruh produksi jagung petani nyaris tidak ada yang tidak terserap. “Hari ini saja (Senin 27/8), sebanyak 300 truk masuk ke pabrik tang tergabung dalam GPMT,” katanya.

            Setiap truk pengangkut jagung rata-rata memuat antara 15 sampai 16 ton per truk. Berarti, Senin saja sebanyak 4.500 sampai 4.800 ton masuk ke pabrikan. “Ini menunjukan pasar jagung di Sumut sangat potensial,” katanya.

            Menurut Zulfan, kebutuhan per hari pabrikan rata-rata 1.500 sampai 2.000 dengan perhitungan 25 hari kerja. Di Sumut Konsumsi pakan ternak mencapai 50.000 sampai 60.000 ton per bulan. Pabrikan memakai bahan baku 50 persen jagung ditambah bahan baku lainnya untuk pakan ternak.

            Berdasarkan data yang dihimpun dari Masyarakat Agribisnis dan GPMT, di Sumut terdapat delapan pabrik besar pakan ternak. Lima di antaranya tergabung dalam GPMT ; PT Charoen Phokpan, PT Indo Jaya Agri Nusa, PT Mabar Feed, PT Berlian Unggas Sakti, dan PT Gold Coin Indonesia.

            Selama beroperasi, kata zulfan, para pabrikan mengambil bahan baku pasar lokal selama tujuh sampai delapan bulan. Pabrikan mengambil bahan baku impor selama empat sampai lima bulan.

            Target produksi jagung di Sumut sampai akhir tahun 2007 sebanyak 788.000 ton. Kini, luas area jagung seluruh Sumut seluas 190.000 hektar. Dari jumlah itu, 50 persen di antaranya jagung hibrida. Nilai produksi sampai Juli ini sebanyak 340.000 ton. Akibat kelangkaan bibit, produksi sampai akhir tahun diperkirakan menurun 20 persen dari target seluruhnya.

 

Sumber : www.kompas.co.id

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain