Selasa, 21 Agustus 2007

Geliat Peternak Yogya

Harga susu yang perlahan naik sejak Maret lalu dan mengalami peningkatan signifikan pada Mei membawa harapan baru bagi para peternak sapi perah.

 

Gairah peternak sapi perah itu juga terlihat di Yogyakarta. Di Koperasi Susu Warga Mulya di Kabupaten Sleman, misalnya, ada peternak yang telah beralih ke komoditas sapi potong kembali ingin menekuni usaha peternakan sapi perah.

Posisi tawar peternak di hadapan Industri Pengolahan Susu (IPS) pun meningkat. Danang Iskandar, Ketua Koperasi Susu Warga Mulya, memaparkan, terhitung sejak Maret lalu harga dasar pembelian susu IPS ke Koperasi Warga Mulya meningkat dari Rp1.700 menjadi Rp2.354 per liter. Harga ini berlaku dengan standar kualitas total padatan (TS) 11% dan angka kuman (TPC) sekitar satu juta. Kualifikasi itu hasil rata-rata kualitas susu segar yang disetor peternak ke koperasi.

Selain harga dasar, harga bonus kualitas berupa jumlah angka kuman juga berlipat. Susu yang mengandung angka kuman di bawah satu juta TPC diberi bonus Rp300 dari sebelumnya Rp150 per liter. Iming-iming bonus lebih tinggi lagi, Rp550 per liter  diberikan kepada peternak kalau mampu menekan TPC di bawah 250 ribu.. Dengan demikian, rata-rata penjualan susu koperasi ke IPS menjadi Rp2.800 per liter dan harga pembelian koperasi ke peternak rata-rata menjadi Rp2.000 per liter. “Kenaikan ini cukup menyenangkan karena sebelumnya harga di tingkat peternak hanya Rp1.450 per liter,” aku Danang.

Selama ini, menurut Danang, peternak memikul biaya produksi di atas Rp10.000/ekor/hari yang habis untuk membeli 6 kg konsentrat dan 40 kg hijauan. Sementara produksi susu rata-rata 8—10 liter per hari sehingga peternak tidak mendapatkan keuntungan. Akibatnya, ternaknya dijual dan peternak beralih profesi. Hal itu terlihat dari kandang pembesaran yang awalnya berisi 120 ekor kini tinggal 46 ekor saja.

 

Kualitas Meningkat

Membaiknya harga susu juga menimbulkan kesadaran peternak untuk meningkatkan kualitas susunya. Selain tetap menggunakan pakan konsentrat kelas dua (kadar protein 10%) yang diproduksi koperasi, peternak mulai memberikan pakan tambahan berupa ampas bir ataupun singkong.

Meskipun demikian, peternak masih belum mampu menggunakan konsentrat kelas satu yang mengandung protein 14—16% karena harganya mencapai Rp1.500 per kilo. Harga pakan konsentrat kelas dua Rp1.050.

Di sisi lain, meningkatnya harga susu juga meningkatkan permintaan akan sapi sehingga harga sapi perah naik sampai Rp1 juta—Rp1,5 juta/ekor. Kini pasaran sapi dara bunting di Yogyakarta mencapai Rp7,5 juta per ekor dari sebelumnya yang Rp6 juta. Sedangkan sapi yang berproduksi 15 liter per hari harganya menjadi Rp8 juta—Rp10 juta dan yang impor Rp14 juta per ekor.

Ikut melambungnya harga sapi tersebut menjadi dilema bagi peternak untuk meningkatkan produksi susu. Karena itu koperasi lalu berupaya meningkatkan populasi dengan uji zuriat atas dukungan Dinas Pertanian Provinsi DIY. Sapi-sapi milik anggota yang bagus didaftar lalu dikawin suntik dengan sapi Kanada dan Jepang. Hasilnya, kualitas anakan dapat melebihi induknya. Langkah lainnya membuat proposal ke berbagai BUMN, seperti PT Pertamina untuk mendapatkan bantuan modal pengadaan ternak.

 

Faiz Faza (Yogyakarta)

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain