Senin, 6 Agustus 2007

Benih Nila Jantan Pilihan H. Zakaria

Berkat kesungguhannya menghasilkan benih nila jantan, H. Ahmad Zakaria mendulang sukses dan menjadi panutan warga Desa Cipuruy, Kec. Lido, Kab. Bogor.

Meski kurang dibekali pendidikan formal yang memadai, H. Zakaria tak patah semangat dalam memajukan usaha tani perikanan, terutama nila. Pria kelahiran Bogor, 31 Juli 1932 ini mengaku mendapat keterampilan menangkarkan ikan nila dari orang tua yang berprofesi sebagai petani nila.

Pada 2002—2003, ia mendapat bantuan lahan seluas 5.000 m2 dari Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi (BPPT) Pusat untuk memproduksi nila jantan. Awalnya, ia mendapat bimbingan dari lembaga tersebut kemudian dilanjutkan sendiri. 

 

Dijual Rp17.500 per Liter

Sejak itu, H. Zaka, begitu ia disapa, mulai akrab dengan pembenihan nila dengan teknik sex reversal atau jantanisasi untuk menggenjot produksi benih berkualitas. Nila jantan sengaja diproduksi karena tumbuh lebih cepat dibandingkan yang betina. Maklum, nila betina reproduksinya relatif cepat sehingga tubuhnya tidak dapat berkembang maksimal. 

Populasi nila jantan juga bermanfaat mencegah pemijahan liar yang membuat perkembangbiakan nila tak terkendali sehingga kolam penuh berbagai ukuran ikan. Akibatnya, kualitas ikan dihasilkan rendah. Pemeliharaan nila jantan 100% mendukung tampilan produk yang dihasilkan dan mampu meningkatkan produksi nila.

”Nila yang dibutuhkan eksportir bobotnya minimal 1 kg. Sementara nila betina hanya mampu mencapai bobot 0,3 kg dalam waktu  yang sama (6 bulan). Secara logika dan praktek, jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan betina,” jelas Zakaria.

Zakaria tak hanya trampil menangkarkan benih nila, tapi juga mampu melihat dan menangkap peluang pasar. Tak heran kalau ia lebih memilih memproduksi benih nila jantan yang dinilainya lebih menguntungkan. Ia ingin menyuplai kebutuhan petani ikan dengan nila jantan yang produksinya bisa diekspor.

Pasar benih nila jantan  cukup bagus.  “Kalau kita tampil dengan merek (brand) beda, harganya pasti lebih bagus dan stabil karena belum banyak yang bisa memproduksi,” tandas Zaka. Benih nila biasa dijual Rp10.000 per liter, sementara nila jantan Rp17.500 per liter. Satu siklus ia mampu menghasilkan 200 ribu – 250 ribu benih atau  800—1.000 liter benih ukuran 1 cm..

 

Sebelum Umur Seminggu

Untuk mendapatkan benih nila bermutu, H. Zaka menggunakan induk yang telah  disertifikasi Balai Besar Budidaya Air Tawar (BBAT), Sukabumi. Ia menyiapkan kolam seluas 500 m2 untuk satu paket induk yang terdiri dari 300 betina dan 100 jantan. Selain itu, juga disiapkan sejumlah hapa untuk menampung larva. 

Pemijahan nila dilakukan secara massal. Pertama, kolam ikan dikeringkan 3—5 hari dan diisi air setinggi satu meter sebelum induk nila dilepas ke kolam. Limabelas hari kemudian, larva nila mulai diambil dan ditampung di dalam hapa. Larva nila dipanen setiap hari selama tiga bulan.

Produksi benih H. Zaka sekitar 4.000—14.000 ekor per hari, bergantung kondisi cuaca. Menurut pengalamannya, benih nila tumbuh dengan baik pada suhu 28— 29oC. Benih diberi pakan pellet yang telah dicampur hormon alfa metil testosteron (AMT) dua kali sehari. Setelah itu ikan dipindahkan ke kolam pendederan yang sudah dipupuk. Sebulan kemudian ikan sudah bisa dipanen. Jadi sekitar 50 hari benih  sudah bisa jual.

H. Zaka memproduksi nila jantan dengan pakan berhormon yang diberikan selama 20 hari, meskipun para peneliti merekomendasikan sebulan. Alasan dia, hasilnya tidak berbeda karena benih ikan hanya mau berubah menjadi jantan dari 1—7 hari.

Proses jantanisasinya juga dipilih yang melalui pakan ketimbang perendaman karena lebih efisien. “Hormon ‘kan mahal, satu gram harganya Rp125 ribu. Hormon 0,06 gram bisa dipakai untuk 10 ribu ekor benih. Sedangkan dengan perendaman paling hanya 2 ribu ekor,” kilahnya. Tingkat keberhasilan menghasilkan benih nila jantan mencapai 90% dan bisa ditingkatkan jika penangkapan larva betul-betul sempurna. “Jadi, tingkat keberhasilan  bukan dari obat, tapi dari waktu penangkapan larva.,” H. Zaka menutup pembicaraan.

 

Marwan Azis, Kontributor

 

                   Menyiapkan Pellet untuk Jantanisasi Benih Nila

benih nila yang dipersiapkan

1.  Siapkan pellet untuk benih nila sebanyak 1 kg di dalam sebuah baki.

2.  Larutkan hormon AMT dalam alkohol 95%, setelah itu masukkan ke dalam semprotan.

3.  Semprot pelet di dalam baki dengan larutan hormon AMT, aduk hingga merata.

4.  Angin-anginkan 10 – 15 menit dan simpan dalam plastik hitam sebelum digunakan.

5.  Berikan pada benih nila selama 20 hari

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain