Selasa, 24 Juli 2007

Rehabilitasi Membawa Berkah

Wagiran memang beruntung. Saat menjalani proses rehabilitasi narkoba dan premanisme, dirinya tercerahkan oleh bisnis perikanan, khususnya lele.

Inspirasi tersebut kemudian dibawanya pulang dan ia kembangkan di Dusun Toyan, Desa Triharjo, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Syukurlah, sambutan masyarakat positif sehingga budidaya lele berkembang di desa tersebut.

Agar lebih berhasil, pada 1998 Wagiran membentuk Koperasi Petani Ikan (KPI) Trunojoyo yang bergerak di bidang pembenihan dan pembesaran lele serta gurami. Saat ini,  kelompok tersebut memiliki 560 kolam terpal berukuran 4 x 8 m2 dengan 25 orang anggota aktif.

 

Gunakan Induk Berkualitas

Dengan bimbingan pemerintah daerah setempat, Fakultas Pertanian UGM,  dan tenaga layanan pakan PT Suri Tani Pemuka, KPI Trunojoyo terus menyerap dan mengembangkan berbagai informasi teknologi. Misalnya, penggaraman, suplai pakan tambahan pada indukan, pemberian tetes tebu (molases), dan produksi serta pemanfaatan probiotik.

Untuk mendapat benih berkualitas baik, Wagiran menggunakan induk lele Sangkuriang  dan Phyton yang disilangkan dengan induk lele dumbo. Menurutnya, gen ketahanan  lingkungan  induk lele dumbo sangat baik sehingga benih mudah beradaptasi. Upaya pemurnian genetik juga dilakukan dengan silang balik (backcross). Benih hasil silang balik kemudian dibesarkan dan disilangkan dengan induk jenis lain.

Selain pellet, calon induk diberi pakan tambahan berupa usus ayam, cumi-cumi, keong atau bekicot rebus masing-masing dua kilo per 120 ekor induk. Tujuannya, mempercepat pematangan telur, meningkatkan daya tetas telur dan kelangsungan hidup benih. Namun, pemberian keong rebus dibatasi karena dapat menurunkan produktivitas induk. Induk juga diberi tambahan sumber mineral berupa Vitamin C dan tetes tebu dengan dosis 200 cc per 32 m2.

Sekali dalam seminggu pellet dan kolam pemijahan diberi probiotik serta tetes tebu dengan dosis yang sama.  Tidak lupa, Wagiran juga memberikan perangsang telur agar penetasan  telur  optimal. Di Yogyakarta harga tetes tebu Rp10 ribu per kg, usus ayam Rp7.500 per kg, cumi-cumi Rp15 ribu per kg,  sementara keong dan bekicot didapat dari sawah.

Dengan metode tersebut, jumlah benih hidup ukuran 2—3 cm (hari ke-17 setelah menetas) mencapai 75 ribu—80 ribu ekor per induk. “Sebanyak 10 ribu—15 ribu ekor benih berukuran di bawah dan di atas 2—3 cm,” ujar Wagiran yang mempunyai stok induk 1.500 ekor. Benih ukuran 2—3 cm  dijual seharga Rp25 per ekor. Namun anggota kelompok lebih suka membesarkan benih hingga 5—7 cm (30 hari)  karena harganya mencapai lebih tinggi, Rp100—Rp110 per ekor.

 

Rp1,25 Juta per Bulan

Saat ini, KPI Trunojoyo mampu menjual benih lele ukuran 5—7 cm hingga satu juta ekor per bulan. Sebelum benih ukuran 2—3 cm ditebar, kolam diberi garam sebanyak 200 gram per m3 air. Menurut Wagiran, penggaraman kolam sangat penting untuk memberantas  mikroorganisme pengganggu yang seringkali menyerang benih luka akibat benturan atau penyeseran. “Kita memang tidak bisa melihat, tapi luka bisa jadi koreng dan ditumbuhi jamur,” paparnya.

Di kolam berkedalaman 80 cm, ia menebar 20 ribu ekor benih ukuran 3—5 cm. Untuk menumbuhkan plankton, air kolam diberi pupuk urea sebanyak 100 gram per m3 air, kompos, atau agen katalis plankton. Jika menggunakan kompos, sebaiknya dimasukkan ke dalam karung agar tidak menyebar. Pupuk dalam karung diangkat sebelum tebar benih supaya amonia yang keluar dari kompos tidak meracuni ikan.

Satu kali seminggu pakan dicampur probiotik dengan dosis 10 cc per kilo. Probiotik yang dibutuhkan untuk menyingkirkan amonia dari dalam air kolam ini diberikan satu minggu sekali. Untuk 20 ribu ekor benih membutuhkan  pakan ukuran nol sebanyak enam kilo, pakan ukuran  satu mm sebanyak 10 kg, dan pakan ukuran 2 mm sebanyak 15 kg. Biaya pembelian benih sebesar Rp500 ribu. Jadi, total biaya produksi sekitar Rp750 ribu.

Sebulan kemudian ia memperoleh sekitar 15 ribu ekor benih lele ukuran 5—7 cm, 5.000 ekor benih sebesar 4—6 cm dan 7—9 cm. Harga jual benih ukuran 4—6 cm Rp90 per ekor, sedangkan harga ukuran 7—9 cm mencapai Rp140 per ekor. “Jadi kalau dirata-rata ya  seharga benih berukuran 5—7 cm,” terangnya. Dengan begitu, keuntungan yang diperoleh Wagiran dari sepetak kolam ukuran 32 m2 mencapai Rp1,25 juta per bulan.

 

Faiz Faza (Kontributor Yogyakarta).

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain