Selasa, 10 Juli 2007

Nilai Plus Lele di Kolam Terpal

Permintaan lele untuk dua pasar di DKI Jakarta, Kebayoran dan Tanah Abang, serta Bekasi di Jabar, mencapai 2,5 ton sehari. Demikian diutarakan H. Mohammad Isroni, salah seorang penampung lele dari petani Indramayu, Jabar, saat “Temu Petani dan Seminar Budidaya Lele” yang diselenggarakan PT Suri Tani Pemuka (Grup Japfa), produsen pakan ikan dan udang, di Losarang, Indramayu (20/6).

Aminto Nugroho, Sales Manager Aquafeed Operation Japfa, membenarkan, pasar lele terbesar memang Jakarta. Sayang, lanjut dia, selama ini petani lele di Indramayu belum bisa meraih sepenuhnya peluang pasar tersebut. Setiap hari, pasar Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) butuh pasokan lele tidak kurang dari 75 ton per hari. Jumlah itu dipasok dari Jabar, khususnya Indramayu dan Parung (Bogor). Indramayu sendiri, yang merupakan salah satu sentra lele di Jabar, baru mampu memasok 700—800 ton/bulan (23—27 ton sehari). Lantaran Jabar belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan pasar Jabodetabek, maka lele dari Jateng dan Jatim pun masuk.

 

Harus Mampu Bersaing

Menurut Aminto, masuknya lele dari Jateng dan Jatim ke Jakarta membuktikan para petani lele Indramayu belum mampu memanfaatkan pasar Jakarta dengan baik. “Padahal mereka (petani lele di Jateng dan Jatim, Red.) juga menggunakan bibit dan pakan yang sama. Tapi mereka bisa berjualan di Jakarta dengan harga yang sama pula. Kondisi ini seharusnya membuat kita berpikir untuk terus meningkatkan produksi lebih baik dan efisien, sehingga bisa memanfaatkan pasar lele yang begitu besar di Jakarta,” jelasnya.

Karena itu STP menggagas pertemuan dengan para petani lele di Indramayu untuk meningkatkan sistem budidaya lele yang baik dan efisien. “Kita harus bisa meningkatkan hasil produksi dari usaha lele ini karena jika tidak kita akan kehilangan kesempatan. Kita harus lakukan mulai dari teknis budidaya hingga ke pemasarannya,” ucap Aminto, saat pembukaan acara tersebut. Acara temu petani itu dihadiri sekitar 100 petani dari tiga desa sentra lele di Indramayu.

Agar bisa bersaing, dibutuhkan komitmen, bukan hanya dari pabrik pakan saja, tapi semua pelaku usaha untuk bisa selalu meningkatkan kemampuan dan keahliannya. “Karena kita yakin dengan komitmen itu usaha lele akan langgeng dan bisa lebih baik,” tandas Aminto.

 

Nilai Tambah

Dalam pertemuan itu, tampak para petani antusias dalam diskusi tentang metode budidaya lele di kolam tanah dan terpal. Menurut Sarwono, Technical Service Udang dan Ikan STP, Unit Aquaculture Banyuwangi, yang membawakan makalah tersebut, kelebihan budidaya lele dalam kolam terpal adalah lebih mudah. Soalnya, persiapan kolam lebih cepat, bahkan dua hari usai panen, setelah kolam kering, langsung bisa dimasukkan air lagi. Sedangkan kolam tanah butuh penjemuran dan pengeringan tanah.

Kolam terpal juga tidak akan menyusutkan volume air. Boleh dibilang penyusutan air tidak ada, kecuali karena penguapan. Selain itu, dengan kolam terpal, bibit ukuran kecil (2—3 cm) pun sudah bisa ditebar sehingga biaya bibit jatuh lebih murah. Di kolam tanah, petani biasanya menebar bibit berukuran sekitar 5—7 cm.

Selain itu, tingkat kelangsungan hidup lele (survival rate-SR) di kolam terpal dapat mencapai 80%. Ini lebih tinggi ketimbang di kolam tanah yang hanya 50%—60%.

Produksi lele dapat didongkrak lagi hingga lebih dari 90% dibandingkan budidaya di kolam tanah. Soalnya, padat tebar mencapai 200 ekor/m2. Sementara di kolam tanah hanya 100 ekor/m2. Kelebihan lain budidaya di kolam terpal ini lebih efisien dan bisa mengurangi jumlah kematian.

Isroni menyambut baik pertemuan itu lantaran petani bisa menimba ilmu dari pengalaman petani daerah lain. “Kita bisa saling tukar pikiran dan mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan tentang budidaya lele yang benar,” katanya. Memang, imbuh dia, yang diinginkan petani adalah untung lebih besar. Tapi karena kondisi pasar lele saat ini masih lesu, ditambah naiknya harga pakan,  keuntungan petani sedikit. Karena itu, petani berharap, selain mendapat ilmu budidaya juga memperoleh ilmu pemasaran.

Dirham, petani lele lainnya di Losarang, menimpali, dengan naiknya biaya pakan diharapkan perusahaan pakan menyisihkan sebagian dananya untuk membangun perusahaan makanan berbahan baku lele. Hal ini bermanfaat jika terjadi kelebihan produksi, perusahaan bisa menampung hasil panen petani untuk dijadikan nugget, bakso, atau kerupuk lele. “Perusahaan olahan itu bisa memberikan nilai tambah dari hasil produksi petani,” ucapnya.

Menjawab hal itu, Ir. Sutrisman dari STP mengatakan, akan menyampaikan usulan petani ke manajemen Japfa yang lebih tinggi. “Usulan ini sangat bagus, dan pihak Japfa bisa melihat ini sebagai sebuah potensi,” katanya.

 

Tri Mardi Rasa

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain